Kisruh Pengelolaan Air Bersih Panji Berujung Aksi Saling Pukul
Senin, 15 Agustus 2016
00:00 WITA
Buleleng
6684 Pengunjung
suaradewata
Buleleng, suaradewata.com – Buntut permasalahan pengelolaan air bersih pada Badan Pengelola Air Bersih (BPAB) Desa Panji, Kecamatan Sukasada, akhirnya berujung perkelahian yang terjadi di kantor BPAB Panji antara konsumen atas nama Gusti Komang Ripawan, warga Banjar Dinas Dangin Pura, dengan Gusti Ketut Mustika, selaku Ketua BPAB, Senin (15/8/2016).
Kejadian yang berlangsung sekitar pukul 10.00 Wita tersebut akhirnya berujung aksi saling lapor ke Polsek Sukasada. Yang berdasarkan keterangan sumber di Polsek Sukasada, Mustika terlebih dahulu melaporkan aksi pemukulan yang dialaminya.
Sumber di Polsek Sukasada mengatakan, Mustika mengalami luka pada bagian bawah mata kiri yang masih menunggu hasil visum et repertum yang dilakukan pihak rumah sakit umum daerah. Sedangkan di sisi lain, Ripawan pun mengalami pembengkakan pada bagian bawah mata sebelah kanan serta luka dibagian tumit kaki kanan.
Dikonfirmasi di Polsek Sukasada, Ripawan menceritakan kepada awak media bahwa peristiwa tersebut berawal ketika ia menanyakan jumlah pembayaran pemakaian air bersih selama 3 bulan ke kantor BPAB. Pasalnya, jumlah pembayaran yang biasanya dibayar pada bulan-bulan sebelumnya mendadak mengalami loncatan harga dan tidak seperti biasanya.
"Awalnya bayar tiap tiga bulan sekitar Rp133 ribu dan kini mendadak jadi Rp190 ribuan. Saya tanyakan ke petugas BPAB karena tidak ada rincian pembayaran dan water meter tidak dihitung. Apalagi pemakaian pun sama dengan bulan sebelumnya, tapi bayar kok besar sekali selisihnya," kata Ripawan.
Permasalahan pengelolaan air bersih yang terjadi di Desa Panji sebelumnya berulang kali meledak dengan sejumlah aksi yang dilakukan masyarakat. Beberapa pertemuan pembahasan tentang pengelolaan air bersih pun.
Bahkan, pada tanggal 30 Desember 2015 dan sekitar awal Juni 2016 dilakukan pertemuan dengan difasilitasi oleh Wakil Ketua DPRD Buleleng, Ketut Susila Umbara, dan sejumlah pejabat SKPD Pemkab Buleleng dari instansi Dinas Pekerjaan Umum, Dinas DKP, termasuk Pihak PDAM Buleleng yang membidangi teknik.
Sementara itu, Kepala Desa Panji, Nyoman Sutama, ketika dikonfirmasi mengatakan dirinya telah mengupayakan solusi permasalahan terhadap kasus tersebut. Bahkan, pihaknya mengaku sudah menganggarkan dana pemerintah desa untuk menuntaskan masalah distribusi air dengan melakukan tender untuk pengerjaannya.
"Bahkan masalah permintaan untuk dilakukan perekrutan tenaga penghitungan water meter sudah kami buka di delapan banjar (Istilah Rukun Warga pada lingkup pemerintahan masyarakat pedesaan di Bali). Tapi hanya tiga orang yang melamar dan baru Sabtu (13/8/2016) saya dapat laporan dua orang mengundurkan diri," papar Sutama yang mengaku telah membuka rekruitmen sejak awal tahun 2016.
Bahkan, keterangan aneh pun muncul dari pengakuan Sutama terkait rekruitmen tenaga kerja penghitungan water meter yang kemudian menyebut akan membebankan penghitungan kepada masing-masing Kelian Banjar (Ketua RW) untuk bekerja menghitung water meter. Dimana, solusi pembebanan penghitungan water meter itu baru akan dibahas Kamis (18/8/2016).
Di sisi lain, Sutama pun mengaku sempat ditelpon oleh Mustika pasca peristiwa perkelahian di kantor BPAB Desa Panji. Kontak telpon yang dilakukan antara Mustika dengan Sutama tersebut berlangsung di hadapan awak media dengan posisi ponselnya yang menggunakan loudspeaker atau pengeras suara tepat disamping Ketua Karang Taruna Desa Panji, Ganesa.
Ia pun tampak merasa keberatan dianggap tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di tubuh pengelolaan badan usaha milik desa tersebut.
"Saya sudah bilang agar permasalahan perkelahian diselesaikan dulu di kantor desa. Ini kok sudah ke Polsek. Lagipula, sebelumnya saya juga sudah peringatkan kepada Ketua BPAB (Mustika) agar menjadi pemimpin yang sabar dan tidak emosian (Tempramental). Ini akibatnya kalau tidak mampu sabar menjadi pemimpin," kata Sutama.
Terkait dengan upaya rekruitmen terbuka untuk tenaga penghitungan water meter yang disebut Sutama, fakta berbeda muncul dari masyarakat yang mengaku tidak pernah mendengar adanya pengumuman atau pemberitahuan tentang rekruitmen tersebut.
"Waktu kami ramai-ramai datang ke kantor BPAB saat pemutusan sambungan air, Ketua BPAB jelas mengatakan tidak berani merekrut tenaga karena mengaku takut kena masalah. Banyak yang mendengar pengakuan tersebut. Tapi yang tiga orang itu (tenaga penghitungan water meter) memang ada disebut dan sedang melakukan pelatihan di banjar bangah. Tapi itu pun dua orang (Tenaga penghitungan water meter) memiliki hubungan keluarga dengan Ketua BPAB. Apa itu yang dimaksud rekruitmen terbuka," kata Gusti Ketut Adi Wiguna yang sempat komplain terhadap besarnya pembayaran dibalik air bersih yang jarang mengalir.
Dikonfirmasi melalui sambungan selulernya, Kanit Reskrim Polsek Sukasada AKP. Widiasa Sangku, membenarkan laporan perisitiwa penganiayaan yang dilaporkan Mustika ke Polsek. "Kami masih melakukan pemeriksaan saksi-saksi dulu. Korban pun telah menjalani visum yang hasilnya belum kami terima," papar Sangku yang mengaku kasus tersebut masih pada tahap penyelidikan. adi/hai
Komentar