PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Kadiskes Tabanan Jamin Tidak Ada Vaksin Palsu

Rabu, 20 Juli 2016

00:00 WITA

Tabanan

3793 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata

Tabanan, suaradewata.com – Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kabupaten Tabanan dr I Nyoman Suratmika menyatakan tidak ada vaksin palsu yang beredar di Tabanan. Sebab, peredaran vaksin di Bali selama ini sudah satu pintu, yakni dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Hal itu ditegaskan dr Suratmika saat dijumpai di kantornya, Rabu (20/7/2016).

"Untuk di Bali, khususnya di Tabanan, saya bisa katakan sudah aman. Tidak perlu khawatir karena vaksin yang ada di Tabanan ini satu pintu dari Dinas Kesehatan Provinsi," jelasnya.

Selain itu, kata dia, vaksin yang asli atau biasa disebut vaksin plat merah, dipastikan aman karena sudah disimpan di Dinas Kesehatan dan satu pintu untuk didistribusikan ke masing-masing Puskesmas. 

"Di Tabanan vaksin disimpan di Diskes kemudian didistribusikan ke puskesmas-puskesmas. Kita mempunyai 20 puskesmas, penyimpanannya harus istimewa di kulkas dengan suhu antara 0 derajat sampai 8 derajat," katanya. 

Dia menjelaskan, sebelumnya ada jajaran dari kepolisian Polres Tabanan menjumpainya, saat dikonfirmasi, Kadiskes menjelaskan bahwa mereka hanya sekedar berkoordinasi dan melakukan pemantauan terkait dengan adanya isu vaksin palsu. 

"Tadi ada dari Kanit 4 dari Polres Tabanan koordinasi karena perintah pimpinannya. Bahwa dengan adanya isu seperti itu, dia mendapatkan perintah untuk memantau, jadi kita sudah laporkan seperti itu keadaannya dan koordinasi berjalan dengan baik" jelasnya. 

Ditanya apakah ada laporan terkait vaksin palsu? Dirinya menyampaikan tidak ada laporan vaksin palsu dikarenakan semua vaksin dari Diskes yang diberikan itu jelas untuk masyarakat di Tabanan yang disebut vaksin berplat merah. 

"Sebenarnya kalau laporan vaksin palsu itu tidak akan ada yang melaporkan, Siapa yang tahu vaksin itu palsu dan tidak. Karena vaksinnya kita yang berikan, tidak ada vaksin lain yang diberikan. Vaksin yang diberikan kepada masyarakat itu vaksin dari pemerintah yang disebut vaksin plat merah" jawabnya. 

Dia juga menerangkan, vaksin plat merah tersebut gratis yang didistribusikan ke puskesmas, tidak mempermasalahkan kepada masyarakat membeli vaksin tersebut ke tempat swasta karena vaksin yang diberikan oleh Diskes ke puskesmas itu gratis dan itu tergantung pilihan dari masyarakat.

"Jadi vaksin itu kenapa bayar di swasta, itu kan diswasta praktek perseorangan mencari jasa menyuntik, kemudian kita tidak permasalahkan, karena itu pilihan masyarakat, kalau dia mau gratis datanglah ke puskesmas" terangnya. 

Menurut dia, pihaknya sudah melakukan sidak hanya ke rumah sakit dan klinik swasta, karena milik pemerintah sudah rutin dipantau, menurutnya tidak perlu disidak, dari hasil sidak tidak ditemukan vaksin palsu.

"Kita sudah sidak waktu mudik, sidak satu hari itu dengan dua tim dari Dinas Provinsi Bali, kita sidak rumah sakit swasta dan klinik swasta. Yang punya kita sudah rutin dipantau tidak perlu disidak, yang kita sidak penyimpanannya dan apakah ada vaksin-vaksin dari luar, ternyata tidak," imbuhnya. 

Kendati demikian, dia mengingatkan agar munculnya kasus vaksin palsu dijadikan pelajaran bagi semua pihak. Sehingga dia menghimbau masyarakat agar membeli obat di tempat yang sudah ada rekomendasinya. 

"Jelas pasti ada. Obat palsu bisa saja ada. Imbauan saya kepada masyarakat kalau memang sakit berobat belilah pada penjual obat yang direkomendasikan seperti di apotik, kalau di puskesmas sudah yakin karena distribusinya jelas, pabrik yang membuat jelas," jawabnya. 

Dia menegaskan, penjualan obat di warung-warung perlu dicurigai, diwaspadai dan berhati-hati, bisa saja ada yang membuat obat palsu diedarkan ke warung-warung untuk mencari keuntungan.

"Kalau di warung-warung perlu kita curigai, waspadai dan kita hati-hati, kalau pun itu obat asli, tanggal kedaluwarsanya tetap dilihat dan perubahan bentuk obat perlu diperhatikan karena bisa saja ada orang-orang membuat obat palsu di edarkan ke warung-warung untuk mencari keuntungan" tegasnya. ang

 


Komentar

Berita Terbaru

\