PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Dua Duplikat Kulkul ‘Pajenengan’ Peninggalan Raja Bangli Diplaspas

Kamis, 31 Maret 2016

00:00 WITA

Buleleng

6914 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata.com

Bangli, suaradewata.comRitual pemelaspasan yang tergolong langka dan unik digelar krama adat Puri Agung Bangli. Pasalnya, yang diupacarai kali ini adalah dua duplikat kentongan atau kulkul pajenengan. Namun duplikat yang dibuat ini, bukan kentongan sembarangan. Melainkan duplikat kulkul pajenengan peninggalan Raja Bangli I Dewa Agung Gede Denbencingah IV, yang bernama Ki Gejen. Karena itu, ritual dan bhakti pemelaspasannya pun tergolong besar menggunakan dua bakti pebangkit dan dipuput dua sulinggih.

Sesuai pantauan, Kamis (31/03/2016), prosesi melaspas kulkul pajenengan itu melibatkan seluruh pasemetonan adat Puri Agung Bangli dan warga Bangli. Tampak juga hadir saat itu, Wakil Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta dan seluruh Camat se-Bangli. Prosesi ritual diawali dari Pura Penataran Agung Bangli. Selanjutnya, diarak mengelilingi perempatan Catus Pata Bangli. Setelah melalui sebuah ritual, barulah kulkul tersebut dibawa ke pelataran bangunan bale kulkul yang berada di utara Pasar Kidul Bangli untuk diplaspas.

Karena ukurannya yang sangat besar dengan berat mencapai seratus kilogram lebih, proses menempatkan pajenengan tersebut ke atas bale kulkul, dilakukan dengan ditarik menggunakan derek dibantu tenaga manual puluhan warga yang turut mendorong dari bawah. Untuk penempatannya, kulkul lanang di tempatkan di sisi utara dan kulkul wadon  di tempatkan di sisi selatan. Sedangkan kulkul pajenengan yang asli, tetap berada di posisinya semula disisi timur dan barat. Prosesi tersebut dipuput dua sulinggih yakni Ida Pedanda Gede Putra Kediri dari Gria Selat dan Ida Pedanda Istri Agung dari Gria Giri Jati Sutha Sentana, Bukit Bangli.

Kelian Adat Puri Agung Bangli, AA Alit Ardanata didampingi Panglima Adat A A Gede Ngurah menjelaskan pemelaspasan duplikat pajenengan tersebut merupakan salah satu upaya untuk melestarian budaya Bali. Dimana, kulkul peninggalan Raja Bangli I Dewa Agung Gede Denbencingah IV yang bernama Ki Gejen dibuat tahun 1789 masehi. “Kini pajenengan tersebut sudah berumur sekitar 227 tahun. Karena umurnya yang sudah dua abad lebih tersebut, sehingga kondisinya sudah mulai rapuh. Karena itu, Puri Agung Bangli berupaya membuatkan duplikatnya yang menyerupai kulkul pajenengan tersebut,” beber Gung Alit Ardanata

Duplikat kulkul yang dibuat,  kalau yang ukurannya lebih tinggi merupakan kulkul wadon (istri) bahannya dari Kayu Bisa yang didapatkan di Banjar Samuh, Desa Tianyar, Kubu, Karangasem. Sedangkan kulkul yang ukurannya lebih kecil (lanang) dibuat dari kayu ketewel yang diberikan AA Gede Bagus Ardhana, dari Puri Kilian, lingkungan Puri Agung Bangli. ‘’Pembuatan kulkul dilakukan sejak 10 Januari 2016 lalu di Pura Penataran Agung dan saat ini baru bisa dipelaspas dengan bakti dua pebangkit dan berbagai ritual serta sarana yang lainnya,” ungkapnya.

Sedangkan rehab bale kulkul yang terakhir dilakukan 2001 lalu, Kini bale kulkul yang dijadikan tempat pajenengan tersebut, sudah menggunakan beton sehingga lebih kuat.  Menurut Alit Ardanata, biasanya pajenengan ini ditepak (dipukul) untuk menandai berbagai kegiatan seperti Ida Betara Sakti Turun Kabeh, Ida Betara medal ke Catus Pata termasuk saat ngembak geni, sehari setelah hari raya Nyepi. ‘’Pada hari nasional, menjelang detik-detik proklamasi kulkul pajenengan ini juga wajib dibunyikan,’’ ujarnya. Demikian juga saat Bangli ditimpa bencana kulkul ini juga harus disuarakan. “Setelah selesai pemelaspasan duplikat pajenengan ini, fungsi dan peruntukannya nanti adalah sama,” pungkasnya. ard


Komentar

Berita Terbaru

\