Sutiyoso dan Teknologi Intelijen
Jumat, 03 Juli 2015
00:00 WITA
Nasional
2321 Pengunjung

Opini, suaradewata.com -Intelijen dibutuhkan oleh sebuah negara sebagai upaya pencegahan terhadap berbagai hakikat ancaman yang dihadapinya, dan bukan menjadi bagian dari terciptanya ancaman. Guna mampu mewujudkan harapan tersebut selain dibutuhkan personil intelijen yang profesional, mereka juga harus didukung dengan peralatan inteljen (intelijen devices) yang canggih. Sesaat setelah tiba di Komisi I DPR untuk menjalani uji kelayakan dan kepatutan, calon tunggal Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Letjen (Purn) TNI Sutiyoso, mengatakan penggunaan teknologi intelijen Indonesia sudah jauh tertinggal dari negara lain terutama dengan negara-negara barat. Menurutya intelijen Idonesia bisa kuat dan setara dengan negara lain kalau dilengkapi dengan teknologi canggih. Nampaknya persoalan intelijen device itu akan menjadi salah satu visi misi Sutiyoso yang akan dijabarkan saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan.
Masyarakat umumnya mengetahui kecanggihan intelijen devices tersebut melalui berbagai film spionase terutama dalam film James Bond atau Men In Black. Publik sering dibuat tidak percaya, apakah alat-alat intelijen tersebut ada dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini alat-alat tersebut telah dimodifikasi dan divariasi mulai dari bentuk, model serta kegunaannya. Salah satu dari ribuan alat intelijen canggih yang digunakan intelijen Amerika Serikat adalah HD Camcorder Spy Penyang berfungsi sebagai kamera tersembunyi sekaligus perekam yang dikamuflasekan ke sebuah pena khusus. Alat itu tidak memerlukan kabel dalam proses penggunaannya. HD Camcorder Spy Pen dilengkapi dengan kemampuan merekam seperti camcorder dengan ukuran yang kecil, menggunakan memori internal 4GB dan dapat di upgrade sesuai kebutuhan dan memiliki kualitas video rekaman yang cukup baik yang dapat diputar ulang.
Uji kepatutan dan kelayakan Sutiyso berlangsung tertutup, namun demikian diperkirakan selain menjawab berbagai permasalahan terkait dengan pro kontra pencalonannya, Sutiyoso akan mengajukan usulan agar peralatan intelijen lebih dipercanggih. Salah satu tantangan perkembangan jaman yang perlu dijawab BIN dari segi teknologi adalah bagaimana mengatasi agar Presiden serta pejabat tinggi negara tidak disadap lagi seperti yang dialami presiden sebelumnya. Karena itu mau tidak mau, pengadaan peralatan intelijen di BIN harus diperhatikan sehingga tidak ketinggalan dari negara lain.
Jika melihat dari pengalamannya selama ini, diperkiraan Sutiyoso mampu mengemban tugas sebagai Kepala BIN. Dia adalah seorang pensiunan jenderal bintang tiga dengan banyak pengalaman baik di militer maupun jabatan sipil. Dia juga memiliki gaya kepemimpinan yang tegas dan luwes dalam berkomunikasi dengan berbagai kelompok lapisan masyarakat. Penunjukan Kepala BIN adalah hak prerogatif Presiden, sehingga diharapkan semua pihak menghargai pilihan Presiden Joko Widodo. Jabatan yang sangat strategis itu harus ditempati oleh seorang pejabat yang setia kepada presiden sebagai single client. Jokowi pasti memiliki alasan kuat menunjuk Sutiyoso sebagai kepala telik sandi, meski sebelumnya merupakan Pimpinan Partai Politik. Adalah Kepala BIN, Marciano Norman yang menyatakan sangat menghormati hak prerogratif presiden yang telah menentukan pilihannya, Bapak Sutiyoso sebagai calon kepala BIN yang baru. Marciano yakin kompetensi Sutiyoso bisa membawa kemajuan bagi BIN. Saya tidak pernah menyangsikan kemampuan Pak Sutiyoso, diharapkan di bawah kepemimpinan Sutiyoso, BIN akan mampu menjawab tantangan yang semakin dinamis di masa yang akan datang.
Diharapkan di bawah kepemimpinannya , BIN akan semakin maju dan mampu menjawab tantangan yang semakin dinamis di masa depan, apalagi jika personil BIN ditunjang dengan sejumlah peralatan canggih. Disadai sepenuhnya secanggih apapun peralatan yang nanti dimiliki, jika tidak dikendalikan oleh sumber daya manusia yang mumpuni, maka perlatan tersebut tidak akan ada gunanya. Untuk itu Sutiyoso juga harus memperhatikan lembaga yang melahirkan insan intelijen, yakni SekolahTinggi Inelijen Negara (STIN). Konon disinilah tempat penggodokan personil intelijen yang akan bertugas di BIN setelah menyelesaikan pendidikannya.
Setelah diwisuda dan nantinya menjadi aparat intelijen mereka harus mampu mendeteksi secara cepat dan tepat, menangkap peringatan dini, dan mengetahui prakiraan yang akan terjadi. Para mahasiswanya dilatih untuk melihat apa yang tersurat dan tersirat. Bahkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Pokoknya STIN dibangun untuk menjawab tantangan dan tuntutan zaman. Mereka diajari untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi bidang keintelejenan khususnya dan memiliki pedoman hidup yang bertumpu pada iman dan takwa, serta melandasi diri dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Dengan menguasai teknologi intelijen sejak duduk di bangku kuliah, diharapkan mereka nanti mampu mengoperasikan peralatan canggih yang akan menjadi prioritas Kepala BIN akan datang.
Andreawaty, penulis adalah pemerhati masalah kebijakan pembangunan dan pengembangan
Komentar