PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Aksi Kelompok Bersenjata Aceh, Tidak Gangga Stabilitas Daerah

Minggu, 28 Juni 2015

00:00 WITA

Nasional

4543 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Opini, suaradewata.com - Adanya aksi kekerasan kelompok tertentu  terhadap aparat keamanan di Aceh bukan mengindikasikan masih belum amannya provinsi Aceh.  Hal itu hanya sebagian kecil permasalahan keamanan ataupun hanya kasus tindakan kriminal yang dilakukan oleh sekelompok bersenjata, khususnya di tahun 2015 ini.  Kasus tindakan kriminal yang dilakukan oleh sekelompok bersenjata terjadi di akhir 2014 dan awal 2015 itupun tidak siginifikan atau  dapat dikatakan tidak menganggu kamtibmas di Provinsi Aceh secara keseluruhan.

Tindakan kriminal oleh sekelompok bersenjata, seperti dikutip Tempo edisi  9 September 2014,terjadi pada  6 September 2014, juru bicara Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF) wilayah Aceh Utara dan Lhokseumawe atau Samudera Pasee, Syamsudin Harun alias Cut Din alias Abu Sumatera, 34 tahun, ditangkap Polres  Lhokseumawe, terkait dengan kasus kriminal, termasuk pembakaran bendera Merah Putih.

Kapolres  Lhokseumawe AKBP  Joko Surachmanto mengatakan Abu Sumatera diduga melakukan sejumlah tindak pidana di wilayah hukum Polres Lhokseumawe. penangkapan ini terkait dengan tindak pidana murni yaitu melakukan pemerasan terhadap Kepala SMK Negeri 6 Lhokseumawe. Abu Sumatera juga termasuk daftar pencarian orang dalam kasus narkoba yang melarikan diri dari LP. Lhokseumawe.ASNLF adalah organisasi yang membangkitkan gerakan yang mengusung isu kemerdekaan Aceh setelah perjanjian damai Helsinki pada 2005 di Swedia. Organisasi ini adalah kumpulan mantan dan simpatisan GAM yang tidak setuju dengan perdamaian yang dilakukan oleh GAM pimpinan Malek Mahmud dan Zaini Abdullah.

 Sementara itu,  seperti dikutip Tempo 12 Oktober 2014,  sebuah kelompok bersenjata yang dipimpin Nurdin alias Din Minimi terang-terangan menyatakan dirinya melawan pemerintah Aceh. Kelompok mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak Aceh Timur itu kecewa terhadap pemerintah Aceh yang tidak mempedulikan nasib mereka.  Mereka bangkit untuk menuntut keadilan. Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakir Manaf, mantan petinggi GAM, harus bertanggung jawab atas kehidupan mantan anak buahnya, janda korban konflik, anak yatim, dan masyarakat Aceh yang hingga kini tidak jelas hidupnya. Sementara itu, banyak para petinggi GAM lain yang hidupnya sejahtera.

Sementara itu, Humas Pemerintah Aceh Murthalamuddin bereaksi atas pernyataan Din Minimi dan meminta agar situasi damai Aceh tidak dirusak. Mari lihat perdamaian ini dengan mata hati sehingga lebih jernih dalam melihat berbagai persoalan, dan mari kita selesaikan persoalan dengan duduk dan berbicara dengan hati.
Kapolres Aceh Timur AKBP Muhajir menyatakan  Din Minimi adalah kelompok yang terlibat dalam serangkaian aksi kriminal di Aceh Timur. Kelompok tersebut menjadi target utama Polres Aceh Timur. Kelompok bersenjata yang meresahkan warga tidak ditoleransi polisi.

Peristiwa kekerasan di Aceh, yang terkini,  Selasa,  24Maret 2015, sekitar  pukul 08.30, anggota Polres Lhokseumawe menemukan dua jenazah anggota TNI di Batikpilah, Nisam Antara, Aceh. Kedua jenazah yang diketahui bernama Sertu Indra (41 tahun) dan Serda Hendrianto (35 tahun)   itu penuh luka tembak.Sebelum ditemukan, kedua anggota TNI itu hilang sejak Senin, 23 Maret 2015 pukul 16.00,  diculik di sekitar Desa Aluembang, Kecamatan Nisam Antara, pada Senin sore.

Mereka dinyatakan hilang oleh Kodim 0103 Aceh Utara. Ketika ditemukan keesokan harinya,  sudah dalam kondisi penuh luka tembak, terikat, berdekatan satu dengan yang lain, dan bertelanjang dada.Kedua jenazah itu kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Korem. Aksi kekerasan tersebut yang diduga  dilakukan oleh kelompok bersenjata  mendapat tanggapan beragam dari pihak aparat sendiri maupun pengamat.

Kapuspen TNI AD Brigadir Jenderal Wuryanto menduga penembakan dua anggota TNI di Aceh adalah hasil perbuatan kelompok teroris. Kalau GAM sepertinya tidak, karena ada kesepakatan di Helsinki.  TNI bersama kepolisian setempat masih melakukan penyelidikan.

Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Agus Kriswanto mengatakan dua anggota TNI yang mati ditembak di Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, pada 24 Maret 2015,  pelakunya diduga dari kelompok bersenjata di Aceh yang pasti bagian dari rakyat Aceh. TNI menyerahkan kasus tersebut ke polisi selaku aparat penegak hukum dan ikut membantu menuntaskan kasus.

Kapendam  Iskandar Muda Letnan Kolonel Inf. Mahfud pada  Selasa, 24 Maret 2015, menyatakan   Dua intel Kodim 0103 Aceh Utara yang diculik kelompok bersenjata di Dusun Alue Mbang, Desa Alue Papeun, Kecamatan Nisam Antara,   ditemukan meninggal pada Selasa, 24 Maret 2015, hanya bercelana dalam, mereka ditembak dari jarak dekat dengan menggunakan senjata laras panjang.  Dari foto, posisi mereka telungkup dengan tangan terikat ke belakang.  Di sekitar lokasi, ditemukan 12 butir selongsong peluru AK 47 dan tiga butir selongsong peluru M16.
Mantan Pemimpin GAM  Zaini Abdullah yang juga Gubernur Aceh,  menyatakan telah melupakan upaya untuk memisahkan diri dari NKRI dan tidak akan pernah terjadi lagi, saat berpidato pada acara Sosialisasi MoU Helsinki dan Undang-undang RI Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh di Gondangdia, Jakarta, Jumat, 8 Agustus 2014.
Konflik berkepanjangan yang pernah terjadi sejak 1976 tidak akan terjadi lagi, perjanjian damai itu tidak mudah, gejolak itu lebih mudah, yang mengakibatkan banyak jatuh korban. Sikap masyarakat Aceh  sejak zaman penjajahan selalu mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk merdeka. Rakyat Aceh, bisa saja memisahkan diri dari pemerintah Indonesia saat itu, namun hal tersebut tidak pernah dilakukan. Saat Soekarno-Hatta ditangkap Belanda, dan Indonesia kembali dijajah, kami tidak pernah menyerahkan sejengkal pun tanah kami pada penjajah. Kalau sejak dulu kami mau merdeka itu bisa saja, tapi Aceh tidak pernah mau lepas dari Indonesia. Pernyataan terbaru Zaini Abdullah di Harian Republika 10 Juni 2015 menyatakan Pemprov. Aceh telah menyiapkan program pemberdayaann masyarakat untuk meningkatkan perekonomian warga khususnya bekas kombatan GAM. 

Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf (Ketua Komite Peralihan Aceh/ KPA), organisasi mantan kombatan GAM,  menyatakan mantan kombatan GAM tidak terlibat dalam penculikan dan pembunuhan anggota Kodim 0103 Aceh Utara.Kesal terhadap orang yang telah melakukan tindak kriminal untuk memperkeruh keadaan di Aceh. Kami berharap mereka yang sudah telanjur terlibat dalam  tindakan kriminal untuk segera berhenti dan kembali kepada keluarga supaya dapat membantu pembangunan Aceh.Selain korban dari pihak TNI, dari KPA juga menjadi korban karena pada  22 Maret 2015, tujuh pria bersenjata menculik Mahmudsyah alias Ayahmud, pemimpin KPA dan anggota Partai Aceh di Aceh Utara. Hingga kini, dia belum diketahui kabarnya.
Ketua Pusat Studi Politik dan Pemerintahan, Universitas Padjadjaran Muradi meragukan penculikan dan pembunuhan dua anggota intelijen Komando Distrik Militer (Kodim) 0103 Aceh Utara sebagai aksi kriminal biasa,  tapi lebih banyak menjadi semacam manuver untuk menarik perhatian khalayak ada faksi lain di luar tiga faksi eks GAM yang ada selama ini.

Pola penculikan dan pembunuhan itu mirip dengan pola kombatan GAM sebelum Perjanjian Helsinki ditandatangani.  Menduga, ada faksi diluar tiga faksi yang dikenal selama ini, yang kecewa dan sengaja mengambil jalan lain di luar pilihan politik tiga faksi eks GAM yang dikenal saat ini.
Tiga faksi kelompok eks GAM yang dikenal saat ini, yakni faksi Zaini Abdullah Gubernur Nangroe Aceh Darussalam saat ini, lalu faksi Muzakir Manaf Wakil Gubernur, serta faksi Irwandi Yusuf mantan gubernur sebelumnya.

 Pada 5 Mei 2015, personel Polda Aceh terlibat baku tembak dengan dua pelaku penculik yang membunuh dua personil Intel Kodim 0103/Aceh Utara, Selasa  5 Mei 2015,  sekitar pukul 01.00 WIB dinihari.  Baku tembak itu terjadi tepat di belakang Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Syekhkuala (Unsyiah), Banda Aceh.  Satu pelaku berinisial PP (44) warga Aceh Utara berhasil ditangkap, sedangkan rekannya berinisial KM berhasil kabur.  Saat penyergapan itu dilakukan kedua pelaku sempat melakukan perlawanan menggunakan senjata laras panjang jenis AK 47 dan pistol jenis FN milik korban. Dari hasil pemeriksaan sementara, pelaku berasal dari kelompok bersenjata DM. Di Aceh ini ada tiga kelompok bersenjata yang sudah diidentifikasi, yakni DM, AR dan GM.Kelompok ini,  diidentifikasi setelah dua bulan lalu pihaknya menciduk 18 orang anggota kelompok bersenjata AR.

Berdasarkan fakta diatas, aksi kejahatan yang dilakukan kelompok bersenjata kemungkinan bukan dari  mantan anggota GAM yang dikenal dari 3 faksi yang telah menduduki jabatan strategis  pemerintahan di Aceh. Aksi kriminalitas dan kejahatan terhadap 2 anggota TNI tersebut indikasi kuat  dilakukan oleh kelompok bersenjata dari  mantan anggota GAM dari Faksi diluar tiga faksi yang dikenal tersebut,  yang menganggap  keberadaan Partai Aceh sebagai kepanjangan tangan perjuangan membawa Aceh sejahtera dalam pangkuan NKRI  tidak cukup mengakomodir ratusan mantan kombatan untuk hidup layak, hanya mantan GAM yang akses dipemerintahanlah yang dapat  hidup layak.

Namun demikian dari serentetan kecil kasus  kriminal yang dilakukan oleh sekelompok bersenjata yang diduga mantan GAM tidak membuat Bumi Rencong menjadi tidak aman. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Mantan Pemimpin GAM  Zaini Abdullahyang  juga Gubernur Aceh, memberikan  harapan positif yaitu  akan mengadakan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian warga khususnya kepada bekas kombatan untuk dapat keluar dari garis kemiskinan.   Dengan demikian diharapkan lambat laun  tidak ada lagi kombatan GAM yang melakukan tindakan kriminal demi dapat keluar dari garis kemiskinan dan dapat mencegah kembali munculnya paham separatisme di Aceh serta dapat membangun  Aceh bersama-sama.

Abdul Gafur, penulis adalah pemerhati Aceh

 


Komentar

Berita Terbaru

\