Pernikahan Dini, Picu Kenaikan Angka Kemiskinan Di Bangli
Kamis, 09 April 2015
00:00 WITA
Bangli
5870 Pengunjung
Bangli, Suaradewata.com– Maraknya kasus pernikaan dini di Bangli, disebut-sebut sebagai salah satu factor pemicu meningkatkan angka kemiskinan atau Rumah Tangga Miskin (RTM) di Bangli. Pasalnya, pelaku pernikaan dini cenderung belum bekerja dan masih menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya. Hal ini diakui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bangli, Nengah Sukarta, Kamis (09/04/2015).
Disebutkan, angka pernikahan usia dini di Bangli tergolong tinggi. Sementara data jumlah RTM di daerah berhawa sejuk ini mencapai sekitar 10.830 KK dan angka itu justru didominasi oleh kasus pernikahan dini. “Ada kecendrungan di Bangli, anak-anak dibawah umur justru sudah menikah. Hal ini lah menjadi salah satu menyebab munculnya RTM,” ujarnya. Beberapa factor yang mempengaruhi kawin muda di Bangli, selain karena suhunya yang dingin juga latar belakang pendidikan keluarga.
Dikatakan lebih lanjut, pernikahan yang dilakukan oleh generasi di bawah umur ini juga memicu terjadinya rumah layak huni. Sebab, ketika sudah menikah, rumah tangga ini kemungkinan besar tidak bisa selamanya tinggal bersama orang tuanya. Dalam kurun waktu satu atau dua tahun, mereka mulai membangun rumah tangga secara mandiri. Dengan psikologis yang masih labil dan ditambah dengan beban hidup yang semakin tinggi, kecendrungan untuk bisa membangun rumah layak huni sangat minim, karena penghasilannya habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lebih lanjut, upaya mengatasi masalah klasik ini, pihaknya mengaku sudah melakukan berbagai upaya. Salah satunya, seperti bantuan bedah rumah yang digelontorkan pemerintah saat ini. Hanya saja, dijelaskan kembali, bantuan ini sifatnya hanya meringankan saja. Lebih lanjut, untuk mengantisipasi pernikahan usia dini, dikataka, pihaknya terus melakukan sosialisasi dengan SKPD terkait dan menyasar daerah-daerah perkembangan pendidikannya belum maksimal. Selain itu, untuk meningkatkan kecakapan da keterampilan, pihaknya juga memberikan pelatihan kepariwisataan dan juga pelatihan pemagangan yang bekerjasama dengan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK). Tidak hanya itu, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, pihaknya juga membentuk program infrastruktur padat karya yang meyasar wilayah yang nyaris terisolir serta melaksanakan program penerapan teknologi tepat guna. ard
Komentar