Wow, Hutan Bambu Penglipuran Kini Dilengkapi Jembatan Kayu Yang Unik
Minggu, 15 Desember 2024
20:52 WITA
Bangli
1249 Pengunjung
Keberadaan jembatan kayu yang baru dibuka di hutan bambu Penglipuran, Bangli kini menambah spot poto baru bagi wisatawan, Minggu (15/12). SD/Ist
Bangli, suaradewata.com - Pengelola Desa Wisata Penglipuran, Bangli terus menggenjot upaya penataan kawasan hutan bambu Penglipuran. Saat ini, berbagai fasilitas seperti jembatan kayu sepanjang 100 meter hingga Kafe Bamboo telah tersedia di kawasan hutan bambu seluas puluhan hektar tersebut. Hal itu dilakukan untuk pengembangan dan mengatasi over capasity akibat kian membludaknya kunjungan wisatawan ke desa terbersih ketiga dunia itu.
Manager Pengelola Desa Wisata Penglipuran, Wayan Sumiarsa menjelaskan jembatan kayu penghubung desa induk Penglipuran dengan kawasan hutan bambu dibuka secara resmi, Minggu (15/12/2024). "Hari ini, jembatan berbahan kayu ulin kita buka secara resmi. Ini bisa untuk menambah daya tarik bagi wisatawan dan bisa sebagai spot poto baru," ujarnya. Lanjut Sumiarsa , jembatan kayu yang dibangun dengan anggaran mencapai Rp 500 juta itu, juga bertujuan untuk kenyamanan wisatawan yang akan berkunjung ke hutan bambu.
Sebab, selama ini wisatawan yang akan ke hutan bambu harus jalan kaki melewati jalan raya. Menariknya, jembatan kayu sepanjang 100 meter itu, dibangun begitu artistik dan berkelok-kelok menyesuaikan dengan keberadaan pohon bambu yang ada.
Lebih lanjut, sejauh ini pihak pengelola desa wisata Penglipuran memang konsen melakukan penataan kawasan hutan bambu. Mengingat desa wisata Penglipuran telah mengalami over capasity. "Daya tampung desa Penglipuran 1.500 sampai 2.000 wisatan per hari. Namun belakangan ini, tingkat kunjungan mencapai 3.000 lebih wisatawan per hari," jelasnya.
Untuk mengatasi terjadinya over capasity, pihak pengelola akhirnya mengembangkan kawasan hutan bambu sejak beberapa tahun terakhir. Alhasil, belakangan ini tingkat kunjungan wisatawan ke hutan bambu mulai mengalami peningkatan. "Sebelumnya wisatawan yang datang ke hutan bambu, hanya puluhan orang per hari. Sekarang rata-rata wisatawan yang masuk ke hutan bambu sudah mencapai 200 wisatawan per hari. Itu sesuai data kunjungan ke Kafe Bamboo" jelasnya.
Karena itu, pihak pengelola pun terus berupaya melakukan pengembangan lebih lanjut. Salah satu rencana yang kini digagas untuk tahun 2025 adalah dengan melengkapi kawasan hutan bambu dengan kebun binatang mini (minizoo). "Mengawali itu, kita akan bangun penangkaran rusa dan fasilitas penunjang lainnya," ujarnya. Untuk itu, diharapkan pula peran pemerintah daerah untuk turut mensupport perencanaan yang dilakukan pihak pengelola. "Setidaknya, kami masih perlu pembangunan fasilitas toilet. Sebab, dengan tingkat kunjungan wisatawan 3.000 per hari, toilet yang ada belum memadai dan ada beberapa yang cepat rusak. Ini perlu duduk bersama antara pihak pengelola, pemerintah dan instansi terkiat lainnya untuk mengatasi persoalan yang terjadi," pungkasnya.ard/adn
Komentar