Kelancaran Pemilu 2024 Bawa Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Senin, 26 Februari 2024
13:35 WITA
Nasional
1251 Pengunjung
Tahun 2024 akan diwarnai oleh tantangan global yang signifikan. Proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,9 persen yang dipicu oleh inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga. IMF masih memperkirakan inflasi global tetap tinggi pada tahun 2024 yaitu sebesar 4,1 persen serta suku bunga kebijakan global akan mencapai 5,2 persen.
Selain tantangan global, IMF memperkirakan perekonomian Indonesia justru mengalami kenaikan dan akan terus tumbuh hingga sebesar 5,0 persen pada 2024, sementara proyeksi Bank Dunia (World Bank) sedikit lebih rendah yaitu sebesar 4,9 persen. Pertumbuhan ekonomi nasional ini tentunya didukung oleh konsumsi domestik yang kuat dan belanja Pemerintah.
Peningkatan pendapatan rumah tangga didorong oleh kenaikan upah minimum dan bantuan sosial dari Pemerintah, sedangkan peningkatan kredit konsumsi didorong oleh suku bunga yang rendah dan kemudahan akses kredit. Sedangkan, belanja Pemerintah diperkirakan akan meningkat sebesar 6,62 persen pada tahun 2024. Hal ini disebabkan karena adanya Pemilu yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi serta adanya peningkatan belanja infrastruktur.
Gelaran politik terbesar di Indonesia, yaitu Pemilu tentu memiliki dampak signifikan bagi perekonomian Indonesia, karena Pemilu seringkali diikuti oleh perubahan kebijakan dan arah kebijakan baru seperti kebijakan fiscal, moneter, regulasi bisnis, hingga memengaruhi iklim investasi.
Suksesnya Pemilu 2024 di Indonesia diyakini berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap investasi akan terus meningkat setelah pelaksanaan Pemilu lantaran pencoblosan tersebut dinilai sudah berjalan lancar. Pihaknya menilai situasi politik Indonesia pasca Pemilu cenderung lebih baik dari kondisi global di mana Jokowi mengapresiasi ketahanan ekonomi Indonesia ditahun politik yang Tingkat permodalan perbankannya mencapai 27,69 persen, di atas rata-rata negara kawasan.
Presiden Jokowi juga menyoroti pertumbuhan kredit perbankan di angka 10,38 persen (yoy) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,05 persen. Selain itu, inflasi Indonesia cenderung terkendali di angka 2,57 persen, sedangkan Cadangan devisa Indonesia berada di angka US$145 Miliar dan neraca dagang mengalami surplus US$36 Miliar atau sekitar Rp570 Triliun.
Kemudian, Presiden Jokowi menekankan pentingnya peran perbankan dalam memajukan UMKM, karena pasalnya UMKM sangat membutuhkan modal usaha yang disalurkan oleh Bank. Kredit perbankan untuk UMKM saat ini terbilang masih kecil, yaitu di angka 19 persen. Perlunya sebuah terobosan atau strategi baru agar ada peningkatan kredit perbankan agar UMKM bisa tumbuh dengan lebih baik.
Sementara itu, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo optimis situasi perekonomian nasional akan meningkat seiring kepercayaan investor yang berbanding lurus dengan keamanan dan kondusivitas nasional usai Pemilu 2024, karena menurutnya stabilitas politik merupakan modal utama bagi pembangunan ekonomi nasional sekaligus modal utama stabilnya industri jasa keuangan. Maka dari itu, para elit politik dan pendukungnya diimbau untuk tidak melakukan tindakan yang membuat situasi menjadi tidak stabil dan menimbulkan ketidakpercayaan bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada awal perdagangan dibuka menguat tepat setelah pelaksanaan pemungutan suara dalam Pemilu 2024 berjalan dengan baik. Analis mata uang, Lukman Leong mengatakan bahwa pada awal perdagangan Kamis pagi, 15 Februari tepat setelah pelaksanaan Pemilu, rupiah dibuka meningkat 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp15.582 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.604 per dolar AS.
Lalu, dilihat dari sisi investasi, para ekonom lainnya ikut turut memprediksi kondisi perekonomian Indonesia khususnya kondisi pasar serta membandingkannya sebelum dan sesudah Pemilu. Ekonom Bank BCA, David Sumual mengatakan bahwa kondisi pasar obligasi maupun pasar modal setelah Pemilu akan bullish. Secara angka, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan yield obligasi juga diprediksi akan membaik. Menurutnya, dilihat dari historis di setiap tahun politik selalu menunjukkan dampak positif bagi IHSG. David menambahkan bahwa dengan adanya Pemilu maka PDB Indonesia akan ikut terdampak positif. Hal ini bisa dibuktikan dari kuatnya perputaran uang di sektor UMKM selama masa kampanye lalu, baik kampanye Capres-Cawapres maupun Calon Legislatif.
Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang baik, Indonesia perlu menjaga momentum positif melalui stabilitas politik, pertumbuhan berkelanjutan, perlindungan terhadap masyarakat khususnya masyarakat rentan, dan percepatan reformasi struktural. Meskipun tantangan ke depan tetap ada, perekonomian Indonesia mampu dan siap menghadapi dinamika global dengan langkah-langkah yang tepat dan terukur. Langkah-langkah inilah yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari Pemilu dan kondisi ekonomi global. Karena itu pula sinergitas dan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter antara Pemerintah, BI, dan pihak-pihak terkait lainnya harus terus ditingkatkan untuk stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
)* Penulis adalah Pengamat Ekonomi Nusa Bangsa Institute.
Komentar