Seharian Dibangun, Jembatan Darurat Yangapi - Tembuku Rampung dan Sudah Bisa Dilalui
Jumat, 14 Oktober 2022
19:15 WITA
Bangli
1635 Pengunjung
Kondisi jembatan darurat di ruas Jalan Yangapi - Tembuku sudah bisa dilalui pemotor, Jumat (14/10). SD/Ist
Bangli, suaradewata.com - Semangat gotong - royong warga bersama tim gabungan termasuk pemerintah kecamatan Tembuku, Bangli patut diacungi jempol. Berapa tidak, berkat kerja keras warga yang seharian dari pagi hingga malam Kamis (13/10) untuk menuntaskan pembangunan jembatan darurat di jalan Propinsi yang putus untuk menghubungkan desa Yangapi dengan Tembuku akhirnya membuahkan hasil. Jembatan darurat yang dibuat dengan menggunakan batang kelapa dan anyaman bambu itu, mulai Jumat (14/10) sudah bisa dilalui diperuntukan pengendara roda dua dan pejalan kaki.
Selain sebelumnya sudah melalui kajian, sebelum diberlakukan untuk umum, jembatan tersebut sudah diuji coba oleh petugas sendiri seusai menggarap jembatan darurat tersebut. "Termasuk pula dibuatkankan banten sejenisnya. Kemarin begitu usai kita buatkan banten kecil dulu seperti tulung urip sebagaimana kepercayaan kita di Bali (Hindu). Nah sekarang kita upacarai lagi dengan bentuk banten yang lebih besar,"ujar Camat Tembuku I Putu Sumardiana ditemui di lokasi.
Disebutkan jembatan tersebut dibangun dengan panjang sekitar 15 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi sekitar 10 meter. "Sekarang masih ada pengerjaan lagi untuk dinding di samping-samping. Kita upayakan hari ini rampung semua,"sebutnya, sembari menambahkan saat pagi terutama jam berangkat sekolah akan ada petugas kepolisian dan TNI yang bertugas jaga di lokasi, memandu pengendara untuk melintas di jembatan tersebut.
Pantauan di lokasi, nampak pengendara sudah mulai lalu lalang, termasuk bahkan warga sekitar yang melintas membawa beban rumput. Sebagian nampak masih ragu dan memaksakan diri melalui jembatan tersebut terutama pengendara wanita (ibu-ibu). Selain waswas, kondisi jembatan memang sedikit licin mengingat dindingnya terbuat dari bambu yang baru. Nampak pula pengendara yang membawa penumpang (berboncengan), lebih memilih turun dulu lalu berjalan kaki melalui jembatan tersebut. "Masih ada waswas sih, agak gimana gitu rasanya di dada. Tapi melihat banyak petugas dan yang lain aman-aman saja lewat, ya sudah terobos saja,"ujar Ibu Dewi, salah seorang pengendara mengaku dari Undisan.
Dia mengaku terpaksa melalui jembatan tersebut. Sebab, jika harus mencari jalan alternatif lain, dirinya harus memutar dan itu cukup memakan waktu. "Mau ke Bangli (kota). Sebelumnya lewat jalan alternatif ke selatan, memutar cukup jauh," ujarnya. Disisi lain, pihaknya juga berharap agar perbaikan jalan putus ini secara permanen segera dilakukan pemerintah agar aktivitas masyarakat bisa kembali normal.ard/nop
Komentar