Opini suaradewata.com - Kewaspadaan terhadap ancaman terorisme tidak boleh pudar. Nyatanya ancaman terorisme masih membayangi Indonesia, terbukti dengan Aksi teror Bom yang meledak di Mapolresta Medan Sekitar Pukul 08.44 WIB, pada Rabu (13/11/2019). Masyarakat pun beramai-ramai mengecam aksi teror tersebut karena masuk dalam tindakan keji dan brutal.
Peristiwa bom bunuh diri krmbali terjadi Indonesia. Kali ini, pelaku beraksi di lingkungan Mapolrestabes Medan. Dalam peristiwa tersebut, pihak kepolisian sempat mengejar pelaku yang menerobos masuk ke Mapolresta Medan. Sebelum akhirnya meledak di dekat kantin.
Kasi Propam Kompol Abdul Muthalib sempat mengejar pelaku yang menerobos masuk Mapolres. Kemudian ada ledakan Bom di dekat kantin, atas peristiwa tersebut sebanyak 6 orang terluka akibat ledakan yang diduga Bom Bunuh Diri tersebut. Keenamnya antara lain, empat anggota kepolisian, 1 anggota PHL dan satu orang warga yang tengah membuat SKCK.
Tak hanya itu, 4 kendaraan dinas kepolisian juga mengalami kerusakan, yakni Mobil Dinas KA Bag Ops mengalami rusak kaca pecah dan terkena serpihan, Mobil Pribadi Ka Bag Ops, dan 2 truk Dinas yang mengalami kaca pecah karena terkena serpihan ledakan.
Masyarakat yang saat itu tengah mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) di Polrestabes Medan, lantas berhamburan menyelamatkan diri saat terjadi ledakan.
Salah satu saksi mata di lokasi yang saat itu juga tengah mengurus SKCK juga melihat banyak serpihan benda berserakan usai terjadi ledakan.
Aksi tersebut mendapatkan kutukan dari Ketuka Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia, Igun Wicaksono, pihaknya mengutuk keras aksi teror Bom Bunuh diri yang terjdai di Polrestabes Medan, Sumatera Utara. Pelaku Bom Bunuh diri tersebut ditengarai menggunakan atribut ojek online saat melancarkan aksinya.
Igun pun telah menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan pelaku bom bunuh diri Medan tersebut. Apakah memang betul pengemudi ojek online atau hanya menggunakan atribut untuk menyamarkan identitas saja.
Sementara itu, Ojek Dring Gojek juga sempat angkat bicara terkait dengan peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Mapolresta Medan, Sumatera Utara, Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menyatakan dalam keterangan tertulisnya, bahwa pihaknya mengutuk keras kejadian bom bunuh diri yang terjadi pada sekitar pukul 08.45 WIB tadi.
Tak hanya itu, kutukan keras juga dilancarkan oleh Muhammad Guntur Romli selaku politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kutukan tersebut ia sampaikan melalui cuitan di akun twitternya @GunRomli. Guntur menyatakan tindakan tersebut sebagai tindakan keji dan biadab yang menyasar Polrestabes Medan. Atas peristiwa tersebut, tentu kita sepakat bahwa tidak ada sikap lain selain hanya mengutuk keras terjadinya aksi bom bunuh diri tersebut.
Dalam hal ini kita harus memberikan dukungan kepada aparat kepolisian yang akan melakukan penegakkan hukum secara profesional dalam rangka menjaga keamanan dan memberikan perlindungan kepada setuap warga negara.
Aksi teror bom maupun bom bunuh diri merupakan tindakan yang radikal, sebagai anak bangsa tentu kita tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Kewaspadaan keamanan lingkungan juga tidak boleh lengah, karena peristiwa tersebut bisa saja terjadi di setiap detiknya dimanapun dan kapanpun.
Kita juga tidak boleh lengah, karena Terorisme dan radikalisme memiliki tujuan politis untuk merebut kekuasaan, mendirikan khilafah serta menegakkan syariah yang menurut atau sesuai dengan versi mereka. Hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan Ideologi Pancasila yang telah diperjuangkan untuk tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari NKRI. Negara Indonesia yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika bukanlah negara khilafah.
Dalam memberantas radikalisme dan terorisme tentu hal konkrit yang bisa dilakukan adalah dengan cara membumihanguskan potensi serangan para teroris. Jangan sampai ada ruang bagi mereka untuk melakukan serangan. Penanganan terorisme bisa dilakukan dengan melumpuhkan siapa “otak” yang ada dibalik layar aksi teroris yang pernah ada di Indonesia.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyatakan bahwa pihaknya masih terus mendalami kejadian tersebut. Ia tidak menampik bahwa ada indikasi bahwa pelaku tersebut terlibat dalam jaringan teroris di Indonesia.
Komentar