Mewaspadai Maraknya Media Propaganda di Tempat Ibadah Jelang Pemilu 2019
Minggu, 07 April 2019
00:00 WITA
Nasional
3112 Pengunjung
Opini, suaradewata.com - Setelah Obor Rakyat berniat untuk terbit, sebuah tabloid bermuatan politik bernama “Indonesia Barokah” muncul menjelang kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 2019. Tabloid tersebut disebar ke sejumlah pesantren dan DKM. Bahkan tabloid yang berisi ujaran tendesius tersebut juga disebar ke rumah – rumah warga. Daerah persebarannya meliputi wilayah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Di Tasikmalaya ada lebih dari 3000 eksemplar yang beredar, pengiriman tabloid ini ditujukan pada pondok pesantren dan DKM masjid.
Selain itu, Buletin Kaffah juga muncul dengan konten yang menyerang capres petahana. Buleting tersebut dinilai berisikan kampanye hitam yang menyerang paslon nomor urut 01.
“Jelas Pilpres banyak tabloid dan buletin yang konten isinya menyudutkan pasangan capres – cawapres. Kita sangat menyayangkan itu,” Kata Eric Thohir selaku Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi – Ma’ruf Amin.
Munculnya media tersebut di berbagai masjid tentu akan menambah kegaduhan menjelang pemilu dan berpotensi merusak demokrasi di Indonesia. Pemilu yang harusnya digelar secara gembira, rusak karena adanya hasutan dan propaganda dari kelompok tertentu. Meski propaganda merupakan hal yang sudah lama dalam ranah politik, namun belakangan ini propaganda selalu diasosiasikan dengan pendekatan yang manipulatif dan tak jarang membuatnya identik dengan hoax.
Erick Thohir meminta pada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) agar serius dalam menangani kampanye hitam yang disebar melalui buletin atau tabloid.
“Kita menerima laporan buletin kaffah itu diedarkan di sejumlah Ponpes wilayah Jabar. Kami bakal melaporkan ke polisi,” ujarnya.
Dirinya juga mengaku sepakat dengan pernyataan wakil presiden Jusuf Kalla (JK) yang meminta agar tabloid atau buleting yang berisi propaganda seperti itu dibakar.
“Masjid bukan sarana untuk berpolitik. Jangan menodai kesucian masjid,” tegas Erick.
Bentuk kampanye hitam terlihat pada narasi edisi 074 yang terbit pada Januari lalu. Buletin ini sejalan dengan selebaran Say No To Jokowi dengan mengangkat soal stop mendukung penguasa gagal dan ingkar janji. Ini menjelaskan benang merah kampanye hitam ke Jokowi dengan menggunakan dalil – dalil agama. Pada selebaran Say No To Jokowi terdapat tagar #2019GantiPresiden. Hal ini mengindikasikan produsen kampanye hitam merupakan kelompok politik yang sama.
Edisi selanjutnya pun Buletin Kaffah jelas membela paslon nomor urut 02 terkait dengan tes baca Al – Qur’an dengan menggunakan dalil – dalil agama. Ini memperjelas siapa yang berada di balik buletin Kaffah. Buletin tersebut diterbitkan dan diedarkan setiap hari jumat di masjid – masjid. Tentu tercetaknya media tersebut adalah untuk kepentingan politik jelang Pilpres. Yaitu dengan mendukung paslon nomor 02 dan menjelekkan paslon nomor 01.
Ace Hasan Syadzily juga mengatakan bahwa target penyebaran buletin tersebut adalah umat muslim yang mengikuti shalat jumat. Sehingga dapat dinyatakan secara jelas siapa yang melakukan politisasi pada masjid dan menjadkannya sebagai tempat kampanye. Ketua Dewan Masjid Indonesia DMI DKI Jakarta, Ma’mun Al Ayyubi, mengatakan beredarnya beberapa tabloid berbau SARA dan provokatif di masjid – masjid cukup meresahkan. Karenanya, pada mubaligh berpandangan bahwa konten dan pembahasannya perlu diluruskan.
Untuk itu DMI DKI Jakarta memiliki inisiatif untuk menangkal peredaran tabloid berunsur provokatif yang masuk di masjid – masjid. Seperti buletin kaffah dan tabloid Indonesia Barokah. Pihaknya sudah memikirkan solusi atas permasalahan tersebut diantaranya dengan membuat Program buletin dakwah untuk menjadi pedoman umat muslim dalam meredam beredarnya tabloid dan buletin provokatif di masjid – masjid menjelang Pemilu April 2019.
“Buletin dakwah tersebut nantinya akan terus diedarkan setiap hari Jumat pada saat menjelang shalat Jumat oleh DMI Provinsi Jakarta,” tutur Ma’mun.
Dirinya memastikan bahwa buletin DMI DKI Jakarta tersebut akan rutin dibuat dan diedarkan di masjid – masjid. Hal inipun juga telah terwujud dengan terbitnya Buletin jumat pada Februari lalu dengan tema “Menuju Ridha Allah”.
“Tahun politik fitnah banyak tersebar dimana – mana. Jangan sampai membuat kita menjadi terpecah belah hanya karena beda pilihan menyebabkan kita memutus silaturahmi persaudaraan, pertemanan, hingga memecah belah persatuan bangsa yang dibangun bersama,” pungkasnya.
Masyarakat pada khususnya umat muslim, tentu harus pandai dalam memilah berbagai konten maupun media yang berisi konten provokatif jelang pilpres, jangan sampai hasutan maupun propaganda berbalut agama dapat merusak rasa persatuan.
Hilda Fitria,Penulis adalah Pengamat Masalah Sosial Budaya
Komentar