Kerajinan Bokor Lapas Singaraja Kedepankan Kualitas
Sabtu, 06 Mei 2017
00:00 WITA
Buleleng
4508 Pengunjung
suaradewata.com
Buleleng, suaradewata.com - Produksi kerajinan tangan bokor atau talam yang dikerjakan para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Singaraja lebih mengedepankan kualitas. Hal tersebut terkait pengerjaan yang menggunakan proses manual dan waktu pengerjaan yang lama sehingga harga sedikit lebih tinggi, Sabtu (6/5/2017).
Menurut Kepala Lapas Singaraja, Edi Cahyono, mengatakan bahwa lamanya proses yang dikerjakan manual menyebabkan produk kerajinan para warga binaan tidak terlalu memiliki pengaruh pangsa pasar di supermarket.
"Memang kadang bertemu produksi yang hampir mirip dan dikerjakan dng mesin, tapi kami sudah bandingkan kualitasnya. Jauh lebih kuat dan tahan lama kerajinan warga binaan," ungkap Cahyono dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Dikatakan, saat ini pihaknya mencoba melakukan terobosan baru untuk menjual hasil produksi kerajinan tangan warga binaan agar mampu menembus pasar supermarket besar khususnya di Buleleng. Walaupun disadari, lanjutnya, keterbatasan dalam memproduksi pun masih sedikit mengalami kendala.
Lalu, darimana modal produksi para warga binaan mengerjakan kerajinan?
Menyawab pertanyaan tersebut, Cahyono mengungkapkan bahwa ada beberapa warga binaan yang menggunakan modal sendiri untuk berkarya selama menjalani masa pembinaan di Lapas. Tapi ada juga yang dimodali dari Lapas dengan sistem pembagian hasil yang prosentasenya telah disepakati antara pengerajin dengan institusi dibawah Kemenkumham RI itu.
"Mereka yang ulet dan rajin, malah banyak yang mengirimkan uang kepada keluarganya di kampung dari hasil penjualan kerajinan mereka. Bahkan juga sering terima pesanan dalam jumlah lumayan besar. Tapi baru sebatas pesanan orang-orang dekat atau keluarga saja," imbuh Cahyono.
Menurutnya, pemesanan kerajinan para Narapidana di Lapas Singaraja bukan sebatas seputar daerah Kabupaten Buleleng semata. Produk yang telah dikerjakan warga binaan pun sering dipesan oleh orang-orang luar daerah yang mengetahui keberadaan kegiatan kerajinan tangan di Lapas Singaraja.
Dikonfirmasi mengenai harga jual terendah hingga nominal penjualan tertinggi produk kerajinan tangan Lapas Singaraja, Cahyono mengatakan bahwa harga relatif bervariasi. Mulai puluhan ribu rupiah hingga yang ratusan ribu rupiah pun juga ada di jual.
Beberapa produksi yang sering ramai dipesan selain bokor adalah talam atau tempat untuk menyuguhkan makanan dan minuman, bingkai foto, asbak, dan produksi miniatur lainnya.
Sebagian besar bahan baku, lanjut Cahyono ialah mempergunakan korek api batangan atau kreasi berbahan kayu. Namun, produk yang paling ramai mendapat perhatian adalah kerajinan yang menggunakan bahan korek api.
Untuk proses pengerjaannya, Kalapas Cahyono mengatakan dilakukan di ruangan khusus yang terletak di dalam pagar tembok Lapas Singaraja. Selama bekerja pun, lanjutnya, warga binaan tetap dalam pengawasan pegawai sipir yang bertugas.
"Ada beberapa pengerjaan yang menggunakan benda tajam seperti pisau cutter atau gunting. Namun benda-benda itu selalu diawasi penggunaannya dan yang pasti tidak bisa keluar dari Bungker (ruang pengerjaan)," pungkas Cahyono. adi/ari
Komentar