Dalam 3 Hari, Bupati Eka Kumpulkan 300 Juta Untuk Korban Songan
Senin, 20 Februari 2017
00:00 WITA
Bangli
3748 Pengunjung
istimewa
Bangli, suaradewata.com– Kepedulian kepada para korban musibah longsor di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, hingga kini terus mengalir. Beberapa eleman masyarakat turun ke jalan mengumpulkan sumbangan. Bahkan Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti ditengah kesibukannya tetap menunjukkan kepeduliannya kepada sesame khususnya para korban bencana di Songan Bangli. Dalam beberapa hari Bupati Eka berhasil mengumpulkan dana sebesar 300 juta lebih dari PNS dilingkungan Pemkab Tabanan. Tidak hanya itu, Bupati Eka juga menyerahkan bantuan satu truck sembako. Bantuan itu langsung diserahkan Bupati Eka kepada Bupati Bangli I Made Gianyar di Wantilan Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Bangli, Senini, (20/2/2017).
Jumlah total bantuan 300 juta itu, sebanyak 200 juta berasal dari sumbangan sukarela tanggap bencana pegawai Pemkab sedangkan 100 juta lagi adalah sumbangan Bupati Eka secara pribadi. Sehingga totalnya menjadi 300 juta. Tidak hanya itu Bupati Eka juga selaku Ketua Dewan Penasehat Yayasan Siwa Agung Jagadhita Bali juga mengetuk hati siswa perguruan Siwa Murti untuk membantu sesama. Dan berhasil mengumpulkan uang tunai Rp 8,6 juta lebih. Bantuan tersebut dihimpun dari seluruh sisya Perguruan Siwa Murti dari seluruh Bali.
Kepada warga Desa Songan B, Bupati Eka menyampaikan rasa bela sungkawanya terhadap para korban bencana. Khususnya, mereka yang harus kehilangan anggota keluarganya. “Kami datang ke sini untuk berbagi kasih. Apalagi beberapa hari ini saya lihat banyak sekali yang jadi korban (bencana) di Bangli. Sebetulnya, bencana tidak hanya di Bangli saja. Di Tabanan, di Candikuning juga ada longsor. Tapi yang paling berat kita rasakan di sini (Kintamani),” ujarnya.
Menurutnya, secara pribadi kegiatan berbagi kasih dan kepedulian kepada korban bencana ini salah satunya didorong keinginan untuk menjadi pribadi yang berguna kepada sesama. Termasuk kepada masyarakat yang tertimpa musibah.“Saya berusaha untuk bisa menjadi pribadi yang berguna. Apalah artinya saya. Karena keberadaan saya ini tidak lepas dari berkat Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Kita harus selalu berbagi kasih. Dan, jangan lupa apa yang kita miliki saat ini hanya titipan,” sambungnya.
Karena itu, sejak beberapa waktu lalu, selaku pimpinan daerah di Tabanan, Bupati Eka berkomunikasi dengan Sekda Wirna untuk membahas apa yang bisa dilakukan bagi korban bencana di Kintamani. Sehingga munculah bantuan sukarela ASN. “Begitu juga dengan Pinisepuh Yayasan Siwa Murti, Jero Mangku Made Subagia, saya tanya kapan kita ke Songan. Astungkara, bantuan itu bisa terkumpul. Dari ASN kami di Tabanan terkumpul Rp 200 juta. Terus dari Yayasan Siwa Agung Jagadhita terkumpul satu truk sembako dan uang tunai Rp 8,6 juta,” ungkap Bupati Eka.
“Karena itu, apapun yang dilatari dengan niat baik serta didasari ketulusan pasti akan tercapai. Saya selalu tekankan untuk menabung karma. Karena dengan karma baik, kita akan selalu dibukakan jalan. Saya juga berharap bantuan yang kami serahkan ini bisa berguna dan bermanfaat bagi para korban. Pergunakan dengan bijak. Saya titip juga ke Bupati Bangli soal relokasinya di mana dan kalau bisa segera,” sambungnya.
Sementara itu, Bupati Bangli I Made Gianyar mewakili masyarakat, khususnya para korban bencana longsor, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kepedulian Bupati Eka, jajaran OPD di lingkungan Pemkab Tabanan, serta Yayasan Siwa Agung Jagadhita Bali dan Perguruan Siwa Murti. “Kami mewakili masyarakat Bangli, khususnya dari para korban yang menjadi korban musibah, menyampaikan rasa terima kasih tidak terhingga karena bersedia hadir di tangah kedukaan yang kami alami,” ujar Made Gianyar.
Secara sekilas, Made Gianyar menjelaskan bahwa dampak bencana longsor yang terjadi beberapa waktu lalu sejatinya terjadi pada seluruh desa. Namun, dampak yang paling besar hingga menimbulkan korban ada di empat tempat yakni Desa Songan B, Desa Awan, Desa Subaya, dan Desa Sukawana. “Untuk relokasi, kemarin tim verfikasi dari Pemprov Bali sudah turun. Relokasipun ada aturannya karena untuk tanah hutan harus ada penggantinya. Setelah ada penggantinya serta ada kesepakatan dari masyarakat, relokasi akan segera dilaksanakan serta membangun tempat tinggal mereka lewat bantuan-bantuan yang ada,” jelasnya. hms/gin
Komentar