PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Pawintenan 4 Pemangku Desa Bedulu di Hari Saraswati

Minggu, 22 Januari 2017

00:00 WITA

Gianyar

4255 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

istimewa

Gianyar, suaradewata.com - Perayaan hari suci Saraswati, Sabtu (21/1) Umanis wuku Watugunung, yang diyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan, dinilai sebagai waktu yang tepat untuk melaksanakan posesi ritual keagamaan.
 
Berdasarkan pertimbangan dan petunjuk dari tokoh spiritual, prajuru bersama masyarakat desa pakraman Bedulu di kecamatan Blahbatuh, melaksanakan ritual upacara pawintenan dua pasang pemangku.
 
Prosesi pawintenan yang disaksikan ratusan krama desa pakraman Bedulu, bertempat di Pura Dalem Bedulu itu, dipimpin dan dipuput Ida Pedanda Jelantik Manggis Putra, dari Griya Gede desa pakraman Wanayu, Bedulu, kecamatan Blahbatuh, Gianyar.
 
Bendesa desa pakraman Bedulu, I Gusti Made Ngurah Serana mengatakan pawintenan dua pasang pemangku itu masing masing Jro Mangku Gusti Ketut Kantun dan istrinya Jro Mangku Wayan Kondri, yang keduanya didaulat sebagai janpanggul atau pemangku di Pura Jaksan.
 
Sedangkan satu pasang lainnya, tambah Jro Bendesa Bedulu yang sebelumnya mejadi wakil bendesa itu, adalah Jro Mangku Nyoman Rutha dan Jro Mangku Ni Wayan Roti, yang juga pasangan suami istri.
 
Penunjukkan kedua pasangan suami istri sebagai pemangku dua pura amongan krama desa pakraman Bedulu itu, didasarkan pada awig awig desa pakraman setempat. Dalam aturan tertulis itu, ditetapkan mekanisme pemilihan pemangku pura yang diemong krama, dapat dilakukan melalui pemilihan maupun ditentukan melalui garis keturunan purusa.
 
"Dalam awig awig desa pakraman kami (desa pakraman Bedulu-red), proses pemilihan pemangku dapat dipilih oleh seluruh krama maupun melalui garis keturunan keluarga pemangku dari garis purusa" Jelas Bendesa Ngurah Serana.
 
Dalam prosesi kedua pemilihan pemangku itu, senantiasa diawali dengan tahapan ritual maupun konsultasi dengan pihak pihak kompeten, baik tokoh adat maupun pendea desa, di Griya gede Wanayu.
 
"Sebelum memutuskan untuk melaksanakan pawintenan lebih dulu kami bahas bersama prajuru desa serta memohon petunjuk dari Ida Pedanda di Grya Wanayu," ungkap Jro Bendesa seraya mengakui kedua pemangku yang diwinten tersebut adalah anak angkat.
 
Karena itu, sebelum diwinten dilakukan prosesi upacara ngangkat sentana yang adat dan dilandasi agama Hindu. gus/ari


Komentar

Berita Terbaru

\