Warga Subilang Terserang Muntaber, 1 Meninggal Dunia
Rabu, 09 November 2016
00:00 WITA
Gianyar
4165 Pengunjung
suaradewata.com
Gianyar, suaradewata.com – Wabah muntaber menyerang warga Banjar Subilang Desa Bukian, Kecamatan Payangan. Warga pun silih berganti datang ke Puskesmas Payangan untuk mendapatkan perawatan. Hingga Rabu sore (9/11), tercatat ada 41 warga yang sudah masuk ke Puskesmas dan 15 diantaranya harus dirujuk ke RS Sanjiwani Gianyar. Yang paling parah, seorang nenek meninggal diduga telat mendapat perawatan.
Sejak awal pekan ini, Senin (7/11) hingga Rabu (9/11), warga Banjar Subilang silih berganti berdatangan ke Puskesmas Payangan. Tempat tidur di Puskesmas pun terisi penuh baik di lantai I maupun di lantai II. Para pasien yang datang kebanyakan mengeluh sakit perut dan diare. Salah satu korban, Wayan Mertayasa, 7, mengaku merasakan mulas di bagian perut sejak Rabu dini hari (9/11) sekitar pukul 02.00. ”Anak saya sakit perut terus dan langsung kami bawa ke Puskesmas,” ujar ayah Mertayasa, Wayan Rupa, 40, saat menunggui putranya, kemarin.
Menurut Rupa, putranya mengalami sakit sepulang dari kondangan di rumah salah satu warga yang merayakan resepsi pernikahan. ”Di banjar saya, ada lima pasang warga yang menikah, terakhir anak saya makan sate di rumah orang menikah,” jelasnya. Lima pasang pengantin yang menikah di Banjar Subilang itu berlangsung beruntun sejak Senin (7/11) hingga Rabu (9/11).
Diakuinya, selain mengalami diare, putranya itu juga sempat muntah. ”Muntah sudah dua kali. Tapi sampai Puskesmas tidak ada muntah lagi,” jelasnya. Mertayasa sendiri langsung mendapatkan perawatan diinfus. Ketika dokter yang memeriksa bertanya apakah perutnya masih sakit, Mertayasa mengaku merasa lapar.
Kondisi Mertayasa yang tidak kunjung membaik, membuatnya langsung dirujuk ke RS Sanjiwani Gianyar untuk mendapatkan perawatan intensif. Tercatat, hingga sore tadi ada 15 pasien yang dilarikan ke RS Sanjiwani menggunakan mobil ambulance. Selanjutnya, ada 11 pasien masih bisa ditangani oleh Puskesmas Payangan dan sisanya diperbolehkan pulang karena kondisi mereka membaik.
Kabar terparah, seorang nenek, Ni Wayan Ketel, 83, dikabarkan meninggal dunia diduga akibat terserang muntaber. Menurut penuturan Klian Dinas Banjar Subilang Desa Bukian, Wayan Sabawardana yang juga menantu si nenek, mengaku mertuanya meninggal dunia kemarin Selasa (8/11) di RS Sanjiwani. Si nenek mengalami sakit pada perut semenjak Rabu lalu (2/11). ”Mertua sempat kena diare, disamping itu sudah usia juga. Jadi tidak kuat menahan sakit. Tapi kepastian karena diare belum tahu juga,” ujar Sabawardana. Kini, jasad nenek telah berada di rumah duka dan menanti proses upacara.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Payangan, Gusti Ngurah Gede Putra, menyatakan pihaknya menangani pasien sesuai standar operasional. ”Di Puskesmas ini kami memberikan obat diare akut, pertama memberikan cairan (infus) yang paling utama, karena cairan ini mencegah agar tidak bereaksi lebih lanjut, sekaligus mencegah muntah dan diare,” ujar Gusti Putra sambil menunjuk infus pasien.
Selanjutnya, apabila pasien yang diberikan penanganan awal tidak menunjukkan pemulihan, maka disarankan untuk dirujuk ke RS Sanjiwani Gianyar. ”Yang dirujuk karena tidak ada perbaikan kondisi, kami lihat juga factor usia, dehidrasi berat dan tensinya turun,” bebernya.
Mengenai wabah ini, pihaknya belum menyebut sebagai wabah. ”Kalau disebut wabah itu harus ada peningkatan kasus sebanyak 200 persen, ini kan tidak sampai segitu,” tandasnya. Gusti Putra juga membantah jika nenek yang meninggal disebabkan karena diare. ”Kami tidak menyebut pasien itu kena diare. Karena belum terkonfirmasi. Pasien itu datang ke RS dalam kondisi dehidrasi berat. Untuk memastikan tentunya perlu otopsi,” tegasnya. gus/ari
Komentar