Aku Papua, Aku Indonesia
Jumat, 23 September 2016
00:00 WITA
Nasional
5901 Pengunjung
istimewa
Opini, suaradewata.com – Kesungguhan pemerintah dalam pembangunan infrastrukur di Papua merupakan bentuk perwujudan program Nawacita Presiden Jokowi dalam membangun konektivitas wilayah perbatasan. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dalam jangka panjang, dimana pembangunan ini akhirnya mulai membuahkan hasil positif. Salah satu harapan Presiden dalam proses pembangunan infrastrukur adalah turut berpartisipasinya masyarakat Papua dalam pelaksanaan program pembangunan. Program ini akhirnya mulai menggerakkan hati masyarakat Papua yang selama ini berafiliasi dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Selama ini pemerintah pusat tidak hanya memfokuskan seluruh perhatiannya pada perkembangan dan kemajuan masyarakat Papua, namun segala upaya telah dilakukan pemerintah pusat untuk mengakomodir semua pembangunan yang akan dilaksanakan di bumi cenderawasih itu. Bahkan pemerintah telah menyiapkan anggaran yang sangat besar, yaitu sekitar Rp 12,5 triliun dari dana APBN untuk membangun infrastuktur jalan di wilayah Papua dan Papua Barat.
Salah satu bentuk konkrit pembangunan yang dilakukan oleh Pemkab Puncak Jaya, Papua adalah membangun infrastruktur jalan yang menghubungkan seluruh kampung di Kabupaten Puncak Jaya untuk membuka keterisolasian beberapa distrik, seperti Distrik Tingginambut yang selama ini hampir tidak terdapat aktivitas perekonomian dan juga pendidikan, karena sejak tahun 2004 hingga 2011 wilayah tersebut terkenal sebagai salah satu zona merah sebagai basis pembentukan OPM oleh kelompok Goliat Tabuni. Upaya pembangunan yang dilakukan pemerintah selama ini selalu mendapat perlawanan dari kelompok OPM, yang tentunya sangat menghambat pelaksanaan program pemerintah.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan kesungguhan pemerintah dalam berkomitmen untuk membangun Papua, manfaat perubahan mulai dirasakan oleh masyarakat. Selain kemudahan dalam akses antar kampung juga membuat sumber penerangan dapat diakomodir oleh dinas terkait. Hingga akhirnya pada 17 Agustus 2016, bertepatan dengan peringatan hari lahirnya negara Indonesia, beberapa anggota TPN OPM memberikan kado ulang tahun spesial untuk seluruh bangsa Indonesia yaitu “kembalinya” mereka ke pangkuan Ibu Pertiwi dengan menyerukan ikrar untuk setia kepada NKRI dan berjanji akan mendukung setiap kebijakan pemerintah.
Di sisi lain, menurut salah satu anggota mantan OPM, Supir Murib, selama ini para pengikut Goliat Tabuni merasa ditipu dengan janji Papua merdeka karena setelah mereka melakukan kunjungan di beberapa wilayah di Pulau Jawa ternyata tidak terdapat kantor perwakilan Papua Merdeka. Sementara itu, mantan pimpinan OPM lainnya, Boni Telenggen mengaku bahwa selama ini perjuangan yang dilakukan oleh kelompoknya adalah sia-sia karena tidak ada kepastian tentang kemerdekaan Papua Barat. Bahkan, Yalingga Enumbi sebagai mantan anggota OPM berjanji untuk tidak akan menentang pemerintah bahkan berkeinginan untuk menghilangkan citra buruk Tingginambut sebagai markas OPM di masa lalu.
Beberapa pemberitaan media tentunya telah mengobarkan kembali semangat perjuangan dan nasionalisme masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di tanah Papua untuk membangun kembali tanah kelahiran mereka. Masyarakat Papua akan merasa lebih aman karena tidak akan dihantui lagi oleh berbagai aksi teror kelompok OPM karena TPN-OPM Goliat telah menyatakan kembali bergabung ke pangkuan ibu pertiwi dan tidak menutup kemungkinan secara simultan masyarakat Papua akan berevolusi menjadi masyarakat madani dengan tingkat kesejahteraan yang baik melalui pengembangan pendidikan dan keterampilan yang didukung oleh pengembangan sektor perekonomian daerah.
Oleh karena itu, Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Daerah harus bahu-membahu bersama masyarakat untuk membangun Papua dalam naungan NKRI yang berdaulat. Terakhir, seorang anggota TNP OPM berpesan kepada saudara-saudaranya yang masih berada di hutan, yang masih berteriak merdeka, baik di Kolome, Tingginambut, Yambi, maupun Mewoluk agar segera turun dan ikut membangun.
“Tidak ada gunanya kamu berlama-lama di sana, stop teriak merdeka karena kita sudah merdeka 71 tahun lalu. Sekarang waktunya bekerja untuk membangun Papua dan anak-anak kita yang harus belajar. Bolehlah kalian berjuang, tapi untuk apa kalian perjuangkan sesuatu yang tidak jelas arah dan tujuannya? Lebih baik kita bersatu dan mengkokohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk Papua yang lebih baik, Aku Papua Aku Indonesia”.
Yunita Gustina Sairdekut
Pemerhati Masalah Papua
Komentar