Tabanan, suaradewata.com – Kerasnya kehidupan membuat pasangan suami istri (pasutri) di Banjar Tegal Seka, Desa Pesagi, Penebel yakni Ida Bagus Komang Merta,59, dan Ida Ayu Ketut Sumarti,59, harus rela tinggal pada gubug kecil yang dibangun di sebuah tegalan yang terletak di sebelah barat Bendungan Telaga Tunjung.
Kehidupan ini sudah mereka jalani selama dua tahun lamanya. Dan, bukan tanpa sebab pasutri tua ini harus mengalami nasib seperti itu. Karena sebelumnya, mereka harus rela menjual rumah lantaran terbelit hutang yang dipakai untuk mengobati anak mereka. “Dulu ada rumah. Tapi sudah terjual untuk biaya berobat anak,” kata Ida Bagus Komang Merta saat dijumpai pada Minggu (31/7/2016).
Dia menceritakan, sakit yang diderita anaknya, Ida Ayu Putu Sari Ani, tidak kunjung sembuh. Ada juga yang mengatakan, penyakit anaknya itu lebih mengarah ke nonmedis atau niskala. “Anak saya seperti orang gila,” tuturnya.
Karena itulah, kondisi ekonomi Ida Bagus Komang Merta dari hari ke hari semakin menurun. Hingga akhirnya, dia harus rela menjual rumahnya. Kondisi itupun semakin diperberat dengan kesehatannya yang kerap digerogoti penyakit asam urat. “Saya kena asam urat. Tetapi saya tetap paksakan untuk bekerja,” katanya.
Untuk menopang kehidupan keluarganya, Ida Bagus Komang Merta sesekali bekerja sebagai pencari kelapa. Pekerjaan itu tidak bisa dilakoninya setiap hari karena tergantung permintaan. Bila nasib berpihak padanya, upah mencari kelapa yang diperolehnya tidak lebih dari Rp 60 ribu. "Perbulan (penghasilan) tidak menentu. Hanya dari hasil memetik kelapa,” ceritanya.
Tinggal di gubug pada sebuah tegalan diakuinya tidak nyaman. Terlebih di malam hari nyamuk begitu banyak. “Sudah pasti terganggu. Banyak nyamuk. Kalau tidak ada obat nyamuk, tidak bisa tidur,” katanya.
Sementara itu Kepala Desa Rejasa I Gede Wayan Wihastra membenarkan kondisi kehidupan yang dijalani keluarga Ida Bagus Komang Merta tersebut. Namun dia membantah bahwa yang bersangkutan sampai menjual rumah. "Itu tidak benar. Itu masalah di internal keluarga. Masalah sama saudaranya. Padahal orang punya itu," kata Wihastra saat dihubungi lewat telepon seluler.
Dikatakan, dari Dinas Sosial Tabanan sempat memantau langsung kondisi keluarga tersebut. Bahkan, proses klarifikasi sudah sempat dilakukan dan kini masih dalam proses akan mendapatkan bedah rumah. Hanya saja, kendala utamanya adalah lahan. “Karena tanah dia tidak punya sama sekali. Tetapi dari pihak keluarga besar sudah memberikan tanahnya untuk tempat bedah rumahnya," jelasnya. ang/hai
Komentar