Gianyar, suaradewata.com - Masyarakat adat desa pakraman Bedulu Kecamatan Blahbatuh Gianyar, melaksanakan prosesi ritual atma wedana Maligia Punggel, yang puncaknya dilaksanakan 28 Juli 2016.
Maligya Punggel yang diikuti 109 sawa dari warga setempat itu, merupakan rintisan awal guna meringankan beban biaya serta menggalang jiwa gotong royong yang dilandasi kebersamaan di antara krama.
Menurut Bendesa Desa Pakraman Bedulu, I Gusti Made Ngurah Serana yang didampingi sekretarisnya, I Made Suweca Padang, upacara Atiwa tiwa Maligya Punggel merupakan rangkaian dari upacara pengabenan yang telah dilaksanakan 16 Juli lalu."Sesuai kesepakatan krama dan peserta pangabenan kinembulan yang lalu, maka dilanjutkan dengan atma wedana Maligya Punggel ini," kata Jro Bendesa Bedulu seraya menuturkan pelaksanaan Atiwa tiwa pengabenan yang disusul dengan upacara Maligya Punggel, baru pertama kali dilaksanakan prajuru desa pakraman. Sehingga diakui sempat muncul pertanyaan dari krama lain yang tidak mengikuti upacara mamukur itu.
Namun setelah diberikan pemahaman serta dijelaskan untuk menggugah kesadaran bergotong royong untuk membantu krama peserta Maligya Punggel lainnya, maka kesepakatan pengabenan dilaksanakan dengan disertai dengan upacara Maligya Punggel. "Kami menyadari memulai hal yang baru itu memerlukan waktu dan perjuangan. Karena ke depan setiap krama sudah pasti akan menjalankan hal yang sama (upacara pengabenan dan Maligya Punggel-red)," jelas Bendesa seraya mengakui kekompakan krama lima banjar adat di desa pakraman Bedulu dalam menyiapkan sarana dan prasarana upacara pengabenan sampai upacara Atiwa tiwa Maligya Punggel yang dipusatkan di wewidangan Banjar adat Batu Lumbang, Bedulu.
Terkait menumbuhkan pemahaman akan arti kebersamaan dalam upacara keagamaan, LPD Bedulu sebagai lembaga keuangan milik desa pakraman setempat akan menggelar wayang Cenk Blonk asal Desa Belayu Tabanan, Rabu (26/7). Wayang kulit yang kini diganderungi masyarakat luas ini, dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran serta memupuk kebersamaan sebagai jiwa gotong royong itu.
Kepala LPD Bedulu, Anak Agung Gede Adi Parwatha, SE, mengaku sengaja memilih wayang Cenk Blonk, karena banyaknya krama Bedulu dan sekitarnya dengan dalang yang mampu meracik pesan pesan sosial terkait adat istiadat, budaya serta agama Hindu dengan leluconnya yang segar.
Selain menumbuhkan jiwa gotong royong, juga dimaksudkan sebagai media untuk sosialisasi berbagai program desa pakraman serta program LPD BEDULU yang ikut meningkatkan kesejahteraan krama. Baik melalui modal usaha maupun bantuan terhadap warga miskin, siswa berprestasi maupun punia bagi para pinandita yang tergabung dalam Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Desa Pakraman Bedulu. Setiap tahun LPD juga menyerahkan 20 persen keuntungannya untuk dana pembangunan desa.
Agung Adi Parwatha juga mengungkapkan produk LPD Bedulu, berupa tabungan Samuantiga dan Wariga juga menjadi unggulan dalam meringankan biaya upacara Atiwa tiwa. Karena hanya dengan membayar Rp.300.000 sekali seumur hidup, nantinya akan mendapat layanan ngaben gratis. "Sedangkan kalau tabungan Wariga, satu keluarga akan ditanggung ngaben gratis hanya dengan sekali membayar Rp.2.000.000, untuk perlindungan semua anggota keluarganya," jelas Kepala LPD Bedulu, seraya mengungkapkan saat ini hampir 200 orang telah tercatat sebagai nasabah tabungan Samuantiga dan sekitar 100 keluarga yang menjadi nasabah tabungan Wariga.
Upacara Atma Wedana Maligya Punggel Senin (25/7) lalu telah dilaksanakan prosesi ritual ngangget daun bingin di jaba Pura Pengastulan desa pakraman Bedulu. Sedangkan sehari menjelang puncak Maligya Punggel, Rabu (27/7) ini, dilaksanakan upacara mapepada dengan mengeliling areal payadnyan dengan mengikutsertakan aneka sarana upacara, termasuk ayam dan kambing untuk sarana upacara. Selanjutnya atma wedana Maligya Punggel yang dirangkai potong gigi masal yang diikuti sekitar 100 orang. Sedangkan puncak atma wedana Maligia Punggel akan dipuput Ida Pedanda Geria Wanayu, Ida Pedanda Geriya Siangan, Ida Pedanda Buda Gunung Sari Peliatan, Ida Pedanda Tampaksiring dan Ida Pedanda Buruan Manuaba Geriya Sanding Desa Pejeng, Tampaksiring. gus/ari
Komentar