PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Harga Cabe Tembus 70 Ribu

Kamis, 06 Agustus 2015

00:00 WITA

Bangli

2413 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Bangli, suaradewata.com– Ditengah meroketnya harga cabe dipasaran yang kini tembus hingga Rp 70.000/kg, sejumlah petani di Bangli justru mengeluhkan berbagai jenis penyakit menyerang tanaman cabenya yang siap panen. Kondisi ini, tak ayal menyebabkan petani cabe justru khawatir gagal panen ditengah untung yang kini sudah didepan mata.

Dari pantauan dilapangan, Kamis (06/08/015) hektaran tanaman cabe di wilayah dusun Undisan dan Pucangan, Kayubihi, Bangli terserang penyakit. Menurut petani setempat, penyakit yang kerap menyerang tanaman cabe yakni penyakit antrak, lalat kuning dan belakangan serangan busuk batang. “Jika sudah terserang busuk batang, tanaman sudah pasti akan mati,” ungkap Wayan Sudirman  salah seoarang petani cabe yang juga Kepala Dusun Pucangan. Kata dia, gejala serangan penyakit busuk batang, awalnya menyerang akar tanaman. Selanjutnya, batang cabe menjadi kering.  “Daunnya juga menjadi kuning dan mengkerut serta buahnya cepat rontok akibat busuk. Lambat laun tanaman menjadi mati,” sebutnya.

Lanjut dia, untuk mengatasi serangan penyakit tersebut, berbagai pengobatan sudah dia lakukan. Namun, tidak ada perubahan pada tanaman cabenya. “Berbagai obat sudah pernah kita coba. Tapi kalau sudah terserang penyakit ini, rasanya sudah tidak bisa ditangani,” jelasnya.

Hal yang sama juga disampaikan I Nyoman Santa, petani cabe asal dusun Kuta Undisan. “Selama ini, serangan penyakit antrak dan lalat kuning yang paling meresahkan petani cabe. Selain itu, cuaca juga sangat berpengaruh,” jelasnya. Sebab, lanjut dia, saat musim kemarau saat ini, kondisi tanaman cabenya banyak yang tidak bisa tumbuh secara sempurna. “Tanaman banyak menjadi kerdil karena kurang air, sehingga berpengaruh terhadap kualitas buah, menjadi kurang bagus” sebutnya.

Meski demikian, karena harga cabe yang tinggi dipasaran diakui, tidak sampai menyebabkan para petani merugi. “Tapi karena serangan penyakit ini, keuntungan yang didapat petani kurang maksimal,” tegasnya. Dia juga mengaku, saat ini harga cabe di tingkat petani nai, yang awalnya sempat Rp 15.000/kg, terus naik sejak sepekan terakhi dan kini menjadi Rp 45.000/kg ditingkat petani. Karena itu, para petani di desa tersebut, berharap perhatian lebih dari instansi terkait agar lebih rutin turun kelapangan memberikan penyuluhan dan pengobatan terhadap serangan penyakit yang dikeluhkan para petani.

Sebaliknya, sesuai hasil pantauan di pasar Kidul, Bangli saat ini harga cabe kecil merah tembus mencapai Rp 60.000/kg.Harga cabe kecil campuran, mencapai Rp 50.000/kg. Sementara ditingkat pengecer di wilayah pedesaan, harga cabe bahkan telah mencapai Rp 70.000/kg. Para pedagang mengakui, kenaikan harga cabe terjadi secara betahap pasca hari raya Lebaran.  “Kenaikan drastis, mulai terjadi sejak sepekan terakir. Harga cabe terus naik hampir setiap hari,” ungkap Gusti Ayu Sri salah seoarang pedagang dipasar Kidul. Diperkirakan, kenaikan harga cabe dipicu karena pasokan cabe dai luar Bali seret. “Selain karena pengiriman terganggu, kemungkinan karena dampak cuaca sehingga menyebabkan banyak petani mengalami gagal panen,,” pungkasnya. ard


Komentar

Berita Terbaru

\