Pemerintah Pastikan Fundamental Ekonomi Tetap Kuat di Tengah Pelemahan Rupiah
Minggu, 06 April 2025
19:54 WITA
Nasional
1104 Pengunjung

Pelemahan Rupiah
Oleh: Bara Winatha*)
Pemerintah telah menegaskan bahwa kondisi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir masih berada dalam batas yang wajar dan tidak mencerminkan adanya gangguan terhadap fundamental ekonomi nasional. Penegasan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran publik terkait depresiasi rupiah yang menembus level Rp16.660 per dolar AS pada akhir Maret 2025. Kondisi ini dipandang masih dalam koridor yang wajar mengingat pasar telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan pada hari-hari berikutnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, telah menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini hanya merupakan bagian dari dinamika pasar yang terjadi secara harian. Dijelaskan bahwa sentimen global yang kurang menguntungkan menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan nilai tukar dan pasar saham, bukan karena lemahnya kondisi ekonomi domestik.
Dalam penilaian yang diberikan, ditegaskan bahwa faktor eksternal seperti kebijakan moneter ketat dari Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve), serta ketidakpastian ekonomi global, memiliki pengaruh signifikan terhadap volatilitas pasar keuangan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, dari sisi domestik, fundamental perekonomian Indonesia dianggap tetap kuat, dengan indikator-indikator makroekonomi yang masih menunjukkan arah yang stabil dan prospektif.
Pemerintah juga telah menegaskan bahwa Indonesia saat ini tidak sedang menghadapi krisis ekonomi seperti yang pernah dialami pada tahun 1998. Hal ini dikemukakan oleh pengamat ekonomi dari Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, yang menyampaikan bahwa meskipun terdapat pelemahan nilai tukar rupiah, situasinya sangat berbeda dengan krisis moneter tahun 1998. Pada masa krisis 1998, pelemahan rupiah terjadi secara drastis dan dalam waktu yang sangat singkat, sehingga menyebabkan cadangan devisa negara terkuras habis.
Cadangan devisa Indonesia saat ini cukup untuk menutupi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri selama lebih dari enam bulan, jauh melampaui standar minimum yang ditetapkan oleh IMF sebesar tiga bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah masih memiliki ruang yang cukup untuk menjaga stabilitas eksternal, termasuk untuk melakukan intervensi apabila diperlukan.
Ditegaskan oleh Ronny bahwa pelemahan rupiah yang berlangsung secara bertahap selama beberapa tahun terakhir telah dilakukan secara terkendali sebagai bagian dari strategi ekonomi jangka menengah. Nilai tukar rupiah memang mengalami pelemahan secara gradual, dari sekitar Rp11.000 per dolar AS menjadi lebih dari Rp16.000 saat ini. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekspor dan mendorong investasi asing langsung.
Ronny menjelaskan bahwa nilai tukar yang lebih rendah membuat harga barang ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar global. Selain itu, keuntungan dari ekspor juga meningkat, sehingga berpotensi mendongkrak penerimaan pajak dari sektor ekspor. Pelemahan rupiah inilah yang membuat biaya investasi di Indonesia menjadi lebih murah bagi investor asing, baik dari sisi harga saham maupun biaya tenaga kerja.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, juga telah menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah masih sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi nasional dan mekanisme pasar. Bank Indonesia terus melakukan langkah-langkah stabilisasi yang diperlukan untuk menjaga nilai tukar agar tetap terkendali, termasuk melalui intervensi di pasar valuta asing dan penyesuaian suku bunga kebijakan. Upaya tersebut dilakukan secara hati-hati dengan tetap memperhatikan stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Stabilitas sektor perbankan di Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan tahun 1998. Tidak adanya tekanan likuiditas yang berarti dan kuatnya pengawasan terhadap sistem keuangan menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Berbagai kebijakan fiskal dan moneter telah dilakukan secara terkoordinasi untuk memperkuat daya tahan ekonomi nasional terhadap gejolak eksternal.
Pemerintah, melalui koordinasi lintas sektor dan dukungan kebijakan dari Bank Indonesia, terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi nasional. Fokus diarahkan pada penguatan sektor riil, percepatan investasi, serta optimalisasi ekspor sebagai upaya menjaga pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Kesiapan pemerintah dalam menghadapi tekanan eksternal dibuktikan melalui cadangan devisa yang kuat, kebijakan fiskal yang disiplin, serta koordinasi yang erat antara otoritas moneter dan fiskal.
Melalui kombinasi antara pengelolaan makroekonomi yang disiplin dan dukungan dari berbagai sektor, pemerintah pastikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat meskipun terjadi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Masyarakat diimbau untuk tidak panik terhadap fluktuasi nilai tukar yang bersifat sementara dan lebih mencerminkan dinamika global. Pemerintah menegaskan bahwa arah kebijakan ekonomi tetap pada jalur yang benar dan ditujukan untuk menjaga kestabilan, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Mendasari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pelemahan rupiah saat ini tidak menandakan krisis ekonomi. Sebaliknya, kondisi tersebut justru memperlihatkan bagaimana pemerintah dan otoritas moneter telah belajar dari pengalaman masa lalu dan kini memiliki sistem ekonomi yang lebih tangguh dan responsif terhadap tantangan global. Oleh karena itu, keyakinan terhadap kekuatan fundamental ekonomi nasional perlu terus dipupuk agar tidak mudah terpengaruh oleh gejolak sesaat yang bersifat eksternal.
*)Penulis merupakan pengamat sosial dan kemasyarakatan.
Komentar