PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Makan Bergizi Gratis Jadi Tonggak Pembangunan SDM, Ahli Gizi IPB: Harus Berkelanjutan

Jumat, 21 Februari 2025

09:41 WITA

Nasional

1078 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jakarta, suaradewata.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang menjadi salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran, mulai menunjukkan dampak positif bagi pendidikan, kesehatan, dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). 

Program ini dinilai sebagai langkah strategis untuk membangun sumber daya manusia (SDM) unggul dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Ahli Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Ali Khomsan, menilai program MBG merupakan investasi jangka panjang yang sangat baik untuk peningkatan kualitas SDM Indonesia. 

“Setelah dua periode pemerintahan Presiden Joko Widodo dengan fokus pembangunan infrastruktur, kini program MBG menjadi upaya masif Presiden Prabowo untuk membangun SDM secara nasional. Program ini menyasar seluruh siswa SD, SMP, SMA, bahkan PAUD, ibu hamil, dan ibu menyusui,” ujar Prof. Ali Khomsan.

Menurutnya, program ini sangat relevan mengingat isu stunting masih menjadi permasalahan nasional. Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mengungkapkan bahwa stunting tidak hanya terjadi pada balita, tetapi juga menyebar merata di kalangan siswa SD, SMP, dan SMA, dengan prevalensi sekitar 18% hingga 23%. Oleh karena itu, MBG diharapkan mampu memperbaiki status gizi anak-anak usia sekolah.

Lebih lanjut, Prof. Ali menjelaskan bahwa program MBG dapat meningkatkan postur tinggi badan anak-anak sesuai standar gizi. Di negara-negara seperti Thailand dan Malaysia, program serupa terbukti berdampak positif pada status gizi, tingkat kehadiran sekolah, dan prestasi akademik siswa. 

“Di sana, anak-anak yang menerima makanan bergizi mengalami peningkatan kehadiran di sekolah dan pencapaian akademik yang lebih baik di bidang Matematika, IPA, IPS, serta Bahasa,” ungkapnya.

Meski demikian, pelaksanaan program MBG di Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah tantangan. Saat ini, baru sekitar 600.000 anak yang menerima manfaat program ini, dari target 82 juta anak. Diharapkan, pada Agustus 2025, cakupan program bisa mencapai 15 juta anak, dan akhir tahun 2025 dapat menjangkau seluruh sasaran.

Prof. Ali menekankan pentingnya evaluasi berkala untuk memastikan efektivitas program. Evaluasi harus mencakup aspek gizi, pengelolaan sampah plastik dari kemasan makanan, serta pengurangan sisa makanan. 

“Evaluasi dampak jangka panjang seperti peningkatan status gizi dan prestasi akademik baru bisa terlihat dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan. Namun, evaluasi formatif harus terus dilakukan agar implementasi di lapangan semakin baik,” tegasnya.

Selain berdampak pada kesehatan dan pendidikan, program MBG juga memberikan peluang bagi pengembangan UMKM. Vendor penyedia makanan melibatkan pelaku usaha lokal sebagai bagian dari rantai pasok bahan pangan. Dengan demikian, program ini turut mendorong perekonomian daerah.

Ke depan, Prof. Ali menyarankan agar penyelenggaraan MBG dapat mempertimbangkan pola yang lebih sederhana, seperti penyediaan susu dan telur, untuk mengurangi kompleksitas pengadaan makanan. Namun, ia tetap mengapresiasi komitmen pemerintah dalam menyediakan makanan bergizi lengkap bagi anak-anak.

“Program ini harus berkelanjutan dan dijaga kontinuitasnya, seperti di Amerika Serikat yang menjalankan program makan bergizi sejak 1946 hingga sekarang. Dengan pengelolaan yang baik, program MBG dapat menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan generasi emas Indonesia di masa depan,” pungkas Prof. Ali Khomsan.


Komentar

Berita Terbaru

\



PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Program MBG Tingkatkan Ekonomi Desa