PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Terlantar dan Sakit-Sakitan di Turki, Terapis Asal Bangli Minta Bantuan Presiden untuk Bisa Pulang..

Senin, 15 Agustus 2022

19:30 WITA

Bangli

2361 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Sepupu PMI asal Bangli yang menceritakan kondisi Gusti Ayu Vira Wijayantari ABW di Turki. SD/Ist

Bangli, suaradewata.com - Nasib seorang Pekerja Migran Indonesia  (PMI) asal Kabupaten Bangli bernama I Gusti Ayu Vira Wijayantari ABW, justru dikabarkan terlantar di  Negara Turki dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Hal itu terungkap dalam surat terbuka yang ditulis pekerja teraphis ini dan ditujukan kepada Presiden RI. 

 
Untuk memastikan kondisinya itu, awak media di kabupaten Bangli mendatangi keluarganya di Lingkungan (Banjar) Tegal, Kelurahan Bebalang, Bangali, Senin (15/08/2022). Hanya saja, saat itu ibu korban tidak ditemui dirumahnya karena tingggal Denpasar.  Sementara ayahnya, diketahui telah  meninggal setahun lalu. 
 
Menurut sepupu korban,  I Gusti Ayu Kencana Dewi menuturkan jika selama ini yang bersangkutan memang  jarang pulang. Ia biasa pulang kampung bersama keluarga, hanya saat ada  odalan atau upacara lainya di banjar Tegal. “Dia bersama keluarga  mengontrak rumah di Jalan Akasia, Denpasar. Pasca ditinggal bapaknya, dia tinggal bersama ibu dan adiknya,”ujar Gusti Ayu  Kecana Dewi.
 
Lebih lanjut dituturkan, sepupunya  tersebut  memang bekerja  di Negara Turki,  sekitar Maret 2021. Pasca berangkat, dia hanya mengaku sempat komunikasi  melalui chat Whatsapp dan kerap mengeluh sakit-sakitan sehingga ingin pulang. Sebab, disana tidak ada biaya berobat.  “Yang bersangkutan mengaku sakit perut,  saat sakitnya kambuh  kadang-kadang dirawat di rumah sakit. Namun kalau tidak ada biaya mengaku diam di rumah,”ujar Kencana Dewi.
 
Atas kondisinya itu, pihak keluarga juga berharap  agar pemerintah RI  bisa membantu memulangkan  sepupunya. “Sepupu saya kondisi makin parah, badannya  tampak  kurus, padahal saat  berangkat dia kondisinya gemuk. Kita sebagai keluarga berharap pemerintah bisa membantu memulangkan sepupu saya tersebut,”harapnya. 
 
Sementara  dalam surat terbuka yang ditujukan ke Presiden RI, I Gusti Ayu Vira Wijayantari ABW, menceritakan  kronologis  dirinya  sampai bekerja sebagai terapis di Negara Turkey.
 
Di awal suratnya, Gusti Ayu Vira Wijayantari ABW menceritakan sekitar bulan Mei lalu, dia ditinggal ayahnya lantaran sakit kanker tulang. 
 
Dia menulis, awal keberangkatannya pasca perkenalannya dengan Bu Gung yang mengajak, dia mengikuti pelatihan SPA di Bali Widya Padmi Internasional SPA School di Jln.By Pass Ngurah Rai Gg. Sehati No. 18, Denpasar. Setelah mengikuti pelatihan disana, beberapa bulan, dia mengaku akan diberangkatkan ke Turkey dengan diiming-imingi akan mendapatkan gaji besar agar bisa membayar hutang dan biaya pengobatan bapaknya. 
 
Namun pada bulan Oktober bapaknya meninggal dunia dan pada saat itu berniat untuk membatalkan keberangkatan ke Turkey, lantaran masih berduka. Namun Bu Gung tidak memberikan membatalkan berangkat. Akhirnya, dia mengaku melanjutkan untuk melakukan pelatihan. “Sekitar bulan Maret 2021 saya mendapatkan infomasi akan diberangatkan. Kemudian akhir bulan April saya melakukan resign dan menandatangani kontrak,”bebernya.
 
Pada saat itu, tulisnya, oleh bu Gung dia dijanjikan akan mendapatkan gaji 8-12 juta sebulan dengan jam kerja hanya 8 jam  dan untuk kamar tidur 1-4 orang. Pada saat itu, dia mengaku berangkat dengan sistem potong gaji. Singkat cerita, sesampai di Turki dia mengakui bekerja dengan bos yang bernama Abdulrahman, di hotel Lonicera. 
 
Hanya saja, dijelaskan, untuk jam kerjanya, berangkat jam 6 pagi dan pulangnya jam 9 malam, nyaris tanpa ada jam istirahat. Ditempat kerjanya, yang bersangkutan mengaku hanya diberikan waktu makan selama 15 menit. Sementara kantin atau tempat makan sangat jauh dari tempatnya bekerja,  jalan kaki selama 5 menit. 
 
Akibatnya, terkadang hanya dapat makan sehari sekali dengan alasan karena ramai tamu. “Kadang-kadang  saya curi- curi waktu, saya taruh nasi dan lauk di kertas tisu, saya masukan kekantong,  nasi itu saya makan pada  saat saya mengambil tamu.  Karena jika tidak demikian maka saya tidak bisa makan seharian,” ceritanya dalam surat tersebut. 
 
Ironisnya, gaji yang diterimanya justru tidak sesuai kontrak. Karena itu, dia memutuskan untuk kabur dan mencari pekerjaan di tempat lain dengan niat hati untuk mengumpulkan uang.  Tapi di bos kedua, dia hanya di tunda tunda dan tidak bekerja. Akhirnya dia kembali keluar dan mencari bos baru hingga ketemu dengan bos keempat. Tragisnya, ditempat bos keempat ini,  kondisi sakitnya kian parah. Bahkan,  dia mengaku sempat mundah darah.  “Dua minggu saya muntah muntah yang parah dan tidak dapat berjalan,  karena saya memiliki masalah di perut dan di paru paru.  Hingga saat ini, pada tanggal 13 Agustus 2022 saya belum dapat bekerja dengan sebagaimana mestinya. Karena jika saya melakukan pekerjaan berat perut saya akan terasa amat sakit dan saya sesak nafas,”akunya.
 
Dia juga menulis kalau tanggal 25 Juli, karena uangnya kurang sempat dibantu teman teman sesama PMI Turki. Hanya saja,  dituturkan, saat saat ini kondisi kesehatannya semakin parah,  tiap hari muntah. Sementara uang untuk biaya pengobatan sudah tidak ada. “Dengan ini saya memohon kepada bapak Presiden untuk membantu memulangkan saya ke Indonesia,” harapnya. ard/nop


Komentar

Berita Terbaru

\