Harga Jeblok, Sejumlah Petani di Songan Terpaksa Buang Hasil Panen Tomat
Minggu, 12 Desember 2021
21:20 WITA
Bangli
1649 Pengunjung
Dampak harga jeblok, sejumlah petani tomat di desa Songan, Kintamani terpaksa membiarkan hasil panen berserakan di kebun, (Minggu, 12/12/21)/(Foto/AriWardana/Istimewa)
Bangli, suaradewata.com - Jebloknya harga sejumlah hasil pertanian di desa Songan, kecamatan Kintamani, Bangli sejak dua pekan terakhir benar-benar membuat para petani kecewa. Seperti halnya, harga tomat yang hanya dihargai Rp 500 per kilo. Akibatnya, banyak petani terpaksa membuang hasil panennya tersebut dengan cara membiarkan buah tomat berserakan di kebunnya. Sebab, kalau pun dijual para petani norok ongkos petik.
Hal ini diakui sejumlah petani di desa Songan. Menurut salah seorang petani setempat, Komang Sukarsana mengakui dalam dua pekan terakhir harga sejumlah hasil pertanian rata-rata mengalami penurunan. "Petani banyak kecewa. Terutama petani tomat, karena sejak dua minggu lalu harganya mulai jeblok. Dan yang terparah, sejak Minggu lalu harganya hanya Rp 500 per kg," ungkapnya saat dihubungi Minggu (12/12/2021).
Sementara dua bulan sebelumnya, lanjut Ketua Rumah Bawang Songan ini, harga tomat sempat tembus berkisar 10.000 hingga 12.000 per kg. "Kalau harganya 3.000 sampai 4.000 per kg sih masih wajar. Tapi dari dua Minggu terakhir harga tomat benar-benar kian anjlok, itu yang membuat sejumlah petani jadi kecewa sehingga banyak tomat dibuang dan dibiarkan berserakan di kebun," jelasnya.
Penyebabnya, kata Sukarsana, diperkirakan karena petani melakukan pola tanam bersamaan, sedangkan daya serap pasar rendah. Hal ini disinyalir juga disebabkan akibat kondisi pandemi saat ini. Dampaknya, karena panen bersamaan, otomatis harga menjadi jeblok. Sedangkan untuk harga bawang, diakui Sukarsana, tergantung kualitasnya. Berkisar dari 8.000-15.000 per kg. "Untuk harga bawang, tergantung kualitasnya. Kalau harganya diatas Rp 15.000, baru petani baru bisa dapat untung," jelasnya. Dengan kata lain, harga bawang merah saat ini juga dinilai kurang menguntungkan petani.
Lebih parah lagi, di tengah jebloknya berbagai harga hasil pertanian tersebut, nasib petani setempat juga kian terhimpit lantaran menghadapi serangan berbagai penyakit sebagai dampak musim hujan. "Serangan hama dan penyakit pada tanaman saat musim hujan lebih tinggi. Otomatis biaya perawatannya menjadi lebih tinggi. Ini yang membuat petani cukup kelimpungan saat menghadapi harga jatuh," jelasnya. Karena itu, para petani pun hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah tidak hanya sekedar memberikan himbauan saja. "Bank data mestinya harus diperkuat oleh pemerintah untuk bisa menentukan kebijakan dan zona-zona pertanian. Selain itu, solusi pasca tanam mestinya diimplementasikan saat kondisi harga hasil petani anjlok. Jangan hanya diberikan himbauan saja," paparnya.
Sedangkan harga cabai diakui mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Yang mana, saat ini harganya cabai kecil tembus hingga 70.000 per kg.ard/nop
Komentar