Rayakan HUT ke 30, WHDI Tabanan Gelar Workshop Joged Bumbung
Minggu, 11 Maret 2018
00:00 WITA
Tabanan
2937 Pengunjung
istimewa
Tabanan, suaradewata.com – Rayakan Hari Ulang Tahun (HUT) yang ke 30, Tahun 2018 ini, Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kabupaten Tabanan gelar Workshop Joged Bumbung, dengan Tema “Tingkatkan Soliditas Bersama Antar Umat Beragama untuk Mewujudkan Kepekaan Sosial, Dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI”.
Workshop tersebut dilangsungkan di Ruang Rapat Lantai III Kantor Bupati Tabanan, Sabtu, (10/03) Kemarin. Dengan tujuan, melalui kegiatan ini kedepannya kita mampu mengembalikan pakem-pakem seni dari Joged Bumbung tersebut, seperti layaknya bagaimana Tarian Joged itu dulu, saat pertama-kalinya diperkenalkan dalam pergaulan masyarakat Bali.
Dihadiri oleh Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, Sekkab Tabanan I Nyoman Wirna Ariwangsa, Ketua WHDI Tabanan Ny. Putriningsih Ariwangsa, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan I.G.N. Supanji, Ketua PHDI Tabanan I Wayan Tontra, dan Kepal Kementrian Agama Tabanan, serta seluruh undangan yang beserta hadir saat itu, Workshop sehari tersebut semakin meriah dan berlangsung dengan suka-cita.
Peserta workshop terdiri dari WHDI Kabupaten, WHDI Kecamatan , WHDI Desa serta pemimpin sekaa dan seniman joged dari kecamatan se-Kabupaten Tabanan. Dan berlangsung selama satu hari. Ketua WHDI Kabupaten Tabanan Ny. Wirna Ariwangsa memaparkan bahwa, rangkaian kegiatan HUT ini diisi bukan hanya dengan Workshop melainkan dengan berbagai kegiatan, seperti : ngaturang ayah dan sembhyang bersama di Pura Srijong. Lomba membaca sloka Bhagawad Gita untuk tingkat SMA/ SMK se- Kabupaten Tabanan. Dan pada hari ini diadakan workshop tentang Joged bumbung, jelasnya.
Dijelaskan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan Ngurah Supanji, bahwa dipilihnya Joged Bumbung sebagai bahan Workshop tidak lain karena tercorengnya nama jogged bumbung akhir-akhir ini. Mengingat, banyak sekali bergeliat jogged-joged porno.
“Joged bungbung awalnya adalah tari pergaulan , berkembang dan terus berkembang sehingga banyak yang mulai keluar dari pakem-pakemnya, dan bahkan banyak yang mengarah ke porno. Tarian ini tidak lagi memberikan pendidikan, tidak lagimemberikan tuntunan moral. Justru malah merusak moral, karena sudah melanggar darmhaning sesolahan”, kata Supanji.
Dijelaskan juga, dengan begitu gencarnya hujatan kebencian baik di dunia nata dan media sosial, pihaknya berharap bisa menemukan kesepahaman dan kesepakatan lagi untuk dijadikan pedoman bersama .
”Dan hari ini, Kita sepakat kembalikan joged bungbung ke khaidah seni tari aslinya, dengan mendorong Desa Pakraman menerbitkan perarem melarang joged bungbung (porno) . Mendorong kepedulian pihak kepolisian dalam upaya mengawasi pornografi dan porno aksi. Karena yg kena sanksi nantinya adalah penari, sekaa, pengibing, pengunduh dan yg nanggap”, jelasnya.
Kepala kementerian Agama Kabupaten Tabanan menambahkan klasifikasi tarian Bali itu, sekarang sudah tidak ada atau mulai ditinggalkan. Tarian yg semestinya bukan untuk di Pura, dipaksakan di Pura. Dan para penari umumnya, seenaknya, hanya ingin supaya ada yang tertawa dengan meruntuhkan martabat dan wibawa orang, itu disebabkan karena kebutuhan dan selera pasar saat ini, terangnya.
Dan hal tersebut hampir mirip seperti yang juga dilontarkan Ketua PHDI Tabanan I Wayan Tontra, “Kita kembalikan dan tempatkan kembali cita rasa seni yg ada sesuai fungsinya masing-masing”, imbuhnya.
Saat workshop berlangsung, ada pementasan satu Penari Joged Bungbung. Yang menari dengan sangat eloknya meski tanpa embel-embel pornografi. Dan bahkan saat itu, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, dan Ny. Putriningsih Wirna Ariwangsa, terlibat selaku pengibing.hms/gin/aga
Komentar