PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Kawasan Wisata Ubud Paceklik Turis

Selasa, 05 Desember 2017

00:00 WITA

Gianyar

3240 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

istimewa

Gianyar, suaradewata.com – Jalanan di kawasan wisata Ubud pada Senin (4/12) tampak tidak seperti biasanya, jalur Monkey Forest ke Puri Ubud yang biasanya padat merayap terlihat lancar. Begitu pula dengan central kunjungan di Puri Ubud yang merupakan jantung Ubud, kunjungan wisatawan turun drastis.

Salah satu petugas jaga di Puri Ubud, Pak Eka, mengakui ada penurunan jumlah kunjungan wisata ke Ubud. “Sejak bandara ditutup, turis tidak ada yang datang ke sini,” ujar pria asal Desa Taro, Kecamatan Tegalalang. Dia menjelaskan, setelah bandara dibuka kembali, turis bukannya kembali ke Bali.

“Dikira akan terus meletus. Padahal sekarang gunung sudah normal,” ujarnya. Saat berjaga kemarin di office puri, atau di areal luar puri, dia hanya melihat segelintir turis. “Dari pagi sampai siang ini, saya cuma lihat sekitar 10 orang saja. Sepertinya di bawah 20 orang ini yang masuk,” ujarnya.

Biasanya, jika siang hari, apalagi menjelang tahun baru, gelombang turis menuju puri sangat padat. Halaman luar puri biasanya sudah penuh dengan turis. “Biasanya musim ini, turis dari Tiongkok datang kemari. Tapi sekarang nyaris tidak ada bus masuk Ubud,” jelasnya.

Sebagai petugas di puri, dia sendiri tidak bisa menghitung jumlah kunjungan turis. Itu karena masuk puri tidak dikenakan karcis. “Bahkan di sini tidak ada sumbangan,” ujarnya. Jadi jumlah yang bisa dilihat hanya kasat mata dan hitungan kasar saja.

Walau masuk puri gratis, namun turis tidak bisa sembarangan ketika berada di areal puri. “Sudah ada papan larangan, tidak boleh naik dan sebagainya. Masuk boleh tapi ada batasannya,” jelasnya. Apabila ada tamu yang membandel, barulah petugas menegur turis tersebut.

Diakui, kunjungan ke puri merupakan barometer geliat turis di kawasan wisata Ubud. “Karena turis baru datang ke puri dulu. Baru keliling, ada ke museum, monkey forest atau mencari makan siang,” jelasnya. Dengan situasi ini, dia sendiri khawatir dampak ke depan.

Turunnya tingkat kunjungan turis ke Ubud juga tampak pada lengangnya rumah makan yang ada di sepanjang jalanan Ubud. Manager Bebek Tepi Sawah, Iwan, merasakan dampak tersebut. “Dampaknya terasa sekali, ada penurunan signifikan. Kami terpaksa melakukan rolling pada karyawan,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu jasa penyewaan taksi pangkalan, Nyoman Pantes, mengaku belum mendapat turis sejak pagi. “Tidak saja saya, banyak teman belum dapat narik,” ujar pria asal Bangli yang mangkal di pinggir jalan itu. “Kalau terus begini, kami bisa tidak makan,” keluhnya. gus/ari


Komentar

Berita Terbaru

\