Akibat Senderan Ambrol, Tiga Palinggih di Pura Dalem Pingit Porak-Poranda
Minggu, 08 Oktober 2017
00:00 WITA
Bangli
2942 Pengunjung
suaradewata.com
Bangli, suaradewata.com - Hujan deras yang terus melanda wilayah kabupaten Bangli sejak beberapa hari terakhir, terus menyebabkan bencana. Setelah sebelumnya, tembok penyengker RJ Dandim 1626 Bangli yang ambrol, kali ini tingginya intensitas hujan menyebabkan senderan dan tiga palinggih di Pura Dalem Pingit, Banjar Adat Kawan, Kelurahan Kawan, Bangli ambrol. Bahkan, tiga bangunan suci yang tepat berada dibawah senderan tersebut, berupa Palinggih Petirtaan, Palinggih Bilang Bucu dan Bale Pesamuan porak-poranda hingga rata dengan tanah.
Kepala Lingkungan Kawan, I Nengah Sujena saat dikonfirmasi Minggu (08/10/2017), menyampaikan kronologis musibah yang terjadi di Pura Dalem Pingit, bermula akibat hujan deras yang mengguyur wilayah ini sejak dua hari terakhir. “Saat kejadian hujan sangat deras. Kemungkinan karena volume air hujan yang datang dari atas sangat besar menyebabkan senderan yang berada di bagian belakang Pura ambrol,” jelasnya.
Fatalnya, ambrolnya senderan dengan tinggi sekitar 5 meter dan panjang 7 meter tersebut tepat menghantam bangunan palinggih yang ada dibawahnya. “Dua palinggih yakni, palinggih patirtaan dan palinggih bilang bucu sudah rata dengan tanah hingga tak terlihat karena tertimbun material senderan yang longsor,” jelas Sujena yang juga seniman seni lukis ini. Sementara kondisi bale pesamuan juga hancur dan porak-poranda.
Disampaikan, pada saat kejadian Sabtu sore itu, tidak ada aktivitas warga di Pura setempat, sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Meski demikian, kerugian material yang diderita warga ditaksir mencapai Rp 150 juta. Disampaikan, sejatinya senderan yang bersumber dari bantuan dana reses salah satu anggota DPRD Propinsi Bali tersebut baru selesai dikerjakan tanggal 25 September 2017.
Meski demikian, pihaknya menampik, senderan yang baru seumur jagung tersebut jebol karena rendahnya kualitas pengerjaan. “Untuk kualitas pengerjaan, tyang rasa sudah sesuai dengan standar ke-PU-an. Saya tahu itu, karena salah satu warga kami yang turut mengawasi pekerjaannya bekerja di kantor PU,” jelasnya. Oleh karena itu, pihaknya berkeyakinan ambrolnya senderan tersebut semata-mata akibat besarnya volume air hujan yang mengalir dari atas senderan dan diperparah dengan beberapa kali gempa akibat aktivitas vulkanik Gunung Agung. “Kami berharap instansi terkait dan yang memberikan bantuan ini, agar kembali memberikan perhatian supaya upaya perbaikan bisa kami lakukan dengan segera,” pungkasnya. ard/ari
Komentar