Longsor dan Banjir Lumpur, Embung-Reservoir Terancam Ambruk
Selasa, 03 Januari 2017
00:00 WITA
Karangasem
3456 Pengunjung
istimewa
Karangasem, suaradewata.com - Hujan lebat yang mengguyur wilayah Kabupaten Karangasem sejak dua hari berturut-turut mengakibatkan bencana longsor di Dusun Jumenang, Desa Bukit, Kecamatan Karangasem. Sebuah tebing yang awalnya adalah Daerah Aliran Sungai kering atau Tukad Mati yang diuruk menggunakan material kerukan dari proyek Embung Geomembran, Selasa (03/01/ 2017) longsor dihantam air bah yang mengalir menghantam urukan tersebut.
Akibatnya material longsoran yang berubah menjadi banjir lumpur tersebut mengalir hingga sejauh 500 meter dan mengakibatkan akses jalan yang menghubungkan Dusun Jumenang dengan Desa Seraya Barat terputus. Pihak sekolah SD Negeri 4 Seraya Barat pun terpaksa meliburkan seluruh siswanya untuk menghindari dampak bahaya dari banjir lumpur tersebut, selain juga karena akses jalan menuju sekolah tersebut terputus.
Informasi yang dihimpun dilokasi kejadian menyebutkan, bencana longsor yang cukup parah itu terjadi sejak Senin (02/01/2016) siang, hanya saja longsoran pertama kecil. Namun sekitar pukul 19.00 Wita, warga di dusun tersebut dikagetkan oleh suara gemuruh yang disertai getaran tanah seperti gempa. “Setelah kami cek ternyata tanah disebelah barat embung yang longsor cukup parah,” kata I Ketut Subandria, Kepala Dusun Jumenang.
Sampai saat ini sudah terjadi empat kali pergerakan tanah, dan menurut Kepala Pelaksana BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa, pergerakan tanah masih terjadi. Untuk itu pihaknya menghimbau kepada masyarakat sekitar untuk tidak mendekati areal longsoran dan memang diareal berbahaya sudah dipasangi Police Line oleh anggota dari Polsek Karangasem. “Kami sudah mengevakuasi tiga kepala keluarga yang tinggal didekat areal berbahaya untuk mengungsi, mengingat pergerakan tanah masih terus terjadi,” ujar Arimbawa.
Areal longsoran itu sebenarnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad Mati, dan waktu proyek pembangunan Embung Geomembran tahun 2014 lalu, kerukan tanah dari proyek itu dibuang ke DAS hingga tinggi seperti tebing. Akibatnya begitu debit air sungai tersebut bertambah besar karena hujan, air sungai kemudian mendorong tebing itu sehingga terjadi longsor. Sementara akibat kejadian itu, sebuah Pura Pesucian yang berada dibawahnya mengalami kerusakan akibat tertimbun longsor. nov/ari
Komentar