BNN Gandeng FBN Bali Perangi Narkoba
Kamis, 17 Maret 2016
00:00 WITA
Denpasar
3508 Pengunjung
Denpasar, suaradewata.com - Perang terhadap narkoba, idealnya melibatkan peran serta dari berbagai elemen masyarakat. Karena itu, Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Bali menyambut baik seluruh elemen yang berniat untuk bersama-sama berjuang melawan narkoba.
Hal ini dilontarkan Kepala BNN Provinsi Bali Brigjen (Pol) I Putu Gede Suastawa, saat menerima pengurus DPW Forum Bela Negara (FBN) Provinsi Bali, di Kantor BNN Provinsi Bali, Rabu (16/3) lalu. Ia bahkan secara khusus mengapresiasi program FBN terkait penanggulangan bahaya narkoba.
"BNN dan FBN sejak saat ini dan ke depan, akan terus bergandeng tangan meningkatkan kerjasama dalam aspek penanggulangan bahaya narkoba," tutur Suastawa, yang didampingi Kepala Penindakan BNN Provinsi Bali AKBP Listiani.
Saat ini, kata dia, BNN Pusat dan daerah memiliki fokus prioritas untuk mengefektifkan sisi penanggulangan dan penindakan yang tegas untuk menegakkan hukum. Langkah ini diambil, karena dampak narkoba menyasar semua kalangan, tidak saja masyarakat umum namun juga para pejabat.
"Ini mengerikan bagi masa depan bangsa dan negara ini. Kami tak akan 'pandang bulu' menindak siapapun dari kalangan manapun, yang disinyalir menjadi pengguna narkoba," tandasnya.
Saat ini, imbuh Suastawa, yang paling penting adalah bagaimana cara efektif dalam menanggulangi bahaya narkoba. Selain itu, BNN bersama seluruh komponen masyarakat akan berjuang bersama melaksanakan komitmen dengan tidak lagi terjebak hanya dalam aspek formal seremoni semata.
"BNN melaksanakan tugas berbasis kinerja, yang tingkat keberhasilannya diukur dari berkurangnya tingkat penggunaan narkoba di semua lapisan masyarakat. Karena itu, kita menggandeng banyak pihak menjadi bagian dari cara BNN untuk menanggulangi bahaya narkoba," ujar Suastawa.
Sementara Ketua DPW FBN Provinsi Bali Agustinus Nahak, menegaskan, sosialisasi bahaya narkoba menjadi program utama Gerakan Bela Negara. "Ukuran seseorang itu mencintai tanah air dan bangsanya, juga dengan melihat laku keseharian dalam bisnis, kerja dan kehidupannya yang jauh dari penggunaan narkoba,” tegasnya.
Adapun Penasehat DPW FBN Bali Chandra Salim, melihat bahaya narkoba dari perspektif Bali sebagai daerah pariwisata. "Dunia pariwisata Bali kini berhadapan dengan era pasar bebas yang sangat rentan terhadap masuknya jaringan bisnis narkoba. Sasarannya tidak lagi di dunia hiburan saja, namun menyasar hingga ke pedesaaan," ucapnya.
Karena itu, ia sepakat dengan usulan FBN Bali yang mendorong agar aturan dalam desa adat (awig-awig) mencantumkan pula sanksi adat terhadap warga yang terlibat dalam bisnis atau jaringan narkoba ini. "Itu gagasan yang bagus, dan perlu kita dukung," kata Chandra.
Sementara itu, BNN dan FBN Bali akan menandatangani nota kesepahaman kerjasama yang akan direalisasikan dalam bulan Maret 2016 ini. Program kerjasama ini akan ditandai dengan inisiasi melakukan test urine terhadap seluruh pengurus FBN Bali.
"Kami akan memulai dari dalam forum untuk memastikan keseriusan akan komitmen ini, lalu bersama BNN maupun HAMI, menggalang sosialisasi yang lebih massif, luas dan kreatif mengenai bahaya narkoba," jelas Ketua Advokasi, Hukum dan HAM DPW FBN Bali Valerian Libert Wangge. san
Komentar