PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Jelang Kuningan, Harga Meroket, IRT Menjerit

Rabu, 17 Februari 2016

00:00 WITA

Buleleng

3754 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

suaradewata.com

Bangli, Suaradewata.com – Berbagai kebutuhan menjelang hari raya Kuningan mengalami lonjakan harga di Pasar Kidul, Bangli. Kenaikan tertinggi untuk bumbu, terjadi pada harga cabe lombok dan tomat. Selain itu, harga bunga dan buah juga kian meroket. Dampaknya, Ibu Rumah Tangga (IRT) menjerit.
Sesuai pantauan di Pasar Kidul, Rabu (17/02/2016), harga cabe besar (lombok) yang awalnya berkisar Rp 15.000 hingga 18.000/kg. Kini tembus menjadi Rp 40.000/kg. Tomat dari harga Rp 4.000/kg kini menjadi Rp 10.000. Sementara harga cabe kecil, bawang merah dan bawang putih relatif masih stabil. Menurut Jro Mangku Budi, salah seoarang pedagang rempah-rempah menuturkan kenaikan harga cabe dan tomat terjadi sejak tiga hari terakhir. “Kemungkinan kenaikan harga cabe dan tomat akibat pasokan yang minim. Petani juga sedikit melakukan panen karena cuaca buruk,” ungkapnya.
Selain rempah, harga bunga dan buah-buahan serta janur untuk keperluan upacara juga mengalami kenaikan yang cukup signifikant. Salah satunya bunga gumitir yang pada hari biasa hanya Rp 5.000/kg, kini terus merangkak naik dan tembus mencapai Rp 28.000/kg. Bunga pacah, naik dari Rp 12.000/kg menjadi Rp 25.000/kg. “Khusus untuk bunga pacah dan gumiter mengalami kanikan paling tinggi sejak kemarin, karena menjelang Kuningan,” tegas Nengah Mustari, pedagang bunga di pasar Kidul. Bahkan diperkirakan, besok saat penyajaan Kuningan harganya akan terus naik.  
 Sementara harga janur naik dari Rp 14.000 per ikat kecil, kini menjadi Rp 18.000 per ikat. Sedangkan harga buah-buahan rata-rata mengalami kenaikan 20 persen sampai 30 persen. Dampaknya kenaikan berbagai komuditas tersebut, menyebabkan kaum ibu rumah tangga  pun menjerit. “Semua harga naik. Saya jadi susah ngatur anggaran rumah tangga,” ungkap Dewa Ayu Anom. Dijelaskan, dengan lonjakan harga yang terjadi tersebut, uang Rp 100.000 kini seakan tidak ada artinya. “Kalau sebelumnya dengan uang Rp 100.000 bisa membeli berbagai kebutuhan, kini hanya membeli sejumlah kebutuhan hari raya saja karena semua harganya naik,” sesalnya.  Karena itu, dia mengaku menyiasatinya dengan cara membeli kebutuhan pokok dan yang penting-penting saja. (ard)


Komentar

Berita Terbaru

\