Siap Dikutuk Jika Korupsi

  • 17 Januari 2016
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 2635 Pengunjung

Denpasar, suaradewata.com - Nyoman Tirtawan, sesungguhnya tak begitu tertarik untuk terjun di panggung politik. Namun takdir justru berkata lain. Tampil sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) pada Pemilu Legislatif 2014, Tirtawan mampu merebut hati pemilih di Dapil Buleleng serta mengantarnya duduk sebagai Anggota DPRD Bali Periode 2014-2019.

Sebagai pendatang baru di Gedung DPRD Bali, tentu masih banyak hal yang perlu diselami politisi Partai NasDem itu. Namun itu bukan berarti, pria kelahiran Buleleng 20 September 1970 itu, gamang dengan tugas-tugas seorang wakil rakyat. Sebab sebelum menjadi anggota dewan, Tirtawan banyak bergumul dengan dunia usaha, juga lingkungan.

Pada tahun 1997, Tirtawan mulai bergerak di bidang usaha pariwisata, dengan membuka restoran. Semula, usaha yang dijalankannya berkembang pesat. Hanya saja ketika pariwisata Bali lesu akibat peristiwa bom tahun 2002, restoran miliknya seperti 'hidup segan mati tak mau'.

Di tengah kelesuan industri pariwisata ketika itu, Tirtawan bersama istri, Beate Therese Dotterweich, mengisi banyak waktu luang untuk membersihkan lingkungan di Buleleng. Maklum, ayah dua anak ini anti dengan lingkungan yang kumuh, jorok, kotor dan tak sedap dipandang mata.

Untuk niat besar ini, Tirtawan bersama istri berusaha menghimpun dana dari para sahabat. Hasilnya, dana yang terkumpul sebesar 10 juta. Dana tersebut kemudian dimanfaatkan untuk membersihkan serta mengangkut sampah-sampah di beberapa sungai di kota Singaraja. Selain itu, Tirtawan juga membentuk sistem penanganan sampah, yang berjalan sampai saat ini.

Sayangnya, kepedulian Tirtawan bersama rekan-rekan akan lingkungan yang bersih ini, justru tak mendapatkan dukungan pemerintah. Buktinya, pemerintah tidak serius dalam menangani sampah. Ini pula yang akhirnya menggugah Tirtawan untuk terjun ke politik.

Dalam pemahamannya, dengan berpolitik dan masuk dalam sistem pemerintahan, akan ada banyak kewenangan yang bisa dilakukannya, khususnya sebagai wakil rakyat. Misalnya dengan membuat regulasi, melakukan kontrol kepada pemerintah, hingga memperjuangkan anggaran untuk kebersihan lingkungan.

Sayangnya sejauh ini, ia belum mendapatkan sosok pemimpin (kepala daerah) di Bali, yang memiliki kepedulian akan kebersihan lingkungan, seperti Walikota Surabaya Tri Rismaharini dan Gubernur DKI Jakarta Basuki T 'Ahok' Purnama. Buktinya hingga saat ini, belum ada daerah di Bali yang benar-benar bebas sampah.

Dalam penilaian Tirtawan, di Bali ini banyak pemimpin yang masih 'buta' dengan kondisi lingkungan, dan ada juga di antaranya yang bermental korup serta sewenang-wenang terhadap rakyat. Selain karena karakter, pemimpin seperti ini disebutnya lahir karena peran masyarakat yang memilih pemimpin karena uang.

Ini juga yang menggugah Tirtawan untuk terjun ke dunia politik. Setidaknya sebagai wakil rakyat, dirinya mencoba untuk memberikan pendidikan politik yang benar kepada para konstituennya. Ia enggan mengumbar janji-janji yang sulit untuk diwujudkan, serta tak mau memberikan 'perangkap' politik uang kepada masyarakat agar dipilih.

Bahkan sejak awal, Tirtawan yang kini duduk sebagai anggota Komisi I DPRD Bali berikrar, bahwa dirinya siap dikutuk apabila terlibat dalam praktik korupsi. Ikrar ini dilontarkannya, karena dirinya berpolitik bukan untuk memenuhi nafsu-nafsu seperti ingin menjadi orang kaya raya, ingin ngetop, dan sejenisnya. Sebaliknya, ia ingin sungguh-sungguh mengabdi kepada masyarakat dengan memulai melakukan hal-hal kecil namun berguna bagi masyarakat.

Ini pula alasannya, Tirtawan sejak awal memilih bergabung dengan Partai NasDem. Dirinya ingin melangkah di panggung politik dengan partai yang belum ada nodanya, dan belum pernah ada dosanya terhadap rakyat. Ia pun berharap, pilihan politiknya ini tak salah. Dan rakyat Buleleng yang memberikannya kepercayaan untuk duduk sebagai wakil rakyat, juga tak salah memilih.

Setelah duduk sebagai anggota DPRD Bali, ada cukup banyak hal yang dilakukan oleh Tirtawan, sebagai bentuk tanggungjawabnya kepada konstituen. Dari sekian hal hal yang diperjuangkannya, ada dua yang menonjol. Pertama, getol memperjuangkan nasib para petani Batuampar yang tanahnya diserobot penguasa. Kedua, fokus menangani sampah bersama Yayasan Bali Harum.

Khusus perjuangannya terkait masalah sampah ini, Tirtawan bahkan memiliki permintaan khusus kepada Tuhan. Sebelum Bali betul-betul bersih dari sampah, ia memohon kepada Tuhan, agar dirinya jangan dulu mati. Tetapi setelah Bali ini bersih total dari sampah, ia mempersilahkan Tuhan memanggilnya pulang.san


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER