Akibat Terlalu “Dikeramatkan” Banyak Lontar Rusak Tanpa Bisa Diwariskan, Begini Cara Merawatnya.

  • 07 Juni 2017
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 4860 Pengunjung
suaradewata.com

Bangli, suaradewata.com  – Lontar adalah salah satu bentuk  naskah kuno  (manuskrip) yang notabene sarat menyimpan berbagai  ilmu pengetahuan, nyatanya sampai saat ini bagi sebagian masyarakat Bali banyak yang terlalu mengkeramatkannya tanpa disertai perawatan yang baik. Akibatnya, banyak lontar yang merupakan warisan para leluhur ini rusak tanpa bisa diwariskan lagi kepada generasi berikutnya. Padahal, dalam lontar tersebut banyak menyimpan pengetahuan, baik tentang upacara yadnya, babad maupun pengobatan atau usadha yang berguna untuk kehidupan masyarakat.

Demikian disampaikan, Koordinator Tim Konservasi Lontar dan Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Bangli, I Made Oka Samudra saat melakukan penyelamatan puluhan lontar di desa Tamanbali, Rabu (07/06/2017). Upaya penyelamatan lontar ini, dilakukan dengan cara membersihkan dan melakukan identifikasi serta penyalinan kembali isi lontar. Sebab, lontar merupakan produk organik yang alami, sehingga sangat rentan terhadap berbagai kerusakan. “Penanganan dan kondisi penyimpanan yang tidak sesuai juga akan berpengaruh terhadap kerusakan lontar,” ungkap pria asal Penida, Kaja, Tembuku. Faktor lingkungan yang sangat berperan dalam merusak manuskrip lontar diantaranya temperatur dan kelembaban udara; cahaya; biota dan pollutan. Karena itu, disarankan tempat penyimpanan lontar dengan menggunakan rak kaca. “Konservasi lontar dilakukan sebagai upaya menyelamatkan manuskrip dari kehancuran,” tegasnya.

Lanjut Made Oka, salah satu cara sederhana untuk merawat lontar, yakni dengan melakukan pembersihan rutin dengan menggunakan minyak sereh dan alkohol 95 persen. “Sedangkan untuk mempertebal aksara tulisan, kita gunakan arang kemiri,” sebutnya. Konservasi penting dilakukan, sebab kata dia, masih ada kecenderungan di masyarakat mengkeramatkan lontar tanpa mau tahu apa isinya. Akibatnya, banyak lontar yang ditemukan sudah rusak parah dan lepas cakepannya. Padahal, menurutnya, didalam lontar banyak pelajaran dan ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan, seperti untuk pengetahuan upacara yadnya maupun untuk pengobatan atau usadha. “Karena itu, identifikasi lontar kita lakukan untuk mengetahui apa yang termuat dalam lontar tersebut,” bebernya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap masyarakat mau membuka diri untuk membaca serta mempelajari isi lontar, karena sejatinya didalam lontar tersebut banyak ilmu yang bisa dipelajari. "Jika masyarakat tidak pernah mempelajari isi lontar, maka ilmu yang telah diberikan oleh nenek moyang akan menjadi sia-sia. Dan untuk generasi muda, mari meng-ajeg-kan tradisi bali salah satunya lontar, karena itu merupakan salah satu budaya kita,” harapannya.

Sementara itu, pemilik lontar Dewa Gede Ngurah Oka yang juga Kepala Desa Tamanbali, mengaku pihaknya sengaja mengundang tim konservasi penyuluh bahasa bali, untuk membersihkan sekaligus mengetahui kepastian isi lontar yang telah dia warisi secara turun temurun. Saat itu, setidaknya ada 30 cakep lontar miliknya yang dibersihkan dan diindentifikasi ole tim yang beranggotakan puluhan penyuluh bahasa bali ini. “Selain untuk perawatan, harapan saya dengan adanya tim konservasi penyuluh bahasa bali ini, saya bisa mengetahui isi lontar tersebut. Biar tidak hanya disucikan saja, namun isi ilmu pengetahuan yang ada didalamnya supaya bisa diwariskan dan dipergunakan untuk kehidupan masyarakat agar lebih baik,” tegas Dewa Gede Ngurah Oka.ard/aga


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER