Ketua DPRD Bangli Sidak Pasar Kidul, Ini Yang Masih Dikeluhkan Pedagang….

  • 15 April 2019
  • 00:00 WITA
  • Bangli
  • Dibaca: 1912 Pengunjung
suaradewata

Bangli, suardewata.com – Kondisi pasar Kidul Bangli, masih saja dikeluhkan oleh para pedagang. Pasalnya, meski sudah direvitasisasi kondisi pasar terbesar di Bangli ini masih ada kebocoran saat hujan dan penanganan limbahnya tidak optimal. Hal ini terungkap saat Ketua DPRD Bangli Ngakan Kutha Parwata menggelar sidak, Senin (15/04/2019). Hasilnya, usai sidak Ngakan Kutha Parwata mengakui kondisi Pasar Kidul saat ini memang masih ada beberapa kekurangan. “Dari hasil sidak yang saya lakukan sekarang menjelang masa akhir jabatan saya, ada beberapa hal yang kondisinya memang masih kurang baik dan mesti segera perlu diperbaiki lagi,” tegasnya.

Kata Kutha Parwata kekurangan yang dimaksud, menyangkut adanya kebocoran di bagian selasar bangunan bagian barat pasar. Selain itu, juga ada keluhan soal penanganan limbah pasar yang belum optimal. Kondisi itu terjadi, diakui Kutha Parwata, lantaran pembangunan Pasar Kidul masih mempertahankan bangunan lama. Akibatnya, kebocoran kerap terjadi saat hujan turun sehingga menyebabkan kondisi dalam pasar menjadi becek dan terkesan kumuh.

Untuk mengatasi persoalan itu, kata Politisi PDIP asal desa Bangbang ini, pihaknya akan mengajak konsultan pembangunan untuk berdiskusi guna memecahkan bagaimana caranya agar kebocoran diselasar bagian barat pasar, tidak bocor lagi. “Disamping itu, akses pembuangan limbah pasar juga belum singkron. Perlu kita pikirkan untuk pembangunan semacam IPAL atau bisa disalurkan melalui saluran drainase kota yang ada. Itu nantinya supaya dicek juga,” bebernya.

Lebih lanjut diceritakan kembali, persoalan kondisi Pasar Kidul tersebut muncul tak lepas dari adanya sengketa yang terjadi pada saat awal perencanaan pembangunannya antara pedagang Ruko pemilik HGB dengan Pemkab Bangli. “Ketika kita baru dilantik, masalah pasar dengan Pemkab sedang panas-panasnya,” sebutnya. Namun berkat kepemimpinan Ngakan Kutha di Dewan BAngli yang dikenal luwes dalam menangani persoalan, langkah  inisiatif dilakukan dengan memediasi kedua belah yang bersengketa. “Saat itu, kita lihat semisal Pemkab menang dan pemilik HGB melawan tentunya akan memakan waktu lama. Mungkin sampai saat ini, kasusnya tidak akan kunjung selesai karena jika kalah di PN, akan ada banding dan kasasi sehingga memerlukan proses yang Panjang lagi.  Karena itu, saya lakukan pendekatan ke Bupati agar bisa damai. Hingga akhirnya semua pihak dipertemukan sehingga ada kesepakatan seperti saat ini dan persoalan tersebut bisa selesai sehingga pasar kidul sudah bisa dibangun dengan kondisi seperti saat ini,” bebernya.

Karena itu, sidak yang dilakukannya kali ini, diakui pula untuk memastikan hingga akhir jelang masa jabatannya berakhir, masalah pasar harus sudah clear dan tuntas. Terlebih, pasar merupakan salah satu penunjang pendapatan asli daerah Bangli. Terutama yang dominan ada di tiga pasar. Yakni pasar Kidul, Pasar Kintamani dan Pasar Kayuambua.  Sedangkan untuk Pasar Yangapi yang hingga kini belum bisa beroperasi secara maksimal, masih diupayakan agar kedepan bisa menjadi lebih baik.

Pada kesempatan itu, selain menyidak kondisi Pasar Kidul, Ngakan Kutha Parwata juga sekaligus meninjau langsung kondisi pasar eks Rutan Bangli yang kini masih ditempati pedagang kain yang rencananya akan dipindahkan ke pasar Loka Srana. Tindak lanjut dari itu, direncanakan, areal pasar yang tepat berada diselatan Pasar Loka Srana ini diusulkan agar dimanfaatkan untuk Senggol. Hanya saja, kata Kutha Parwata, saat ini rencana tersebut masih terkendala status kepemilikan asset. “Dari hasil diskusi dengan dinas Koperasi, karena asset ini masih dimiliki kementerian Koperasi dan untuk penghibahannya masih dalam proses. Jadi, ini yang saya ingin tekankan, supaya dinas terkait lebih pro aktif dalam berkoordinasi dengan pusat. Kita yang mesti pro aktif dan jemput bola. Makanya saya minta lapor ke Bupati, agar permasalahan asset ini bisa segera dituntaskan dengan cara Pemkab  yang lebih proaktif,” pintanya.

Setelah itu, begitu hibah turun ke Pemkab tinggal Bupati nanti yang mengatur apakah akan dibawa ke Disperindag atau tetap ke Dinas Koperasi. “Secara pribadi, kalau dari saya tempat ini agar dipergunakan untuk Senggol. Dan itu, sudah saya usulkan sebelumnya agar lokasi ini dijadikan tempat Sengol. Walaupun yang namanya Senggol identic dengan bongkar pasang, tapi kalau kita bisa berikan lokasi yang tetap kan malah lebih bagus. Jadi bisa buka sepanjang hari,” pungkasnya. ard/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER