Gelung Kori Pura Langun Ambruk Timpa Bale Patok

  • 23 Januari 2018
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 3423 Pengunjung
suara dewata

Gianyar, suaradewata.com- Gelung Kori Pura Langon di Banjar Pasdalem, Kelurahan Gianyar, ambruk hingga timpa Bale Patok yang ada di utama mandala, pada Sabtu (20/1) sekitar pukul 17.00 wita. Gelung Kori setinggi 5 meter yang diperkirakan dibangun pada tahun 1917 ini ambruk karena termakan usia. Diperparah dengan guyuran hujan yang turun cukup deras beberapa waktu ini, menyebabkan pondasi bangunan berusia lebih dari 100 tahun ini tak kuat menahan beban.

Pemangku pura, Dewa Mangku Langon saat ditemui di kediamannya mengatakan kejadian ambruknya bangunan ini terjadi setelah hujan deras pada hari Sabtu (20/1). “Kemarinnya hujan cukup deras dari jam 10 malam. Hingga Sabtu sore itu baru reda. Nah saat hujan reda itulah, Gelung Kori ini ambruk,” jelasnya.

Jatuhnya Gelung Kori mengarah ke sisi utara, menimpa Bale Patok yang jaraknya sekitar 2,5 meter. “Pondasinya memang sejak lama sudah rapuh di sisi utara. Maka sejak beberapa tahun pintu Gelung Kori ini tidak pernah dibuka, karena takut roboh,” terangnya.

Rencana renovasi Pura yang diempon oleh Puri Gianyar ini pun sejatinya sudah diwacanakan sejak lama. Namun, hingga awal tahun 2018 ini tak kunjung ada perbaikan. “Informasinya memang akan ada renovasi, tapi tyang sendiri tidak tahu kapan. Karena dari pihak Puri yang menangani itu,” jelasnya. Pasca ambruk, petugas Dinas PU Kabupaten Gianyar pun langsung melakukan upaya pembersihan. “Sampai sekarang masih dibersihkan. Karena meterialnya cukup banyak,” jelasnya.

Diungkapkan Dewa Mangku Langon, kondisi bangunan Pura secara umum memang memprihatinkan. Terutama bagian tembok penyengker yang mulai bergelombang. “Bahan perekatnya masih tanah polpolan. Di sebelah timur pura, parasnya sudah mulai berjatuhan,” jelasnya.

Mengenai sejarah Pura Langon, Dewa Mangku Langon menuturkan berdasarkan cerita para tetua. Pura Langon ini semula seperti Pura Ibu (Paibon). “Hanya yang telah dinobatkan sebagai Raja saja yang melinggih di Pura ini,” jelasnya. Hal itu dapat dilihat dari jumlah pelinggih utama yang ada dalam Pura, yakni berjumlah 6 palinggih. Di Gianyar sendiri, hingga 22 Desember 1896 telah dinobatkan sebanyak 8 Raja. Raja terakhir bernama Dewa Gde Raka (Dewa Manggis VIII). “Dalam Pura ini berstana Raja Gianyar ke 2,3,4,5,7, dan 8. Sedangkan Raja Gianyar Pertama dan Raja ke 6 berstana di Pura Penataran Agung Beng,” jelasnya.

Dikisahkan Dewa Mangku Langon, dahulu kala, Kerajaan Gianyar terpusat di Beng. Karena satu dan lain hal, terjadi pemekaran sekitar 2 kilometer ke selatan kerajaan. Lalu Puri ini disebut Griya Anyar yang lama-lama menjadi Puri Gianyar.

Pura Langon sendiri, pernah mengalami kerusakan parah hingga seluruhnya rata dengan tanah sekitar tahun 1917. “Waktu itu terjadi gempa besar. Semua bangunan roboh rata dengan tanah. Dan setelah itu, Pura direhab total. Setelah tahun 1917 itu, seingat saya tidak ada renovasi total. Hanya servis bagian-bagian yang mengalami kerusakan kecil,” terangnya. gus/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER