Dampak Erupsi Gunung Agung, PHK Hantui Tenaga Kerja Pariwisata

  • 29 November 2017
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 3681 Pengunjung
istimewa

Gianyar, suaradewata.com - Erupsi Gunung Agung berdampak pada penutupan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Penutupan pintu masuk terbesar ke Bali bagi wisatawan tersebut mempengaruhi sector pariwisata khususnya di kabupaten Gianyar. Tingkat hunian kamar hotel maupun homestay menurun drastis yang biasanya 40-50% pada bulan November, kini hanya tinggal 15%. Jika keadaan ini berlangsung lama, tenaga kerja di bidang pariwisata kan terkena imbasnya.

Kondisi ini, jika berlangsung cukup lama dikhawatirkan akan membuat pengusaha pariwisata kolaps. Termasuk 60% penduduk Gianyar yang bekerja di sektor pariwisata terancam di-PHK (putus hubungan kerja, red).

“Tingkat hunian (okupansi) saat ini hanya 15%. Jika dihitung, hanya ada sekitar 2.300 orang tamu per hari yang menginap di Gianyar, khususnya Ubud. Padahal normalnya, okupansi hotel di bulan November-Desember ini sekitar 40-50%,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Anak Agung Ari Bramanta didampingi Ketua Ubud Home Stay Association (USHA) Ida Bagus Wiryawan, Ketua Ubud Hotel Association (UHA) Adit Pande, serta Wakil Ketua PHRI Gianyar IB Suar Udiana, saat jumpa media, Rabu (29/11).

Seandainya erupsi Gunung tertinggi di Bali tersebut terjadi berulang kali bisa menyebabkan penutupan Bandara dalam jangka waktu panjang, Kadis Pariwisata yang akrab disapa Gung Ari ini khawatir Gianyar akan menghadapi suatu krisis ekonomi daerah. “Dilihat dari histori erupsi tahun 1963, itu berlangsung setahun. Jika kali ini sama, kita akan hadapi suatu krisis ekonomi daerah,” ungkapnya.

Dalam situasi ini, pengusaha akan berpikir antara menutup usaha atau efisiensi. “Jika okupansi 10%, pengusaha sudah rugi. Mereka akan berpikir pilih tutup usaha atau efisiensi,” jelasnya. Tenaga kerja menjadi salah satu bagian yang memungkinkan dilakukan efisiensi ini. “Sekarang dengan okupansi 15%, pengusaha pariwisata sebenarnya sudah tekor membayar gaji pegawai dan operasional. Belum lagi membayar kewajiban bank. Bisa-bisa, nanti akan ada PHK besar-besaran,” terangnya.

Selain berdampak pada tenaga kerja, anjloknya pariwisata juga berdampak pada sektor perdagangan maupun jasa. Restoran misalnya, sejak 3 hari belakangan terpantau mengalami penurunan kunjungan sekitar 70%. Hal itu diungkapkan Wakil Ketua PHRI Gianyar, IB Suar Udiana bahwa dari rata-rata 15 meja per restoran, hanya terisi sekitar 2 meja. “Restoran drop 70%. Bahkan ada yang gak isi sama sekali,” ujarnya.

Selain restoran, usaha wisata pendukung seperti rafting, cycling, spa, artshop dan lainnya juga akan terdampak. Pertanian, peternakan, dan perkebunan terutama yang selama ini diserap di sekotor pariwisata juga kena imbas. “Efeknya sangat luas, jika situasi ini berlangsung lama. Maka itu kita berharap, Bandara bisa segera beroperasi,” terangnya.

Sementara itu, demi memberikan rasa nyaman pada wisatawan terutama yang tidak bisa kembali ke negara asalnya, praktisi pariwisata Gianyar menyepakati beberapa hal. UHA, BTB, PHRI, UHSA sudah sepakat memberikan 1 malam gratis pada tamu yang saat chek out, ternyata Bandara Ngurah Rai masih ditutup.

“Ini semacam asuransi pada tamu. Seluruh anggota asosiasi sudah menyepakati ini. Dan kalau mau tinggal lagi, tamu diberikan diskon 30-50%,” tambah Adit Pande, Ketua UHA. Selain itu, praktisi pariwisata berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Gianyar juga akan membuka ‘Help Desk’ yang ditempatkan di kantor Lurah Ubud.

Ditambahkan Kadis Pariwisata Gung Ari, terkait kunjungan wisata ke sejumlah objek wisata di Gianyar juga mengalami penurunan. “Dilihat pada bulan yang sama tahun beda sebenarnya November jumlah kunjungan mencapai 75 ribu. Sekarang turun menjadi 33 ribu, sekitar 40% turun,” imbuhnya. gus/ari


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER