Negara di ASEAN Target Peredaran Narkoba

  • 03 Desember 2015
  • 00:00 WITA
  • Denpasar
  • Dibaca: 2944 Pengunjung

Denpasar,suaradewata.com- Deputi Hukum dan Kerjasama BNN Aidil Chandra Salim mengatakan, pemberantasan perdagangan narkoba di kawasan ASEAN masih menyisakan banyak pekerjaan rumah yang luar biasa.

Hal ini terungkap saat Indonesia menjadi tuan rumah International Conference Asean Work Plan on Securing Asean Community Against Illicit Drugs 2016-2025 di Nusa Dua Bali, Rabu (2/12).

Pertemuan internasional tersebut dibuka langsung oleh Sekretaris BNN Brijen Pol Nikolas Eko. Hadir para delegasi berasal dari seluruh negara Asean. Selain itu hadir para undangan seperti Pangdam IX Udayan yang diwakili oleh Kolonel Inf Amrizen, Kapolda Bali yang diwakili Irwasda Kombes Pol.  Drs Rajim Asianto dan undangan lainnya.

"Kita tahu bahwa Asean Work Plan ini akan berakhir di tahun 2015. Setelah 10 tahun bekerja ternyata masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai dan menuntut harus segera diselesaikan. Untuk dalam pertemuan kali akan dirumuskan berbagai tugas yang harus dikerjakan dalam 10 tahun ke depan hingga tahun 2026," ujarnya. Untuk itu dalam pertemuan tingkat menteri kali ini akan dibahas tentang berakhirnya Asean Work Plan tahun 2015.

Selain itu, upaya ini sangat penting karena ASEAN akan memasuki era komunitas baru yang terintegrasi antara negara yang satu dengan yang lainnya. Tahun 2016 nanti, pergerakan barang dan orang di kawasan ASEAN akan semakin bebas.

"Bukan tidak mungkin, peluang ini juga akan dimanfaatkan oleh pengedar yang bergerak bebas di seluruh kawasan ASEAN. Makanya kita menyamakan Blue Print. Dalam era baru itu, pergerakan manusia dan barang semakin terbuka. Perlu menyusun draf dan rencana kerja yang lebih terintegrasi dalam menjaga diri dalam perdagangan narkoba dan manusia. Ini sumber kejahatan terbesar," katanya.

Pentingnya pertemuan ini, maka Indonesia turun dengan full tim mulai dari BNN, Kepolisian, Kejaksaan, Bea Cukai, Imigrasi, Kementerian Kesehatan dan sebagainya. Diharapkan dalam pertemuan ini akan dihasilkan Draft Rencana Kerja ASEAN Tahun 2016 – 2025 di bidang Drug Trafficking, Rehabilitation, dan Prevention.

Beberapa pekerjaaan rumah yang masih harus dilakukan antara lain tingkat penggunaan masih tinggi, pencegahan peredaran yang belum efektif, rehabilitasi bagi para pengguna yang belum maksimal, prevalensi terus meningkat. Ini fakta, di seluruh negara Asean dan bahkan dunia.

"Tentunya kita memerlukan suatu rencana bersama yang serius. Ada beberapa negara yang penanaman kokain dan ganja masih menjadi tulang punggung ekonomi negaranya. Kita mencoba mengubah mindset negara yang bersangkutan secara bertanggungjawab untuk mengganti penghasilan ekonominya," ujarnya.

Kasus di Indonesia juga mengalami hal yang sama. Tahun 2014 misalnya, prevalensi narkoba masih mencapai 2,4 juta orang. Rata-rata perhari ada 33 orang meninggal dunia.  "Kita makin gencar, bandar makin kreatif. Makanya diperlukan pencegahan dan penindakan yang kreatif juga," imbuhnya.

Sementara Ketua Delegasi RI Ahwil Lutan, mengungkapkan dibanyak negara sudah terbukti ada hubungan yang erat antara perdagangan narkoba dengan terorisme. Uang narkoba dipakai untuk terorisme. Di Asean memang belum segawat itu, tetapi perlu ada upaya pencegahan sejak dini.

Di Indonesia misalnya, pernah terjadi dalam kasus perampokan Bank CIMB di Medan, dimana uangnya dipakai untuk kegiatan terorisme. Di banyak negara, banyak penghasilan penjualan narkoba digunakan untuk aksi terorisme.ids


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER