Radikalisme Musuh Bersama Rakyat Indonesia

  • 24 Maret 2020
  • 19:50 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 1859 Pengunjung
google

Opini,suaradewat.com - Kekahawatiran masyarakat akan pergerakan radikalisme ini kian meningkat. Tak hanya dalam satu sektor saja. Nyatanya beragam sektor tak bisa menjamin paparan dari paham yang berbahaya ini. Pemerintah dan masyarakat harus mampu bersinergi untuk membendung radikalisme yang telah menjadi musuh bersama.

Akhir-akhir ini dunia tengah disibukkan oleh beragam hal. Mulai dari kependudukan, tata ekonomi hingga sistem kemanusiaan. Kesemua masalah ini tentu berhubungan dengan yang namanya individu. Radikalisme sendiri berpotensi menyerang setiap individu yang memiliki egoisme tingkat tinggi. Bersikap anti toleran hingga tak berperikemanusiaan. Sayangnya, pihak-pihak yang terpapar penyakit radikalisme ini ga sadar. Mereka seolah berjalan sesuai aturan, ya aturan yang mereka buat sendiri.

Bagi saya, radikalisme ini banyak macamnya. Kemungkinan hal ini berkembang seiring meningkatnya teknologi. Terlebih, penggunaan media sosial inilah yang patut diwaspadai. Melalui dunia Maya seolah para penyebar radikalisme ini menjadi semakin mumpuni. Mereka bak ''hantu" yang berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. mereka meniupkan sejumlah propaganda atau provoaksi yang menarik peminatnya untuk ikut terjun ke dalam aksi mereka. Apa embel-embelnya? Pengakuan alias eksistensi!

Pengakuan Atau eksistensi ini bagi sebagian orang merupakan pemuas kebutuhan. Bayangkan jika keberadaan anda tak diakui, rasanya ga enak kan? nah, atas dasar inilah, korban akhirnya terjerumus ke dalam lubang radikalisme. Dirinya sudah terdoktrin atas apa-apa yang harus dilakukan guna meraih sebuah pengakuan. Parahnya, mereka ini akan menjadi lebih sensitif dari sebelumnya. Mereka merasa jika orang-orang yang tak sepaham adalah musuh paling utama dan wajib diberantas.

Eksistensi makin meningkat dikalangan milenial atau anak muda. Jiwa petualang mereka mampu mendominasi segala kemungkinan yang ada. Mereka identik dengan coba-coba hal baru,namun kebanyakan Mereka tak menyadari akan bahaya yang bakal mereka dapat. Anak-anak muda tentunya paling jago memanfaatkan teknologi. Skill meniru serta menelusuri mereka patut diacungi jempol.

Kendati demikian, perilaku "grasa-grusu" ini dikawatirkan justru membuat mereka makin jauh terperosok. Mereka akhirnya akan dengan mudah dijadikan alat oleh para pelaku radikal guna meluluskan aksinya.

Mirisnya lagi, penyebar radikalisme hampir menghalalkan segala cara. Termasuk mengekploitasi anak-anak. Untuk kasus ini coba ingat pelaku bom bunuh diri yang mengikutsertakan anak kedalam aksi tersebut. Dan yang paling ekstrim ialah anak-anak tergabung dalam kelompok radikalisme tingkat dunia seperti ISIS. Anak-anak yang notabene masih begitu polos, akan dengan mudah dijejali aneka pemikiran yang tak benar dan edan. Mereka seolah digodok untuk menjadi penerus di generasi selanjutnya. Para pelaku ini tak peduli bagaimana  mental dan psikis anak-anak itu.

Atau masih ingat, paham khilafah Yang sempat menggegerkan publik beberapa waktu lalu? Polemik ini memunculkan sejumlah kecemasan yang tak berkesudahan, ormas-ormas keagamaan dinilai telah jauh menyimpang. Bahkan, pemerintah terpaksa membubarkan beberapa ormas atas indikasi untuk menggulingkan kepemerintahan. Sebetulnya tak ada yang salah dengan paham khilafah, hanya penerapannya saja yang menyimpang.

Di titik itu akan banyak yang menafsirkan sejumlah aturan, menuduh ideologi Pancasila tak bersesuaian dengan agama. Dan sayangnya, hal ini akan menimbulkan perpecahan. Apa ini tujuan khilafah? Khilafah yang dirunut dari ajaran Agama Islam pastinya bebas dari pertikaian, bebas dari provokasi yang menyesatkan hingga mengandung toleransi pada umat beragama lainnya.

Jika Nabi besar Umat Islam saja mampu memberikan contoh toleransi yang begitu dahsyat, lha kok pengikutnya sok-sokan mau bikin negeri khilafah. Umat lain mau dikemanakan? Maka dari itu, kemudahan untuk mengakses segala informasi wajib digunakan. Agar kita semua tak salah kaprah mengartikan. Terlebih hubungannya dengan peraturan dan kesatuan.

Salah satu hal yang diinginkan para pelaku radikalisme ini ialah perpecahan. Dengan perpecahan, mereka akan lebih mudah masuk dan melancarkan rencana mereka. Mereka akan dengan mudah menghancurkan tatanan negara hingga yang terparah ialah meruntuhkan pemerintahan. Setelah itu, mereka bakal berjaya, mereka akan memimpin dengan leluasa. Jika hal ini terjadi apa yang akan menimpa kita, anak-anak kita, saudara juga yang lainnya. Maka, mulai detik ini mari bersatu padu memberantas radikalisme apapun bentuknya. Jadikan ideologi Pancasila sebagai panutan untuk membangun negeri lebih aman, maju dan sejahtera. Jaga persatuan dan kesatuan. Jangan biarkan mereka menyusup atau mengambil kesempatan. Lawan radikalisme!

Ismail, Penulis adalah warganet tinggal di Tangerang


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER