Pendiri Museum Seni Neka, Sabet Life Achievement Museum Award 2014

  • 02 Agustus 2014
  • 00:00 WITA
  • Gianyar
  • Dibaca: 2923 Pengunjung

Gianyar, suaradewata.com - Pada tahun sebelumnya penghargaan Life Achievement Museum Award  pernah diterima oleh Amir Sutaarga seorang tokoh permuseuman nasional dan Daoed Joesoef seorang budayawan dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI . Tahun ini tokoh seni budaya kelahiran Bali, Pande Wayan Suteja Neka menerima Anugrah Purwakalagrha Kategori Pengabdian Sepanjang Hayat (Lifetime Achievement) karena dedikasinya melestarikan seni lukis dan seni rupa berupa keris yang menjadikan Museum Seni Neka sebagai rujukan  seni lukis dan seni keris secara nasional dan internasional. 

Dalam perhelatan Museum Award 2014 yang digelar  di panggung Kick Andy, Metro TV Jakarta penghargaan yang paling tinggi  Anugrah Purwakalagrha Kategori Pengabdian Sepanjang Hayat (Lifetime Achievement) diberikan kepada seorang tokoh seni budaya yang berasal dari Bali, yaitu Pande Wayan Suteja Neka. Melalui usaha dan upaya Suteja Neka, bangsa Indonesia dapat melihat keindahan alam dan budaya Bali dalam bentuk lukisan yang dihasilkan oleh seniman Bali, seniman Indonesia luar Bali dan seniman mancanegara yang mendapatkan inspirasi dari lingkungan alam dan budaya Bali. 

Diantaranya adalah seniman terkenal Bali I Gusti Nyoman Lempad, seniman nasional Affandi, Abdul Aziz serta beberapa seniman mancanegara seperti Arie Smit, Rudolf Bonnet dan WG. Hofker. Bukan hanya itu kecintaaan tokoh ini terhadap seni budaya  berkembang  lebih jauh terhadap seni rupa berupa keris. Kecintaan dan panggilan jiwa leluhur  telah mendorong pelestarian keris pusaka, keris kuno bersejarah dan keris kamardikan yang bisa dinikmati secara informatif di Museum Seni Neka sejak tahun 2007. Dedikasi ini membawanya kepada serentetan prestasi berupa penghargaan di kancah nasional maupun internasional. Seperti Lempad Prize, Piagam Penghargaan Seni Dharma Kusuma, Heritage Awards dan Adhikarya Pariwisata. 

Dalam sambutanannya Nunus Supardi salah seorang Dewan Juri Museum Award 2014 mengatakan, tokoh kelahiran Bali pada 21 Juli 1939 ini, mengumpulkan dan merawat berbagai lukisan yang bertemakan keindahan alam dan budaya Bali dalam sebuah museum seni sejak tahun 1966. Museum tersebut merupakan museum pelopormuseum swasta di Bali. “Karenanya Dewan Juri Museum Awards 2014 memutuskan penghargaan Lifetime Achievement untuk Museum Awards 2014 dianugrahkan kepada Bapak Pande Wayan Suteja Neka,” ungkap Nunus Supardi

Museum Seni Neka bisa terus berkembang dan tetap berdedikasi untuk melestarikan seni budaya sejak pertama berdiri tahun 1972 dan dibuka secara resmi tahun 1982. Museum Seni Neka didirikan oleh Pande Wayan Suteja Neka dan didukung penuh oleh Ibu Ni Gusti Made Srimin. Neka diambil dari nama Wayan Neka adalah ayah pendiri Museum Seni Neka. Wayan Neka adalah seorang pematung yang karya patungnya garuda setinggi 3 meter pernah dipamerkan di New York World Fair 1964 dan mewakili Bal  di Expo Osaka 1970. 

Museum Seni Neka mempunyai visi dan misi untuk melestarikan seni lukis yang dibuat oleh seniman Bali, seniman Indonesia luar Bali dan seniman mancanegara yang mendapatkan inspirasi dan mengabadikan alam lingkungan dan budaya Bali. Awalnya Museum Seni Neka hanya memilik koleksi 45 lukisan yang berasal dari koleksi terbaik milik Suteja Neka sendiri. Kemudian berkembang dalam waktu 40-an tahun menjadi 450 lukisan. Beberapa koleksi adalah sumbangan sukarela sang pelukis dan kolektor sejati Indonesia. 

Proses pendirian Museum Seni Neka penuh dengan perjuangan yang menguras emosi dan tentu saja materi. Demikian juga proses pengumpulan koleksi yang saat ini dinikmati pengunjung museum banyak menyimpan cerita menarik. Ada cerita yang mengharukan ada cerita heroik. Dalam mengumpulkan koleksi ada beberapa pengalaman menarik. Cerita tentang pelukis I Gusti Nyoman Lempad seorang seniman legendaris Bali yang mangharukan. Setelah beberapa lukisan terbaik karya sang seniman dipilih untuk dibeli. Saat ditanya berapa harga semua lukisan yang akan dipajang sebagai koleksi Museum Seni Neka, sungguh di luar dugaan, sang seniman berkata, “ Kalau untuk koleksi museum, silakan dibawa saja. Tidak usah dibayar”. 

Lain lagi pengalaman heroik pada 1989 saat di Makati, Filipina. Ada dua lukisan karya Affandi yang dijual kembali oleh kolektor Filipina. Saat itu Suteja Neka dan Ni Gusti Srimin mesti mengambilnya sendiri ke Filipina. Saat itu suasana politik di Filipina sedang panas di awal pemerintahan Presiden Corazon Aquino.Meski demikian demi  lukisan Affandi, Suteja Neka dan Ibu Srimin tetap berangkat. Sehari sebelum jadwal balik ke Bali terjadi kudeta untuk menjatuhkan Presiden Corazon Aquino. Makati sangat mencekam saat itu. Suara tembakan dan bom riuh rendah. Syukurlah Suteja Neka dan isteri beserta lukisan Afandi bisa selamat sampai di Bali.

Pada ulang tahun Museum Seni Neka yang ke 25 tepat 7 Juli 2007 telah dibuka paviliun keris di Museum Seni Neka. Koleksinya berupa keris Nusantara hasil karya mpu keris dari Bali dan luar Bali. Terutama dari Jawa dan Madura. Koleksinya mulai dari keris kuno bersejarah, keris pusaka sampai keris kamardikan. Diantaranya ada keris pijetan (abad ke-13), Keris pusaka Ki Baju Rante (abad ke-16), Ki Gagak Petak (abad ke-17), dan keris kamardikan hasil lomba keris nasional. Ini adalah peran aktif dan positif Museum Seni Neka atas Pengakuan Unesco pada tahun 2005 bahwa keris adalah warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. 

Menurut Ketua Komunitas Jelajah Nusantara yang juga penggagas Museum Awards, C. Musiana Yudhawasthi, Museum Awards memiliki beberapa tujuan penting, di antaranya memberikan penghargaan terhadap tokoh, pengelola museum dan pekerja di bidang sejarah, kepurbakalaan dan permuseuman. Kemudian meningkatkan apresiasi masyakarat terhadap sejarah, kepurbakalaan, permuseuman dan para pecinta warisan budaya. “Museum Awards mampu menginspirasi generasi muda untuk terus belajar dan mencintai warisan budaya bangsa,” ujarnya. one


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER