PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Sudirta, Bayar Hutang ke Ibu dengan Yayasan Bunda Luh Ronce

Senin, 02 November 2015

00:00 WITA

Karangasem

3331 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Karangasem, suaradewata.com - Betulkah surga ada di telapak kaki ibu? Bagi Wayan Sudirta, kata-kata itu tak boleh hanya jadi jargon belaka. Ia mengabadikan nama ibunya untuk sebuah yayasan yang ia bentuk, yakni Yayasan Bunda Luh Ronce. Melanjutkan cita-cita mendiang ibunya yang suka membantu orang semasa hidupnya, tetapi amat sangat keras mendidik siapapun, termasuk Wayan Sudirta, nama sang ibu diabadikan untuk Yayasan Bunda Luh Ronce. Programnya di bidang kemanusiaan, demokrasi dan HAM.

Lalu, bagaimana Sudirta menunjukkan baktinya pada Sang Ibu? Tentu, semasa ibunya masih ada, Sudirta bekerja keras, mengumpulkan uang, dan sebagian ia gunakan untuk membantu masyarakat. Sudirta mendirikan ormas, seluruhnya mandiri, tak pernah mau menerima sumbangan pemerintah ataupun donatur asing.

Dan pemandangan unik terjadi, ketika Sang Ibu mengalami struk cukup berat. Sang Ibu tidak bisa makan sendiri, tidak bisa ke toilet, sehingga harus dirawat dengan telaten. Beberapa tahun Sang Ibu mendapat pelayanan ‘’seperti bayi’’ akibat strukt tersebut. Dan Sudirta yang tetap suka tidur di kantornya di Jl. Diponegoro Denpasar, mengajak sang ibu di kantor tersebut, atau di rumah keluarganya di Denpasar. Secara rutin, seorang suster digaji untuk merawat Sang Ibu, dibantu oleh keponakannya Ni Luh Egen Pidayanti.

Walau sang ibu menderita setruk cukup serius, Sudirta tak mengurangi kegiatan dan perjuangannya. Sambil rapat-rapat diluar Denpasar, Sudirta memboyong ibunya, menginap di kamar hotel di pantai Lovina misalnya bersama keluaga, sembari merapatkan aktivis Pemuda Hindu, untuk isu tertentu.

Atau ketika harus ke Jakarta karena suatu kegiatan, Sudirta memboyong sang ibu diatas kursi roda, ke Jakarta. Dan ketika akhirnya sang ibu wafat awal tahun 2000-an, Sudirta tak langsung ‘’mengabenkannya.’’ Sang Ibu ‘’mekingsan di geni’’, dan Yayasan Bunda Luh Ronce pun didirikan.

‘’Ibu saya pasti senang karenna cita-citanya kita teruskan, membantu masyarakat kurang mampu. Kalau dulu beliau orientasinya sosial semata-mata, saya dan kawan-kawan memperluasnya ke bidang demokrasi dan HAM,’’ imbuh Sudirta. Amo/ina


Komentar

Berita Terbaru

\