Mengejutkan, Akibat ASF 500 Ribu Ekor Babi Bali Mati, Peternak Rugi Sekitar Rp 2 Triliun
Sabtu, 10 Mei 2025
10:20 WITA
Buleleng
1401 Pengunjung

Pengiriman babi via Pelabuhan Celukan Bawang menuju Kalimantan Barat, pada Kamis (8/5/2025) malam.
h
Buleleng, suaradewata.com- Amat disayangkan keberadaan ratusan ribu babi yang mati dalam kurun waktu enam tahun terakhir, diakibatkan terjangkit penyakit Demam Babi Afrika atau African swine fever (ASF).
Berangkat dari peristiwa ini, peternak babi dibeberapa wilayah di Bali mengalami kerugian besar hingga triliunan rupiah.
Persoalan ini memantik Wakil Ketua DPRD Bali Ida Gede Komang Kresna Budi, S.AP angkat bicara. Ia mensinyalir akibat ASF peternak babi di Bali mengalami kerugian sekitar Rp 2 triliun.
"Data dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, jika di akumulasi sejak tahun 2019 hingga sekarang terdapat 266 ribu babi tewas akibat ASF," ucapnya.
Namun demikian, Ia mengestimasi data itu jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan. Mengingat banyak peternak lebih memilih tidak melaporkan kematian ternak babinya.
“Estimasi saya, angkanya jauh lebih tinggi. Karena dari jutaan populasi, sekitar 500 ribu ekor babi mati sejak tahun 2019 lalu. Jadi apabila ditotal kerugian peternak sekitar Rp 2 triliun, “ ujar Kresna Budi menegaskan disela,-sela memantau pengiriman babi via Pelabuhan Celukan Bawang menuju Kalimantan Barat, pada Kamis (8/5/2025) malam.
Menurutnya ternak babi dan ternak lainnya sangat rentan terhadap serangan penyakit, terutama yang bersumber dari virus semacam ASF. Dan peternak babi sangat takut dengan virus ASF tersebut. Karena itu diharapkan semua pihak harus lebih berhati-hati dalam mengelola system dan mata rantainya. Terutama saat melakukan pengiriman ternak ke luar daerah.
“Dari hasil kajian disebutkan bahwa pengiriman ternak melalui pelabuhan laut atau port to port jauh lebih aman, terutama untuk pencegahan dan penyebaran ASF. Dan salah satu penyebab penyebaran ASF, terbanyak diketahui melalui alat angkut,” terangnya.
Alat angkut tersebut, kata Kresna Budi, berlalu lalang melintasi daerah yang bisa saja ditempat itu terjangkit ASF. Sehingga kemungkinan penyebaran virus tersebut sangat besar melalui media alat angkut.
“Minggu ini kita dikejutkan dengan berita ada masalah babi diangkut melalui darat. Dimana mendapat resistensi dari masyarakat, siram babi menggunakan air sawah. Mungkin Tuhan memberikan kita warning ada pengiriman babi melalui darat bermasalah akibat kurangnya sensitifitas dan tidak berpikir soal resiko,” ungkapnya.
Kresna Budi yang juga Ketua DPD II Partai Golkar Buleleng ini mengatakan mirisnya lagi kerugian peternak babi akibat terserang ASF, tidak mendapakan ganti rugi dan kurangnya perhatian dari pemerintah. Jadi hal itu murni kerugian peternak. Dan saat tiga pekan lalu mendatangi Kementerian Pertanian RI, hal ini justru peternak babi Bali mendapat apresiasi. Dimana dikatakan peternak babi Bali yang paling cepat bangkit atau recovery setelah serangan ASF.
"Kami berharap agar jangan ada aturan yang membelit dan menyulitkan peternak. Seperti ada Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap sapi diberikan gratis oleh pemerintah, tapi peternak babi mandiri terkesan seperti di anak tirikan, karena tidak pernah mendapat anggaran, dalam hal ini agar ada rasa keadilan lah,” ucapnya.
Oleh karena itu, ujarnya lagi untuk mengurangi faktor resiko, DPRD Bali akan memberikan rekomendasi kepada Gubernur Bali, agar pengiriman ternak dari Bali dilakukan melalui jalur pelabuhan atau port to port.
“Bayangkan dari Pelabuhan Gilimanuk ke Jawa terus ke Kalimantan, ini kan seperti membawa virus jalan-jalan. Kenapa kok tidak dipangkas melalui pelabuhan ke palabuhan, yang sejatinya cara ini relatif paling aman,” terangnya.
Sedanglan terkait pengiriman babi via Pelabuhan Celukan Bawang ke Kalimantan Barat, menurut Kresna Budi merupakan kerjasama pihak swasta dengan pemerintah yang memfasilitasi pengadaan kapal angkut.
“Ya banyak kapal yang bersedia mengangkut babi. Selain pemerintah ada peran swasta yang bersinergi, saling mendukung dengan data yang jelas. Dan Kalimantan Barat kalau tidak ada pengiriman babi dari Bali, inflasinya sangat tinggi,” pungkas IGK Kresna Budi. sad/adn
Komentar