Pj. Lihadnyana Sebut Masyarakat Agar Bijak Mengelola Dan Menata Air Untuk Masa Depan
Sabtu, 18 Mei 2024
16:15 WITA
Buleleng
1473 Pengunjung
acara Dialog Interaktif di RRI Singaraja pada Jumat (17/5/2024). sumber: sad/SD
Buleleng, suaradewata.com- Pulau Bali sebagai destinasi wisata budaya yang ditata dengan menggunakan konsep Tri Hita Karana dan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, dipercaya sebagai tempat World Water Forum yang akan digelar mulai tanggal 18 hingga 25 Mei 2024, dengan dihadiri sejumlah negara asing.
"Peran air sebagai sumber kehidupan yang krusial, sehingga dalam program World Water Forum menekankan pentingnya air untuk kesejahteraan," ucap Pj. Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Buleleng, I Putu Adiptha Eka Putra.
Berangkat dari hal tersebut, mengajak semua pihak untuk bijak dalam memperlakukan sumber daya alam ini, karena segala aspek kehidupan sangat bergantung pada air.
"Air adalah sumber kehidupan yang tak ternilai harganya. Kita harus melakukan tata kelola air dengan bijak, mengingat perannya yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan ekosistem," jelas Lihadnyana dalam acara Dialog Interaktif di RRI Singaraja pada Jumat (17/5/2024).
Dalam dialog interaktif tersebut, Lihadnyana mengatakan Buleleng akan dihadapkan pada tantangan besar terkait tata kelola air di masa depan. Untuk itu, World Water Forum ini akan menjadi momentum dalam mengelola air secara bijak dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga air sebagai sumber kehidupan.
"Air, jika tidak dikelola dengan bijak, dapat menjadi bencana. Namun, jika dikelola dengan arif, akan menjadi sumber kehidupan yang tak ternilai," ujarnya.
Menurutnya pemerintah daerah memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan ketersediaan air yang memadai untuk kebutuhan masyarakatnya. Meskipun dihadapkan dengan lahan kritis, Buleleng juga memiliki potensi besar dalam kawasan hutan yang dapat berperan penting dalam penyimpanan air.
Menghadapi tantangan ketersediaan air di musim kemarau, Kabupaten Buleleng telah mengambil berbagai langkah strategis, termasuk upaya menampung air hujan, untuk menjaga pasokan air bagi masyarakatnya. Dalam langkah proaktif ini, Buleleng telah berhasil membangun dan mengoperasikan tiga bendungan yang tersebar di berbagai wilayah.
Bendungan menjadi salah satu solusi utama dalam menjaga ketersediaan air di daerah yang rawan kekeringan. Melalui pengelolaan yang efisien, bendungan-bendungan ini dapat menjadi sumber air yang berkelanjutan.
"Kami berusaha mengelola air sesuai dengan kebutuhan dan topografi daerah. Namun, banyak kendala dan tantangan yang dihadapi, terutama di daerah pemukiman, baik dalam hal pemanfaatan maupun pencegahan air agar tidak menjadi bencana," ujar Lihadnyana.
Lihadnyana juga berharap World Water Forum yang akan berlangsung dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap warisan leluhur dalam menjaga kelestarian sumber air. Menurutnya, upaya tersebut tidak hanya berfokus pada pelestarian sumber air, tetapi juga pada penyadaran pentingnya air bagi kehidupan generasi mendatang.
Sektor pertanian dan industri di Buleleng diharapkan dapat bersinergi dalam mengelola sumber daya air secara efisien. Ancaman terbesar, yaitu ketidakcukupan air bagi produksi pangan, telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah.
Dalam upaya menjaga ketersediaan air, pemerintah daerah menekankan pentingnya tata kelola yang bijak.
"Kami harus serius menangani masalah pengairan ini. Tidak ada lagi air yang boleh terbuang percuma, sementara ada masyarakat yang kekurangan air," imbuhnya.
Dengan pengelolaan yang tepat, Buleleng yakin dapat memenuhi kebutuhan air tidak hanya untuk pertanian, tetapi juga untuk seluruh masyarakatnya. Dengan demikian, menjaga ketersediaan air bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja melainkan keterlibatan bersama.
"Mari sambut dan ikuti ajang internasional yang akan membahas isu-isu strategis di sektor sumber daya air," pungkasnya.sad/adn
Komentar