Sehari Pasca Jalan Tegalalang-Tambahan Ambrol, Warga Swadaya Bangun Jembatan Darurat
Minggu, 17 Januari 2021
20:35 WITA
Bangli
1597 Pengunjung
Suaradewata
Bangli,suaradewata.com - Sehari pasca ambrolnya ruas jalan penghubung lingkungan banjar Tegalalang, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli dengan banjar Tambahan, desa Jehem, Kecamatan Tembuku, warga secara swadaya akhirnya membangun jembatan darurat berbahan bambu. Pembangunan jembatan yang hanya bisa dilintasi sepeda motor ini, dimotori Kelian Subak Tegalalalang Sang Ketut Rencana dan anggota kepolisian Polres Bangli, Dewa Ketut Rencana, Minggu (17/01/2021). Jembatan dengan panjang 6 meter dan lebar 1,5 meter tersebut, dikerjakan dengan system gotong royong oleh warga. “Jembatan ini kami buat dengan swadaya, baik bahan, konsumsi maupun tenaga,”ujar Kelian Subak Tegalalang Sang Ketut Rencana, saat dikonfirmasi disela-sela pembuatan jembatan darurat tersebut.
Menurut dia, dengan terputusnya jalan tersebut otomatis telah menyebaban akses masyarakat benar-benar terganggu. Salah satunya, untuk menuju lahan garapan, yang ada diseberang jalan tersebut dirasakan sangat terhambat. Walaupu diakui, ada jalan alternative menuju lahan di seberang, namun harus memutar dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Karena kondisi tersebut, dirinya bersama Dewa Rencana, yang seorang polisi mengkoordinir warga untuk membuat jembatan bambu. “Kami dari pagi lakukan gotong royong. Astungkara hingga siang tadi, jembatan sudah bisa dimanfaatkan oleh pengendara sepeda motor,”tuturnya.
Disebutkan, lahan garapan warga di Tegalalalang sebagain besar ada di wilayah timur, yakni mencapai 22 hektar. Dimana, lahan tersebut digarap sekitar 60 KK. Makanya, dengan putusnya jembatan otomatis masyarakat tidak bisa membawa sarana prasarana pertanian, pakan ternak dan lainnya. “Jalan ini juga merupakan jalan pintas masyarakat di lima dusun di wilayah Jehem menuju Kota Bangli,”katanya
Oleh karena itu, pihaknya tetap berharap Pemkab Bangli melalui BPBD bisa melakukan perbaikan atas jalan putus ini secepatnya. Saran dia, kalau tidak bisa dibangun jembatan di lokasi, untuk menghindari air meluap bisa dibangun terowongan dengan diameter yang lebih besar. Sebab, kalau musim hujan volume air di lokasi dipastikan melonjak akan drastic jika tidak segera dilakukan penanganan.
Untuk diketahui, terputuskan akses jalan Tegalalang-Tambahan sejatinya terjadi secara bertahap. Diawali dengan jebolnya dinding penahan tanah jalan tersebut, sekitar bulan Oktober 2020. Hanya saja, karena tidak kunjung mendapat penanganan menyebabkan akses jalan tersebut semakin tergerus setelah beberapa kali diterjang luapan air bah. Hingga akhirnya, hujan deras kembali terjadi pada hari Sabtu (16/1) sejak siang hari yang menyebabkan akses jalan tersebut akhirnya ambrol dan memutus akses lalin secara total.ard/nop
Komentar