PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

PILPRES 2019 : Bukan Generasi Hoax

Minggu, 24 Februari 2019

00:00 WITA

Nasional

1772 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

google

Opini, suaradewata.com - Politik sedang menjadi trending topic di kalangan warga net. Segala bentuk propaganda dan kampanye berlomba lomba digencarkan untuk mendongkrak suara pada pilpres yang akan diadakan pada 17 April mendatang. Isu-isu politik hingga hoax bertebaran dan menjadi buah bibir di berbagai kalangan baik politikus, kaum intelektual hingga rakyat biasa. Kondisi politik memang sedang memanas awal tahun 2019 ini mengingat pemilu sudah dekat. Pemuda memiliki andil besar dalam turut serta menentukan arah Negara ini namun sayangnya pemuda sekarang ini malah disibukan dengan gunjingandan saling mencibirdengandisertai komentar pedas didunia nyata maupun di  media sosial. Keberpihakan yang terlalu fanatik seakan membuat pemuda lupa akan hakikat pemuda sebagai harapan Negara yang harusnya mampu bersikap lebih santun dan tidak menimbulkan huru-hara dimana mana. Kurangnya kesadaran untuk bersikap sesuai asas pemilu inilah yang membuat pemuda kehilangan esensi berdemorasi. Hal ini apakah membantu menemukan pemimpin yang baik ?Jelas jawabannya adalah tidak. Saling menghujat dan menjatuhkan kubu lain malah membuat pemilu semakin pelik dan penuh dengan konflik.

 Kiprah pemuda harusnya lebih progresif dan lebih positif daripada sekedar mempercayai informasi hoax di media sosial , namun parahnya bukannya meredam, beberapa pemuda justru ikut andil dalam menebar isu hoax dan turut menebar kata- kata negative di sosial media. Pemuda yang cerdas dan bijak adalah dia yang memilih tanpa menyakiti dan menimbulkan perpecahan. Pemuda yang berusaha menganalisa setiap permasalahan yang ada berdasarkan ilmu dan hati nurani tanpa  menghakimi yang lain dengan ejekan - ejekan. Bentuk kontribusi nyata pemuda dalam praktek demokrasi dapat diwujudkan dengan partisipasi aktif untuk memilih dalam pemilu, untuk bersikap cerdas dalam memilih dan tidak tersulut emosi oleh intrik politik atau mungkin drama yang sengaja dibuat buat oleh politikus. Pemuda harus mampu menjadi agen-agen perubahan yang mana ada harapan nilai-nilai demokrasi dapat ditegakkan disana. Seperti yang terdapat dalam salah satu azas pemilu yaitu rahasia, rakyat harusnya benar benar menjaga apa yang menjadi pilihannya. Kalaupun sudah menentukan sikap maka jangan sampai menimbulkan ujaran kebencian untuk kubu yang lain atau justru malah yang menjadi penyulut api perpecahan.

Mengkaji segala sesuatu dengan tidak terburu- buru dan melakukan tindakan - tindakan menyimpang baik di dunia nyata maupun dunia maya merupakan salah satu kontribusi pemuda yang sangat berarti dalam pilpres 2019. Jangan sampai kita menjadi korban hoax, propaganda dan intik politik yang menimbulkan Indonesia semakin terpecah belah. Jangan mau kita dijadikan korban politik dari mereka yang menginginkan kita tidak bersatu. Segala bentuk hoax dan informasi yang menekan pihak lain dapat mengganggu psikologis dari calon dan membuat pemilu menjadi terkesan anarkis. Ditakutkankebencian-kebencian itu malah membawa dampak yang lebih buruk untuk Indonesia.

Menjadi pemuda yang cerdas dan bijak adalah dengan menentukan pilihan tanpa merugikan orang lain, tanpa mengumbar ujaran kebencian, serta menaati apa yang menjadi asaz pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Kita sebaiknya mengutamakan kebaikan dan persatuan diatas ego kita. Meskipun tak dapat dipungkiri uforia dan konflik semacam itu sering terjadi saat pemilu tiba. Karena pemilu adalah gerbang dan momentum untuk menentukan Indonesia 5 tahun mendatang, maka partisipasi aktif pemuda sangat diharapkan untuk turut berperan menentukan mau dibawa kemana bangsa ini. Maka menjadi pemuda cerdas dengan bijak berdemokrasi adalah solusi, “Memilih tanpa mencekik, berpendapat tanpa menghujat” untuk pemilu yang damai, berkualitas,dan bermartabat sehingga mewujudkan keberlanjutan pembangunan nasional yang adil dan merata.

 

Penulis, Diah Rizki Cahyani

 


Komentar

Berita Terbaru

\