PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

Jalan Anyelir I, Nomor 4A, Desa Dauh Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, Bali

Call:0361-8311174

info@suaradewata.com

Beradu Konten Positif Untuk Pemilu 2019 Yang Berkelas

Minggu, 24 Februari 2019

00:00 WITA

Nasional

1867 Pengunjung

PT Suara Dewata Media - Suara dari Pulau Dewata

google

Oleh : Muhamad Irfan Prasetyo

Opini, suaradewata.com- Menurut hasil survei Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) tahun 2017 mengenai Wabah Hoax Nasional, isu sosial dan politik paling banyak digunakan sebagai bahan hoax. Mengingat pada tahun ini akan diselenggarakan Pemilu 2019, isu ini tentunya makin populer dan banyak diperbincangkan. Berikut data lengkap wabah hoax nasional.

Faktor Pemicu Maraknya Hoax

Lalu, faktor apa saja yang menyebabkan hoax semakin tersebar dan membayakan? Setidaknya ada 3 faktor utama hoax makin parah di tahun 2019 ini.

Pertama, kemajuan teknologi di era disrupsi ini tidak terelakkan. Yang tadinya hoax tersebar melalui mulut ke mulut dan media cetak, sekarang media sosial menjadi tempat nyaman bagi hoax. Apalagi setiap orang yang memiliki akun media sosial punya kesempatan yang sama sebagai pelaku hoax.

Kedua, kepentingan politik kedua kudu menjadi alasan yang kuat mengapa hoax dengan isu politik memuncaki daftar. Demi mendulang suara publik, tak ayal cara haram semacam ini dihalalkan oleh segelintir orang. Terkadang hanya segelintir oknum nakal saja yang melakukan, namun karena termakan berita bohong dan mudah terpedaya, masyarakat awam menjadi ikut-ikutan menyebar konten negatif tersebut.

Ketiga, literasi media yang masih rendah di masyarakat menjadikan konten hoax semakin gampang terkonsumsi. Minat baca di Indonesia yang masih rendah juga mendukung hoax mudah tersebar dan termakan. Masih banyak orang yang menyebar berita tanpa sumber yang jelas adalah salah satu contoh masih rendahnya literasi bermedia.

Sebab-sebab diatas menyebabkan serangkaian akibat yang buruk bagi kesatuan bangsa dan pembangunan nasional. Efek yang timbul menyerupai siklus, yang artinya hoax bakal terus terjadi. Ini adalah fakta mengingat hoax sudah ada bahkan pernah memicu perang antara Jerman-Polandia. Masalahnya adalah bagaimana masyarakat menangkal hoax agar tidak menggangu kesakralan pemilu, mengganggu persatuan, dan menghambat keberlanjutan Pembangunan Nasional.

Banyak isu-isu publik yang sebetulnya timbul akibat kabar bohong yang disengaja. Akibatnya menimbulkan kegaduhan yang berlanjut menjadi nyinyiran kepada pemerintah yang ujungnya mengganggu kinerja pembangunan. Kalau dibiarkan efeknya buruk sekali bukan.

Langkah Pencegahan Hoax

Lantas apa saja langkah untuk menangkal hoax? Berikut beberapa langkah pencegahan agar hoax tidak menyebar luas.

Saat ini hoax sudah bukan berupa kabar bohong saja melainkan sudah berevolusi menjadi ujaran kebencian (hate speech). Kasus inipun sudah memakan korban baik dari kubu 01 maupun kubu 02. Tak jarang para relawan ataupun simpatisan juga terkena imbasnya.

Visi Misi kedua kubu sudah dipublikasikan, kampanye pun sedang berlangsung, dan debat capres cawapres juga sudah keluar jadwalnya. Tetapi menjadi miris ketika hal tersebut tidak menjadi topik perdebatan yang positif diantara kedua kubu. Bahkan parahnya dari visi misi dan program kedua kubu malah dicari celah keburukannya.

Bukankah akan lebih baik apabila kedua kubu dan simpatisan memanfaatkan masa kampanye ini untuk menyebarluaskan visi misi secara positif. Imbasnya masyarakat calon pemilih menjadi semakin yakin dengan pilihannya. Tak ayal iklim bermedia sosial akan menjadi kondusif dan saling membangun.

Beradu Konten Positif di Media Sosial

Kedua calon presiden memiliki visi misi yang cukup lengkap dan berbobot. Namun, hal-hal tersebut jarang dibahas di media sosial, malah konten SARA masing-masing kubu dijadikan bahan diskusi publik. Kenapa kita tidak memulai membahas dan berdiskusi tentang program-program kerja yang digagas kedua capres cawapres? Dengan mengkritisi dan berdiskusi semacam ini, kedua kubu menjadi paham poin mana saja yang perlu direvisi, dicermati, dan disempurnakan sehingga ketika memimpin kelak mereka telah siap serta presiden dan wakil presiden yang dihasilkan pemilu 2019 nanti berkualitas.

Sebagai contoh lain, bukankah lebih bijaksana sekiranya bahan obrolan di media sosial dipenuhi dengan capaian-capaian anak bangsa yang mungkin saja luput dari sorotan media. Atau bisa juga berbagi kisah inspiratif dan saling berbagi di media sosial. Berarti tidak boleh dong memposting kritikan? Bukan begitu. Selama ini yang menyebabkan kegaduhan adalah para kritikus yang hanya mengkritik tapi tidak memberi solusi konkret. Mengkritisi boleh saja tetapi harusnya diiringi ide solusi yang bisa ditawarkan.

Lalu bagaimana dengan aduan atau keluhan yang diviralkan di media sosial? Akan lebih tepat sasaran apabila aduan langsung disampaikan ke pihak terkait. Menggalang dukungan boleh saja tetapi jangan sampai merugikan orang lain ya.

Seperti yang sudah disampaikan diatas, setiap orang memiliki kesempatan yang sama menjadi agen hoax, tetapi setiap orang juga memiliki kesempatan yang sama pula menjadi agen klarifikasi hoax. Rasanya sangat jarang di zaman modern ini orang tidak punya akun media sosial, sehingga kesempatan ini seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menulis/berbagi konten-konten positif.

Selama ini, warganet selalu disibukkan dengan obrolan-obrolan politik yang negatif bahkan saling mencela satu sama lain. Sebaiknya sebagai seorang warganet, perlu memposisikan diri sebagai pihak yang netral di masa politik sekarang ini. Dalam artian, warganet bukan sebagai pemicu bara api atau malah meniup bara api tersebut, tetapi justru sebagai pihak yang meredamnya agar bara tersebut tidak membakar persatuan. Pemilu 2019 bukan ajang pembagian kubu dan saling mencela program satu sama lain. Kalau pemilu nanti tidak sukses yang rugi juga rakyat Indonesia sendiri bukan?

Akhirnya sudah menjadi tugas bersama untuk menangkal hoax agar kedamaian, persatuan, dan kesatuan senantiasa terjaga. Jangan sampai dengan adanya hoax malah menimbulkan perpecahan bahkan menghambat pembangunan nasional. Mari ciptakan iklim bermedia sosial yang damai, kondusif dan positif. Dan mari kita dukung keberlangsungan Pemilu 2019 ini dengan asa luber jurdil.


Komentar

Berita Terbaru

\