Melawan Hoax Demi Suksesnya Pemilu 2019 dan Terwujudnya Keberlangsungan Pembangunan Nasional
Sabtu, 23 Februari 2019
00:00 WITA
Nasional
2807 Pengunjung

Oleh : Lamia Sundari
Opini, suaradewata.com - Negara Indonesia kita ini memang sedang dilanda penyakit hati. Sampah informasi bertebaran, oknum tidak bertanggung jawab mulai menjarah pemikiran kita dengan meniupkan kabar angin dimana-mana, mengubah prospek serta kepercayaan kita terhadap pemerintah, lembaga tinggi, bahkan pada lingkungan sekitar kita.
Hoax, fitnah, desas desus, mulai mewarnai bahkan menjadi makanan sehari-hari kita di sosial media manapun. Kabar yang tidak dapat diverifikasi dan dikonfirmasi itupun kita makan secara mentah-mentah. Tak banyak kalangan kita pun seperti remaja, mulai menyebarkan hingga bisa saja memviralkan kabar hoax tersebut tanpa mempertimbangkan kebenarannnya terlebih dahulu.
Sanggupkah bangsa kita bertahan melawan masalah penyebaran berita hoax?
Sanggupkah pemilu 2019 ini menjadi awal untuk mewujudkan Indonesia yang damai?
Calon presiden manakah yang pantas dijadikan pemimpin negara?
Kita hanyalah manusia yang tak dapat membaca situasi yang akan terjadi kedepan jadi berhentilah membantu menjatuhkan negara sendiri dengn menyebarkan berita hoax demi pencitraan semata. Dan untuk membantu petinggi negra dalam mengatasi masalah kabar hoax dimana mana ini kita selaku pengguna sosial media yang baik harus mampu berpikir kritis dalam menerima sebuah kabar dari orang lain.
Kabar berita Kompas (27/7/2018) melangsir bahwa Kasubdit Fasilitasi Lembaga Pemerintahan Dan Perwakilan Kementrian Dalam Negeri, Dedy Taryadi mengungkapkan bahwa penyebarluasan informasi terkait pemilu saat ini difokuskan pada generasi muda yang nantinya menjadi pemilih pemula. Namun apakah hal yang diungkapkan Dedy Taryadi tersebut akan benar benar terwujud di pemilu 2019 ini?. Remaja maupun generasi pemuda yang akan menjadi pemilih pemula adalah sebagian kecil dari usaha bangsa agar terwujudnya Demokrasi Indonesia yang nyata. Namun apakah jiwa para pemula ini mampu dalam menghadapi kabar hoax yang beredar. Jiwa muda yang masih mudah terpengaruh oleh kabar kabar yang tak tentu bahkan lebih cepat menunjukkan sifat bertidak tanpa berpikirnya. Bagi pemilih pemula tentu bingung dalam menghadapi pemilu 2019 yang akan diadakan pada tanggal 17 April 2019 mendatang. Karna ini merupakan pengalaman pertama mereka dan tak banyak dari mereka akan berpikiran untuk tidak menggunakan hak pilih mereka dikarenakan mereka tidak kenal dengan para calpres yang mencalonkan diri. Terlebih lagi sudah ada 62 konten hoax terkait 2019 diidentifikasi oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika selama Agustus-Desember 2018. Hoax yang banyak teridentifikasi terjadi pada bulan Desember 2018. Maka dari itu, Presiden Jokowi meminta kepada semua puhak agar menghindari penyebaran hoaks atau fitnah menjelang Pilpres 2019. Karena dengan kondisi yang seperti itu pasti akan menimbulkan pikiran-pikiran negatif, pikiran-pikiran jelek mengenai kecurangan.
Sudah seharusnya bagi seluruh masyarakat Indonesia khususnya pemilih pemula mulai berpikiran luas mengenai hal ini. Tak kenal bukanlah alasan kita untuk meninggalkan kewajiban kita kepada negara. Karna bila dipikir kembali negara tidak pernah lelah berusaha untuk memenuhi hak kita sebagai rakyat Indonesia. Maka sewajarnya kita harus membalasnya dengan melaksanakan tugas kita dengan baik. Jadilah pengguna media sosial yang bijak jangan menyebarluaskan atau terus terusan menelan mentah mentah kabar yang tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dengan bantuan kecil ini tanpa disadari kita membantu petinggi negara dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang damai, berkualitas, dan bermartabat.
Dan untuk siapa saja yang akan terpilih menjadi pemimpin negara nantinya kita hanya bisa mendoakan agar mereka bisa memimpin negara dengan baik serta mewujudkan pembangunan nasional yang stabil. Maka dari itu gunakan hak pilih kalian dengan bijak. Dan sukseskan pemilu 2019 ini demi keberlangsungan negara Indonesia kita ini.
Komentar