Marilah Melawan Hoax Dari Diri Sendiri
Sabtu, 23 Februari 2019
00:00 WITA
Nasional
2082 Pengunjung

Oleh : Ririn Munawarah
Opini, suaradewata.com- Katanya Hoax harus dimusnahkan, tapi kenyataannya suka tidak menyadari bahwa diri sendiri masih menjadi “distributor” berita-berita yang belum jelas hanya berdasarkan membaca headline saja. Berasa sudah membaca dan cari tahu segalanya, berasa sudah yakin bahwa apa yang ditulis media tertentu adalah benar. Biar apa sih? Biar kita di cap orang paling berpengetahuan segalanya? Naif.
Jaman teknologi ini, dari anak kecil sampai orangtua memiliki kemampuan diatas rata-rata dalam mengakses segala produk sosial media. Tampilan yang kreatif, isi yang menarik, dan juga kemudahan-kemudahan untuk berkomentar. Bahkan semua itu kadang dijadikan tameng perlindungan diri untuk berpendapat dari baik hingga tidak penting sama sekali.
Ya, begitulah prinsip teknologi.
Teknologi hadir mempermudah urusan manusia.
Kemudahan teknologi ini pasti banyak dimanfaatkan semua pihak. Salah satunya adalah website-website yang menjadikan diri mereka sebagai koran elektronik. Dulu, ketika saya masih kecil, ayah saya berlangganan koran tempo yang diantar setiap pagi, membahas berita-berita baru setiap hari. Walaupun Ukuran yang sangat besar tetap membuat kita rela membolak-balikan lamannya demi kelanjutan dari cuplikan berita didepannya. Semua berita ditulis dengan apik, rapih dan benar-benar terpercaya dari wartawan-wartawan handal di kelasnya.
Namun Perkembangan zamanlah yang akhirnya, mau tidak mau menggelindingkan ke titik bawah koran kertas dan tabloid perlahan-lahan. Semua beralih menjadi koran elektronik. Hanya sekali klik, semua akses informasi didapat dengan mudah. Berita setiap hari berganti dengan sangat cepat. Kecepatan itulah yang menjadikan laman website berlomba - lomba mencari pengunjung untuk meningkatkan “viewers” yang telah terpasang adsense bernilai dolaran Amerika.
Banyak Esensi berita menjadi turun, memasang headline saja penuh dengan intrik gramatikal. sebab salah satu cara paling picik untuk meningkatkan pengunjung adalah penulisan headline yang bisa memunculkan rasa “ketidakpercayaan” dan “keheranan” pembaca sehingga orang mudah untuk meng-kliknya hingga laman terbuka. Namun, setelah dibaca : Sayang sekali saudara-saudara. Zonk! Tidak nyambung sama sekali.
Apalagi Berita bohong atau Hoax paling banyak diluncurkan oleh berbagai media dan kalangan saat mendekati pemilihan Presiden dan wakil presiden seperti sekarang ini. Semua ingin memberikan kontribusi agar jagoannya menjadi pemenang. Namun sayang, Kampanye hitam masih menjadi andalan untuk mencuci otak pengguna internet melalui berita-berita hoax yang tersebar kepada masyarakat. Masyarakat dipaksa masuk untuk percaya bahwa apa yang ditulis adalah realita. Berharap berita-berita yang beredar adalah nyata dan tujuan klimakspun tercapai yaitu jadi menurunnya kredibilitas lawan paslon pilpresnya.
Maka untuk menganulir berita-berita tersebut, Semua masyarakat harus ikut berperan bersama dalam memberantas hoax. Bukan hanya sekedar berteriak dan melantangkan “Stop Hoax!” Namun juga bekerja mandiri.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk sekedar mengkampanyekan stop hoax agar berita yang telah sampai ke kita memang berdasarkan kenyataannya. Dengan cara apa? Tentu nya dengan memanfaatkan dari teknologi itu kembali. Berikut adalah cara-cara sederhana yang dapat kita lakukan sebagai pembaca dan pengguna internet untuk meminimalisir kabar bohong di dunia internet, khusunya sosial media.
MELIHAT KATA-KATA YANG JANGGAL
Artikel Hoax seringkali menggunakan kata-kata “over persuasif” alias memaksa seperti : “SEBARKANLAH!” , “VIRALKANLAH! Kemudian ditandai pula dengan huruf besar dan tanda seru yang disinyalir mengandung informasi Hoax. Artikel bahkan tak jarang mengklaim sumbernya berasal dari sumber yang tidak terpercaya. Seringkali juga, artikel hoax biasanya merupakan dari opini seseorang, bukan fakta dilapangan. Alias hanya sebuah omong kosong.
JANGAN MALAS UNTUK VERIFIKASI SUMBER
Jika kita benar-benar tak ingin termakan berita bohong, berarti harus dimulai dari diri sendiri. Salah satunya juga melakukan verifikasi sumber dengan menggunakan laman mesin pencari Google. Anda dapat mencari tema berita secara spesifik dengan penambahan kata Hoax di belakangnya. Jika benar Hoax, akan muncul artikel terkait.
PEMANFAATAN GOOGLE IMAGES
Berita hoax seringkali ditambahkan dengan foto-foto pendukung yang telah di sunting sedemikian rapih, sehingga membuat orang semakin percaya. Padahal teknologi photoshop mampu bekerja untuk itu. Kamu jugs bisa membuktikan kebenaran gambar tersebut dengan mengecek kembali apakah foto tersebut asli atau tidak melalui Google Images.
Buka Laman Google
Screenshoot gambar yang ingin kamu cek kebenerannya
Pada Laman google images, drag foto tersebut di kolom pencarian
Muncul hasil pencarianmu di posisi paling atas. Anda juga dapat mengetahui siapa yang menyebarkan gambar pertaman kali. Cari tahu apakah situs web yang menyebarkn gambar tersebut kredibel atau tidak.
MELAPORKAN HOAX
Setelah mendapati kebohongan berita, kita langsung dapat melaporkan pada sarana yang tersedia di masing-masing media. Antara lain :
GOOGLE : fitur FEEDBACK. Berfungsi melaporkan situs dari hasil pencarian apabila berita yang kita baca adalah kebohongan
TWITTER : fitur REPORT. Berfungsi melaporkan akun-akun penyebar hoax.
INSTAGRAM : fitur REPORT. Berfungsi melaporkan akun-akun penyebar hoax dan tidak pantas (gambar/video) meresahkan
FACEBOOK : fitur REPORT yang bisa dimasukan dalam kategori hatespeech/harrasemen/rude/threatening/ atau kategori lainnya.
Atau kamu dapat mengadukan konten negatif kepada :
Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan berita melalui email ke alamat - aduankonten@mail.kominfo.go.id
Nah, begitu banyak cara kita sebagai pengguna media internet untuk mengakses kebenaran berita-berita yang tersebar. Melawan Hoax adalah kewajiban setiap warga negara, apalagi menuju Pemilihan presiden 2019 ini. Jangan sampai hanya karena bedanya pemilihan presiden dan wakil presiden, kita menjadi menutup hati nurani bermusuhan dengan saudara-saudara sendiri. Lebih baik semua jujur tanpa menyudutkan pilhan masing-masing. Inilah Demokrasi, semua orang punya pendapat dan pilihannya sendiri namun tetap harus legowo dengan hasil akhirnya. Sebab kita sendirilah yang akan membangun Indonesia. Bukan hanya Presidennya saja.
Yuk! Kita Ciptakan Pemilu Damai 2019 !!!!
Stop Hoax, dari diri sendiri !
Komentar