Grup Musik, Gita Bhaskara Etnik Bangkitkan Mandolin Yang Hampir Punah
Rabu, 14 Februari 2018
00:00 WITA
Tabanan
3131 Pengunjung
suaradewata.com
Tabanan, suaradewata.com– Mungkin masih banyak yang asing ketika mendengar nama Gita Bhaskara Etnik. Namanya memang tidak sepopuler Gus Teja dan Balawan, namun grup musik dengan cirri khas alat musik mandolin ini siap menggebrak blantika musik Bali bahkan nasional dengan karya-karya indahnya.
Gita Bhaskara Etnik sendiri terdiri dari Dek Neng, Yan Sri, Yan Rus, De Madu, Sugik, De Arta, Putik, Nato, Budi dan Edi yang merupakan pemuda asal Desa Pupuan, Kecamatan Pupuan, Tabanan.
Sedangkan Mandolin adalah alat musik asli Cina yang dibawa oleh seorang warga Tionghoa ke Desa Pupuan, Kecamatan Pupuan, Tabanan oleh warga Tionghoa yang juga teman dari I Ketut Lastra yang merupakan seniman tabuh. Alat musik Mandolin ini kemudian ditinggalkan di Pupuan pada tahun 1930 masa penjajahan Jepang. Ditangan I Ketut Lastra alias Pan Sekar mandolin dibuat dengan mengubah dari bentuk asalnya hingga tercipta alat music mandolin seperti saat ini.
Namun Pan Sekar yang meninggal dunia pada tahun 1991 membuat mandolin perlahan tidak pernah dimainkan dan hampir punah. Namun berkat kegigihan warga Pupuan, alat musik mandolin yang berasal dari kata Mandarin itu kemudian direkonstruksi pada tahun 2010.
Mandolin dimodifikasi dari 12 nada menjadi 21 nada, yang kemudian dikolaborasikan dengan gitar, bass, suling, perkusi jimbe, perkusi chimes. “Inilah awal terbentuknya grup mandolin yang saat itu bernama Bungsil Gading dan saat ini sudah berubah menjadi Gita Bhaskara Etnik. Kami belajar memainkan mandolin otodidak dan tidak perlu waktu lama, dulu memang kami lebih banyak bermain klasik,” ujar I Made Gede Wiartawan, Ketua Gita Bhaskara Etnik.
Ia menambahkan, karena mandolin sendiri sejak dulu dianggap sakral maka sebelum pentas pihaknya selalu menghaturkan pejati dan segehan memohon agar pementaskan dilancarkan. Bahkan setiap pementasan, grup ini selalu membawa satu buah mandolin yang didapatkan dari rumah almarhum Pan Sekar. “Mandolin itu selalu kami bawa meskipun tidak dimainkan,” tandasnya.
Sementara itu, Ajik Kobar dari e-production yang juga menciptakan lagu-lagu untuk Gita Bhaskara Etnik mengatakan jika sejatinya e-production hanya ingin mengangkat drajat music mandolin. Karena dari setiap pementasan setiap PKB ( Pesta Kesenian Bali ) Madolin hanya dimainkan dalam gerobak dorong saja. “ Dan kita berharap single Fullmoon ini bisa diterima oleh masyarakat sehingga kedepannya Gita Bhaskara Etnik bisa meluncurkan mini album dan bukan tidak mungkin bisa menjadi duta budaya,” imbuhnya. ayu/rat
Komentar