Lomba Barong Bangkung Meriahkan Tabanan

  • 09 Februari 2016
  • 00:00 WITA
  • Tabanan
  • Dibaca: 7899 Pengunjung

Tabanan, suaradewata.com– Sebanyak 15 sekehe barong bangkung se Tampil dipelataran Puri Anom Tabanan. Mereka adu kreasi dalam lomba Lomba Barong Bangkung yang digelar tokoh Puri anom dan didukung Forum Pelestari Budaya Tabanan (FPBT), Senin, (8/2).

Dalam lomba barong bangkung itu setiap sekehe diwajibkan membawakan Tarian Barong Bangkung tematik atau bercerita dengan juri yang berasal dari ISI Denpasar. Masing-masing sekehe diberikan waktu 15 menit untuk unjuk gigi.  “Yang kita nilai adalah kekompakan, keselarasan tabuh, keselarasan cerita dengan tema, kerapian tarian dan keutuhan penampilan,” papar Ketua Pelaksana Lomba Barong Bangkung Putu Arya Wiguna.

Thema yang diambil dalam lomba kali pertama ini yakni “Swaka Dharma Budaya” . Thema tersebut t merupakan gagasan dari FPBT yang dibentuk di Puri Anom Tabanan. Kedepannya, FPBT ingin menghidupkan pariwisata budaya di Tabanan yang berbasis industri kreatif , sehingga Tabanan akan semakin dikenal bukan hanya dengan tempat-tempat wisata yang menakjubkan tetapi juga dengan budaya dan tradisi yang tak kalah unik. “Tetapi untuk jangka pendek dari forum ini adalah menyiapkan panggung untuk para seniman berekspresi, minimal sebulan sekali, agar suasana kesenian di Kota Tabanan mampu bangkit dan hidup lagi,” tandasnya.

Salah satu sekehe Barong Rengas asal Desa Delod Peken, Tabanan mengaku memilih cerita yang berjudul “Murkanya Sang Babi Raksasa Bawi Srenggi”. Tujuannya untuk mengajak manusia agar lebih menyayangi alam. “Jaman sekarang banyak orang yang tidak peduli dengan alam bahkan malah merusak alam. Oleh sebab itu kami ingin mengingatkan kepada orang-orang bahwa tanpa kita sadari budaya kita sudah bergeser dan kita harus mengembalikan Bali yang ajeg dan bertaksu dan menyayangi alam,” terang Madon, salah satu pentolan Sekaa Barong Rengas. Dalam sinopsisnya sekehe tersebut mengatakan akibat perkembangan jaman, etika manusia mulai bergeser, maka terjadilah perang saudara, pengalihan fungsi lahan besar-besaran, pembakaran hutan, dan berimbas pada moral manusia yang cenderung merusak alam. “Alam pun murka, dan memporak-porandakan seisi jagat raya,” bebernya. gin


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER