Pengolahan Limbah Pabrik Pindang Mangkrak

  • 12 Januari 2016
  • 00:00 WITA
  • Klungkung
  • Dibaca: 2924 Pengunjung

Klungkung, suaradewata.com - Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) ditempat Pemindnagan Ikan Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung mangkrak. Pengerjaan proyek IPAL yang rampung tahun 2013 bersumber dari dana gelontoran pemerintah pusat melalui kementrian Perikanan dan Kelautan RI tidak mampu mengatasi limbah pabrik pemindnagan Kusamba.

Menurut I Wayan Berata, Petugas IPAL, mangkraknya mesin pengolahan limbah diakibatkan besarnya biaya listrik yang digunakan untuk pengoperasian mesin. Namun karena pembiayaan yang kurang jelas, sehingga IPAL tidak dioperasikan semsetinya. Sedikitnya butuh dana sebesar delapan juta rupiah per bulan untuk biaya listrik.

IPAL ini sebelumnya sempat beropeasri hanya selama satu bulan setelah rampung digarap tahun 2014 lalu. Namun karena kesulitan untuk pembiayaan dana, maka IPAL tidak beroperasi sebagaimana peruntukannnya. Mesin pengolahan limbah ini sebelumnya direncanakan untuk mengoolah air buangan dari sekitar 80 rumah produksi pindang yang ada di Tempat Pemindangan Ikan (TPI) Kusamba. “Setiap hari mesin hanya dipanaskan beberapa menit agar tidak rusak,’’ beber Berata.

Lewat mesin ini, proses pengolahan limbah dilakukan di bak penampungan berukuran 7x5 meter. Air limbah bekas produksi pindang seharusnya masuk kepengolahan limbah ini dengan proses penjernihan limbah sebanyak tujuh lobang penampungan dengan kedalaman 5 meter sebelum di buang kembali ke saluran yang bermuara ke laut. “Kalau IPAL beropreasi, air yang dikeluarkan sangat jernih dan tidak berbau,’’ tegasnya.

Sementara Kabid Bina Usaha Dinas PPK Klungkung, Nyoman Tirtayasa, mengakui jika IPAL selama ini tidak beroperasi. Sebelumnya memang sempat uji coba selama sebulan, namun setelah dikoreksi biaya pulsa listrik yang digunakan mencapai 10 juta perbulan. Besarnya listrik tersbut digunakan untuk menggerakkan mesin dengan daya 23 ribu waat.

Pihak nya telah mengajukan penganggan untuk menutupi biaya tersebut ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah Klungkung namun tidak lolos. “Sekarang agar mesin tidak rusak, maka setiap hari kita lakukan pemanasan dengan biaya listrik sekitar 500 ribu per bulan,” ujar Tirtayasa.

Lanjutnya, IPAL sebelumnya sempat dikunjungi anggota DPR RI beberapa waktu lalu. Oleh dewan diberikan ajuran untuk beralih ke tenaga surya. Namun yang menjadi permasalahannya panel penyerap tenaga surya yang dibutuhkan luasnya bias mencapai luas lapangan sepak bula untuk mencukupi kebutuhan Sementara Tempat panel yang digunakan sangat besar sebesar tempat sepak bola tempat tidak ada.. “Menurut saya lebih baik mesinnya saja yang di modif biar penggunaan listrik bisa ditekan,” pungkasnya.jul


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER