Pelayanan Pariwisata Nusa Penida Terganggu Akibat Kelangkaan Gas Elpiji

  • 17 Februari 2020
  • 10:25 WITA
  • Klungkung
  • Dibaca: 3048 Pengunjung
suaradewata

 

Klungkung, suaradewata.com - Warga Pulau Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung mengeluhkan kelangkaan tabung gas elpiji 3 kilogram, 12 kilogram dan 50 kilogram hingga BBM. Kelangkaan itu terjadi selama dua bulan lalu, bahkan masalah ini semakin dirasakan warga sekitar menjelang perayaan penampahan Galungan, Selasa (18/2) dan Hari Suci Galungan, Rabu (19/2) mendatang. Ironisnya, ditengah sepinya kunjungan wisatawan China ke Nusa Lembongan semakin memperkeruh masalah kepariwisataan Nusa Lembongan yang tercatat sampai berita ini dimuat masih minimnya pasokan tabung gas elpiji milik perusahaan Pertamina itu.

Masalah ini terdengar ketika Perbekel Desa Lembongan, Ketut Gede Arjaya memandu rapat serap aspirasi Anggota Komisi VI DPR-RI, Fraksi PDI Perjuangan, Dapil Bali, I Nyoman Parta, SH, Minggu (16/2) malam di Wantilan Desa Lembongan. Rapat yang berlangsung dari Pukul 19.00 Wita sampai sekitar Pukul 21. 45 malam tercatat ada 5 penyebab terjadinya kelangkaan tabung gas elpiji 3, 12, hingga 50 kilogram hingga BBM selama 2 bulan yang disampaikan warga Desa Lembongan.

Kelima masalah itu, dimulai dari yang pertama Kapal Tanker Gas Elpiji mengalami kendala menuju SPPBE dan SPBU Nusa Ceningan. Hal itu dikarenakan kapal tersebut tidak bisa bersandar ketika air laut surut, selain juga disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak bersahabat. Kedua, akibat faktor harga yang mahal menyebabkan warga mencari gas elpiji sampai ke Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung Daratan. Karena di Kusamba lebih murah harganya dan mestinya harga yang di Ceningan lebih murah, namun dari kwitansi harga yang ditujukan oleh warga yang diceningan lebih mahal.

Kemudian ketiga, disebabkan oleh terjadinya penindakan oleh Polairud secara tiba-tiba yang menyebabkan kekhawatiran pemilik kapal dan nahkoda saat membawa gas elpigi dari Desa Kusamba. Keempat, masalah infrastruktur jembatan penghubung Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat, menyebabkan lambatnya dan tidak efektifnya pendistribusian gas elpigi. Kelima, para pengusaha merasa khawatir didalam melaksanakan pengangkutan gas elpiji, karena sering terjadi penindakan oleh Polairud.

“Pelayanan pariwisata kami terganggu, jadi mohon solusi kongkret dari pertemuan ini,” kata Perbekel Desa Lembongan, Ketut Gede Arjaya.

Mendengar masalah itu, Anggota Komisi VI DPR-RI, I Nyoman Parta menyatakan prihatin atas kondisi ini ditengah-tengah menurunnya kunjungan wisatawan China, yang justru ditambah lagi dengan persoalan kelangkaan gas elpigi.

“Saya prihatin, sudah jatuh tertimpa tangga pula,” tambahnya.

Parta berharap agar perlakuan terhadap Nusa Lembongan diberlakukan sebagai daerah kepulauan dan jangan Nusa Lembongan disamakan kondisinya dengan di daratan yang serba lancar. Sedangkan DI Nusa Lembongan kondisinya terbalik seperti pengaruh cuaca yang tidak menentu hingga musim pasang surut yang terjadi sampai 2 bulan (September dan November, Red). Hal itulah yang menjadikan, Kapal Tangker tidak bisa bersandar.

“Kita akan mengundang pihak Pertamina agar hadir besok malam, Senin (17/2) untuk memberikan solusi. Kemudian pihak Syahbandar agar mempermudah proses perijinan kapal berlayar. Masak mengurus ijin Pass Besar sampai 1 tahun, karena semua syarat sudah dipenuhi,”

Untuk jangka panjang, Nyoman Parta akan menyampaikan kepada Gubernur Bali dan Pemerintah Pusat agar jembatan penghubung Nusa Penida dan Nusa Ceningan bisa dibangun, supaya akses kendaraan roda empat bisa berjalan lancar. Awp/sar


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER