Wisata Kuda Menjadi Daya Tarik Kunjungan De Djawatan Benculuk

  • 12 Desember 2019
  • 21:10 WITA
  • Nasional
  • Dibaca: 2998 Pengunjung
istimewa

Banyuwangi, suaradewata.com - Hari pertama pres tour rombongan Pemkab Tabanan Bali ke Kabupaten Banyuwangi diawali berkunjung ke obyek wisata De Djawatan Benculuk Kabupaten Banyuwangi Kecamatan Celuring, Kamis siang, (12/12/2019). Pres tour kali ini merupakan kegiatan tirtayatra menuju Pura Giri Slaka Alas Purwo untuk melakukan persembahyangan bersama.

Rombongan pres tour Pemkab Tabanan yang berkumpul di Kantor Pemkab Tabanan pagi hari langsung berangkat menuju Kabupaten Banyuwangi, setelah melakukan penyebrangan di pelabuhan Gilimanuk dan Ketapang, perjalanan pun dilanjutkan menuju obyek wisata De Djawatan Benculuk. Rombongan yang tiba di tempat tersebut pada pukul 12.00 wib, langsung memanjakan diri dan menikmati pemandangan yang ada di obyek wisata De Djawatan Benculuk. Mulai dari duduk diatas kursi yang terbuat dari kayu, bahkan naik keatas tempat yang sudah terbuat dari kayu untuk melihat suasana dari atas yang berdekatan dengan pohon-pohon besar. Tidak hanya itu, juga banyak terdapat burung-burung dan domba hingga wisata kuda. 

Salah satu pemilik wisata kuda yakni Pak Bayu, 30 asal setempat mengatakan bahwa dirinya mangkal bersama kuda miliknya untuk menunggu tarikan. Dimana dalam satu tarikan, bila diduduki 1 orang dikenakan biaya Rp 10.000 dan bila lebih dari satu orang maka dikenakanlah Rp 30.000. Dengan tarif tersebut, pengunjung yang naik dikereta kuda tersebut akan diajak keliling di tempat obyek wisata De Djawatan Benculuk. 

"Biasanya kalau di sepi dalam sehari dapat satu tarikan, kalau diramainya saya dapat tarikan bisa mencapai kurang lebih 5 tarikan," ungkap Pak Bayu saat ditanya media suaradewata.com pada saat naik ketera kuda, Kamis, (12/12/2019).

Ia menerangkan, obyek wisata tersebut merupakan milik Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Bahkan tempat tersebut, kata ia sering digunakan tempat untuk syuting film horor. Dimana obyek wisata tersebut dikelilingi dengan pohon-pohon besar bernama pohon terbesi.

"Tiap hari saya mangkal disini, dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore, karena malamnya tidak ada lampu disini," terangnya.

"Pohon ini diperkirakan berumur sekitar ratusan tahun, kalau hujan rantingnya ada yang jatuh karena rapuh," imbuhnya.ang/nop


TAGS :

Komentar

FACEBOOK

TWITTER